5. tuan pemilik rumah

9 0 0
                                    

Kadang berprinsip bisa buat orang takut sama dunia luar. Takut buat nyoba yang diluar ranah prinsip hidupnya. Sering menganggap kalau hal-hal yang tidak persis seperti prinsip hidupnya dianggap hal yang gak ada faedahnya. Berprinsip pengecut sama sombong kadang beda tipis.

....

"Assalamualaikum zel."
"Waalaikum salam bu. Kenapa bu tumben telpon pagi pagi?"
"Tadi malem bu ike cerita sama ibu katanya azel punya pacar ya?"
"I i iya bu buana namanya tadinya hari ini azel mau ngasih tau ibu eh malah keduluan bu ike ternyata."
"Ibu sih gapapa kalau azel pacaran asal bisa jaga diri dianya mau jagain azel bikin seneng azel."
"Iya bu azel ngerti kok."
"Nanti azel kirim potonya ya ke ibu."
"Foto siapa bu?"
"Ya foto pacarmu."
"Gak punya bu."
"Kamu ini pacarnya tapi gak punya fotonya."
"Azel kenal buana baru dua hari tapi buana itu kakak kelas azel pas sma."
"Oh gitu yaudah pokoknya nanti mintain fotonya ya ibu pengen tau tipe cowok anak ibu gimana."
"Iya bu."
"Yaudah ibu tutup ya telponnya."

Tut.

Duh fotonya gimana ya.

Buana:
Mau jemput?

Azelia:
Ini tawaran?

Buana:
Iya pacar

Azelia:
Yaudah

Aku bersiap diri untuk berangkat kuliah. Didepan cermin sudah memperlihatkan ada seorang gadis yang berusaha tampil cantik. Tidak seperti biasanya yang hanya memakai sunscreen dan lip balm.

Gak salah kan ya aku dandan begini.

Ponsel kembali bergetar memunculkan nama buana. Ia sudah sampai. Gak tau kenapa tiba-tiba perasaanku aneh. Berkali-kali melihat wajah dicermin. Takut ada yang salah dengan wajahku. Takut kalau buana nanti menertawakan pacarnya sendiri karna dandanannya. Tapi tidak ada yang salah dengan wajahku, tidak terlalu mencolok. Tapi perasaan gugup tetap saja muncul.

Udah ah cantik.

Untuk pertama kalinya aku memuji diriku sendiri. Muncul perasaan senang dalam diriku. Ternyata kita juga butuh sama yang namanya pujian dari diri sendiri.

Aku bergegas menghampiri buana. Hari ini ia membawa motor klasiknya. Sepertinya buana menyukai hal yang klasik.

"Hai." Sapanya
"Kamu ada kelas juga hari ini?"
"Engga." Ucapnya sembari memakaikan helm untukku
"Loh terus?"
"Ya gak terus."
"Harusnya bilang kalau gak ada kelas jadi kamu gak usah jemput aku." Protesku
"Udah ayo naik." Balasnya

Selama perjalanan kami hanya mengobrol ringan saja. Tapi ini menyenangkan. Aku baru merasakan sensasi seperti ini didalam hidupku.

"Kamu jurusan apa sih bun? Kok aku gak pernah liat kamu?"
"Jarak gedung fakultasku cuma beberapa meter dari gedung fakultasmu."
"Gak usah main teka-teki."
"Aku jamin sekarang kamu lagi mikir. Ya kan?"
"Ya habisnya kamu buat aku mikir."
"Bagus dong. Melatih otak kamu."
"Yaudah kalau kamu gak mau ngasih tau."
"Emang gamau."
"Ih nyebelin." Protesku sembari memukul kecil punggungnya

Buana malah menertawakanku.

Tiba-tiba buana berkata..

"Nama azelia rinda jurusan arsitektur tiga semester dibawahku."

Ucapannya membuatku berpikir.

"Kamu udah mau skripsi?" Ujarku kaget mendengar pernyataannya
"Doain aja."

Entah kenapa aku terdiam mendengar buana yang begitu santai mengatakan dirinya sebentar lagi akan lulus.

"Tapi kan butuh beberapa waktu juga buat menyelesaikannya. Tinggal nyelesain internship di rumah sakit sih beberapa bulan lagi lah."
"Kamu anak kedokteran?"
"Yah keceplosan."
"Gak nyangka, kukira kamu anak sastra. Semangat ya."
"Duh senangnya disemangatin pacar."
"Bangga deh jadi pacarnya pak dokter."
"Udah pintar gombal."
"Masih amatiran."

ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang