Bagian 01

6.1K 399 15
                                    

"Lina cepat bawakan aku segelas susu!"

Natalina menggerutu kesal. Bagaimana bisa sodara tiri perempuannya itu terus menerus menyuruhnya. Bisa-bisa dia terlambat ke sekolah kalau begini terus.

Dengan terpaksa, Natalina mengiyakan perintah sodara tirinya itu. Dia berjalan gontai ke arah Elice— kakak tiri perempuannya. Kemudian meletakan segelas susu yang tadi dibuatnya diatas meja.

"Silahkan diminum kak!" ucapnya.

Elice tak melirik bahkan tak tersenyum padanya atau bahkan hanya sekadar mengucapkan kata terima kasih sedikit pun. Elice hanya menerima susu itu kemudian meminumnya setengah, setelah itu Elice beranjak dari duduknya meninggalkan Natalina di tempat makan sendirian.

Helaan napas panjang terdengar dari mulut Natalina, "Huftt...aku jamin setelah ini aku terlambat lagi!" gerutunya. Kemudian mengambil gelas susu tadi dan mencuci gelasnya.

Setelah selesai Natalina pun mengambil tas miliknya, kemudian berjalan keluar rumah. Dia hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai ke halte bus dan 15 menit ke sekolah.

Di dalam bus, Natalina hanya melamun saja. Entah mengapa semenjak kedua orang tuanya sudah tiada hidup Natalina berubah 180 derajat. Bahkan, secara fisik Natalina seperti perempuan yang tidak bisa merawat tubuhnya.

Lama melamun hingga suara supir berhasil meneriaki seluruh penumpangnya. Natalina segera beranjak turun dari bus. Helaan napas terdengar keluar dari mulut Natalina.

"Hah....syukurlah aku tidak terlambat!" ucapnya sembari tersenyum tipis.

Dengan langkah panjang, Natalina menapaki koridor sekolah dan menundukkan kepalanya. Bukan apa-apa, pasti sekarang dia jadi bahan olok-olok siswa siswi disana lagi.

Tak seperti kisah orang kebanyakan yang bahagia meskipun di bully mereka tetap memiliki teman yang setia. Lain hal nya dengan Natalina. Bahkan satu teman atau sahabat pun tidak ada.

Akhirnya Natalina sampai di kelasnya. Kelas 12 IPA-2 . Sebenarnya, Natalina tidak mau menjadi anak pintar. Bahkan kalau boleh lebih baik dia menjadi anak culun yang kutu buku dan bodoh ketimbang harus capek-capek menjadi budak anak-anak di kelasnya.

Seperti sekarang, baru saja Natalina duduk dua orang gadis berbaju ketat menghampiri Natalina dan melemparkan buku Fisika mereka.

"Cepat kerjakan pekerjaan kami!" ucap sala satu gadis berambut blonde.

"Harus selesai hingga istirahat pertama nanti!" timpal gadis lain yang memiliki rambut sebahu berwarna merah tua.

Natalina hanya mengangguk pasrah. Mau menolak pun tidak ada gunanya.

"Baiklah, nanti akan aku kerjakan.." jawab Natalina sembari menundukan kepalanya.

"Nanti? Sekarang cepat!" desak gadis berambut merah tua sembari menatap tajam kearah Natalina. Natalina meneguk salivanya, kemudian mengangguk patuh.

"Bagus. Orang bodoh seperti mu memang pantas di perlakukan seperti ini. Hahaha!" ucap gadis berambut sebahu diselingi tawa dari kedua gadis itu.

Natalina menghelakan napasnya gusar. Ingin sekali dia mati sekarang. Rasanya sungguh tidak bisa di tahan. Dia berdoa semoga saja dikemudian hari dirinya akan merasakan kebahagian yang teramat bersama dengan orang-orang yang mencintai dan menyayanginya dengan tulus. Tidak seperti sekarang, semua bermuka dua.

Kring...Kring...Kring..

Suara bel pertanda masuk telah berbunyi. Semua siswa dan siswi pun memasuki kelas mereka masing-masing. Para guru mulai berdatangan, seperti hal nya di kelas Natalina. Emily-guru matematika paling ramah dan cantik di sekolah Natalina yang Natalina kenal setelah prof.Agusdien.

Mate is a Crown Prince's (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang