Bagian 08

3K 238 2
                                    

"Ugh, ternyata bersekolah itu lebih melelahkan daripada berburu!" umpat Edison.

"Hahaha...kau ini ada-ada saja!" tawa Natalina sambil menggelengkan kepalanya.

Kini, mereka berdua tengah duduk di sebuah Cafe dekat dengan sekolah mereka. Jam menunjukan pukul 16.30 dan sudah selama satu jam pula mereka berada di sana.

"Aku bukan nya mengada-ngada kak! Lihat saja lama-lama otak ku bisa terbakar akibat terlalu banyak berpikir!" gerutu Edison.

"Yayaya kali ini aku lumayan setuju denganmu," sahut Natalina.

Saat sedang asik mengobrol, mata Natalina menangkap dua sosok gadis yang tengah berjalan ke arahnya. Siapa lagi kalau bukan Carlin dan Della.

"LINA!" teriak Carlin sambil berlari kecil menuju Natalina dan Edison di ikuti Della yang melambaikan tangannya di belakang Carlin.

"H-hai..." ucap Natalina dengan kaku.

"Tidak usah kaku begitu denganku Lina," ucap Carlin kemudian mengambil bangku kosong di samping Edison untung ia duduki,sementara Della duduk di samping Natalina.

"Ada hubungan apa kalian berdua?" ucap Natalina penasaran karena Edison sedaritadi menggengam tangan Carlin.

Carlin dan Edison sama-sama tersenyum. "Carlin adalah Mate-ku, Kak." Jawab Edison.

Hampir saja bola mata Natalina keluar sebelum dia berkedip dengan cepat. "APA?! Yang benar saja!" ucapnya asal.

"Benar kak, aku menemukan Carlin sebulan yang lalu, tapi aku tak menceritakan nya kepada kakak" jelas Edison. Natalina hanya memangut-mangutkan kepalanya.

Mereka berempat pun mulai tenggelam dengan acara mengobrol ringan. Sampai hari menjelang malam baru lah mereka beranjak dari Cafe.

Natalina kini sedang berjalan sendirian, di temani angin malam dan terangnya sinar rembulan. Tak ada bintang, hanya langit yang terang akan cahaya rembulan. Natalina berjalan di lorong yang agak sempit, mungkin jarang sekali orang-orang berlalu-lalang di sekitar sini.

Memang, Edison sudah menawarkannya pulang bersama tapi Natalina menolak dengan halus karena dia tidak mau mengganggu Carlin dan Edison. Sementara Della, gadis itu pulang setengah jam lebih awal karena ada keperluan keluarga.

Tap... Tap... Tap..

Kresek Kresek Kresek...

Bulu kunduk Natalina seketika berdiri, ada hawa aneh mulai berdatangan. Natalina menggeleng dengan cepat, membasmi semua pikiran buruknya. Natalina semakin mempercepat langkahnya, namun sesosok bayangan melesat dan berhasil membuat Natalina diam tak berkutit.

"Hallo Dear..." bisik suara bass itu di dekat telinga Natalina. Nafas Natalina tercekat, dengan susah payah Natalina menelan salivanya.

"S-siapa kau? Apa yang kamu mau?!" ucap Natalina menberani kan diri, di baliknya badan Natalina dan mendapatkan seorang laki-laki bertubuh sixpack, berkulit cokelat dan bermata hijau nyala. Tampan.. Batin Natalina berucap.

"Mau ku? Tentu saja kau My Dear" jawab pria itu membuat Natalina sedikit terkejut.

"A-aku bahkan tidak mengenalmu! Lebih baik kau pergi atau aku akan teriak!" ancam Natalina.

Pria itu meringis, "Shhh...uh,ancaman yang menakutkan nona. Tapi coba saja kalau bisa hahaha" tawanya.

"Dasar pria tidak jelas!" kesal Natalina.

"Apa?!" bentak pria itu.

Merasa di bentak, Natalina pun menunduk, ia tidak suka di bentak. Sebenarnya dia tidak bisa marah, percayalah ketika dia kesal maka dia akan menangis bukan marah-marah tidak jelas.

"Hiks...hiks.." insakan perlahan menjadi terdengar jelas di telinga pria itu.

Awalnya pria itu kesal karena gadis di depannya sangat tidak menyukainya tapi lama-lama hatinya luluh dan sedikit iba pada Natalina. Perlahan dia berjalan mendekat ke arah Natalina dan berjongkok di depan Natalina, mengusap pucuk kepala gadis itu.

"Kenapa kau menangis? Apa aku terlalu kasar padamu, dear?" tanyanya.

Natalina menggeleng pelan, "A-aku tidak suka d-di bentak hiks... A-aku t-tidak marah p-pada mu kok!" jawab Natalina di sela-sela segukannya.

Pria itu mendengus kesal, harga dirinya terasa telah di robohkan. Tapi tidak apa, demi Luna nya dia rela melakukan apa pun.

"Maaf kan aku, dear." ucapnya penuh penyesalan.

"Namaku Natalina, tuan. Bukan dear!" protesnya membuat pria bermata hijau nyala itu harus menahan tawanya. Luna nya begitu polos...

"Hahaha baiklah Alin." putusnya.

Namaku Natalina, orang-orang memanggilku Lina, Kenzie memanggilku Nata dan pria ini memanggilku Alin. Sebenarnya namaku ini siapa? Protes Natalina dalam batinnya.

Rey Pov

"Hallo Dear..." bisik ku di dekat telinga Luna. Dapat ku rasakan Nafasnya tercekat, dan dengan susah payah dia menelan salivanya.

"S-siapa kau? Apa yang kamu mau?!" ucap Luna ku mencoba memberanikan kan dirinya, dia berbalik dan menatapku terkagum-kagum.

"Mau ku? Tentu saja kau My Dear" jawab ku dan dapat ku lihat dia sedikit terkejut.

"A-aku bahkan tidak mengenalmu! Lebih baik kau pergi atau aku akan teriak!" ancamnya. Bukan kah itu lucu?

Aku pura-pura meringis, "Shhh...uh,ancaman yang menakutkan nona. Tapi coba saja kalau bisa hahaha" tawaku.

"Dasar pria tidak jelas!" kesal Luna ku.

"Apa?!" bentak ku.

Lama tak menjawab, gadis itu malah menunduk, seperti akan menangis. Dan benar saja apa dugaan ku sedetik kemudian terdengar insakan Luna ku.

"Hiks...hiks.." insakan itu perlahan menjadi terdengar jelas di telinga ku.

Awalnya aku kesal karena gadis ini sangat tidak menyukaiku, tapi lama-lama hatiku menjadi luluh dan sedikit iba padanya. Dengan perlahan aku berjalan mendekat ke arahnya dan berjongkok di depan gadis itu, mengusap pucuk kepalanya lembut.

"Kenapa kau menangis? Apa aku terlalu kasar padamu, dear?" tanyaku.

Dia menggeleng pelan, "A-aku tidak suka d-di bentak hiks... A-aku t-tidak marah p-pada mu kok!" jawabnya di sela-sela segukan.

Aku mendengus kesal, harga diriku terasa telah di robohkan. Tapi tidak apa, demi Luna ku, aku rela melakukan apa pun.

"Maaf kan aku, dear." ucapku penuh penyesalan.

"Namaku Natalina, tuan. Bukan dear!" protesnya membuat ku menatapnya dan harus menahan tawa. Luna ku ini begitu polos...

"Hahaha baiklah Alin." putusku. Dapat ku lihat mukanya yang masam dan itu lumayan lucu.

"Bawa dia pergi Rey! Aku mencium bau para rougue dan penyihir!"

Saat sedang asyik menatap Luna ku, tiba-tiba Key keluar dan meraung-raung.

"Apa kau bercanda Key?" ucap ku melakukan kontak batin dengan serigala ku.

"Tidak ada yang bercanda bodoh! Cepat bawa pergi dan menjauh dari wilayah ini!" perintahnya.

"Apa bangsa Vampire juga ada di sini?" tanya ku. Ku rasa makhluk penghisap itu tak Key sebutkan.

"Aku tak menciumnya. Dan jangan pikirkan itu dulu, cepat bawa lari sialan!" sepertinya dia kesal denganku. Eh, tidak sedang kesal pun dia selalu mengejek ku, serigala sialan!

Dengan cepat ku bius Luna ku dan ku bopong dia ala brydal style, aku harus membawanya ke Pack ku untuk sekarang.

"Aku akan menjagamu, dear"

Dan aku bersumpah akan hal itu.

Rey Pov End.

Mate is a Crown Prince's (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang