Aku dan Dia (6)

3 0 0
                                    

Kenapa aku yang harus disalahkan atas kejadian itu? Kenapa aku satu satu nya orang yang harus menerima semua ini?
Aku juga kaget, aku juga tidak ingin semua ini terjadi, aku juga tidak ingin menghancurkan masa depan dia.
Kenapa aku?

Banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan kepada mereka... tapi aku terlalu pengecut untuk menghadapi semuanya

Dia mengatakan bahwa, dia tidak ingin memikirkan ku dan ingin fokus kepada keluarganya.

Mendengar pernyataan dia tersebut hatiku semakin hancur. Tidak bisa ku gambarkan lagi seberapa kecewa dan hancurnya perasaan ku.

Mengrobol dengan dia membuat aku mengetahui banyak fakta. Bahwa dia masih berhubungan dengan mantan nya. Dia sering cerita dan terbuka dengan mantannya. Padahal dia tahu, aku sangat sangat cemburu dengan mantan dia.

Bukan aku yang menjadi tujuan pertama dia tapi mantan dia.

Ketika dia ditemukan orang yang pertama kali di kabari adalah mantan dia, ketika dia keluar pun orang yang di kabari juga adalah mantan dia. Dan yang membuat aku sakit hati adalah dia dan mantannya sering berkomunikasi.

Kenapa setega itu dia kepadaku...

Untuk saat ini aku maklumi, ya alasan dia mungkin benar.
Dia mengatakan "Iya iyaah maaf sayang. Tapi jujur niat nya cuma cerita soal kita aja. Karna yg lain gk ada yg ngerti masalah kita. Yg lain tau nya cuma salah nya aja. Bener nya gak tau syg"

Ini adalah permasalahan yang menyakut aku karena mantan dia adalah satu satu nya orang yang mengetahui cerita aku, dia, dan keluarganya.

Aku mulai bisa tersenyum, dan baikan dengan dia.

Dia bilang "Tapi dibalik itu smua jujur gua skrang lebih ngerasa sayang nya sama kamu nambah, yang lalu biarlah berlalu ya. Maafin ya"

2 januari 2020 adalah hari dimana aku dan dia menjalin komunikasi setelah 6 bulan lamanya dia tidak ada kabar.

Beberapa hari komunikasi ku lancar walau tidak intens. Tapi aku mulai banyak sekali perbedaan dari dia.

5 januari 2020
Aku memberanikan diri bertanya tentang
"Sayang kamu masih mau berjuangkah?" Tanya ku
Dia menjawab "masih"
"Masih mau bertahan kah?" Tanya ku lagi
"Masih dong" jawab nya
"Masih ada tidak perasaan padaku?" Tanyaku lagi
Dan dia menjawab "masih lah.."
Aku menjawab "iyalah, trimakasih"
Dia hanya tersenyum

Beberapa hari kemudian, dia mulai susah dihubungi. Dia sibuk dengan urusannya. Terkadang 1 hari an tidak mengabari ku.

Dia online tapi tidak membalas pesanku, dia online tapi tidak ingin kah mengabariku?

Kemudian 1 minggu dia tidak ada kabar. Perasaanku? Sangat hancur tentunya:)

Setiap malam harus menahan sesak yang begitu menyiksa. Sempar berfikir ingin mengakhiri hidup agar tidak memiliki perasaan ini lagi. Tapi apalah dayaku

Setelah seminggu dia tidak ada kabar, 19 januari 2020 dia menelpon aku.

Dia bilang di pergi merantau ke kota DD. Aku hanya menjawab sekedarnya saja. Ku kira dia tak akan pernah mengabari ku lagi.

Ketika dia di kota DD dan jauh dari keluarganya, komunikasi aku dan dia sangat lah lancar. Pagi, siang, sampai malam aku komunikasi dengan dia. Untuk saat itu aku bahagia, karena inilah kebahagiaan yang aku tunggu selama ini. Aku berbincang dengan dia, menceritakan apa yang aku alami, menceritakan keseharianku.

2 minggu dia di kota DD, akhir minggu di minggu kedua itu dia pulang ke kampungnya. Berat rasanya membiarkan dia pulang. Kenapa? Ya karena komunikasi aku dan dia akan terhambat kembali.

Benar saja, sabtu dan minggu dia tidak ada kabar. Kenapa? Bukankah walaupun dia di dekat keluarganya, dia masih memegang ponsel nya. Setidak penting itukah aku dimatanya

Minggu sore dia menelpon aku, dia mengatakan bahwa dia sudah berada di kota DD.

Ceritanya pun sama. Ketika dia di kota DD, komunikasi aku dan dia kembali lancar... dan tepat pada tanggal 11 februari 2020 dia memutuskan untuk pulang ke kota nya. Karena pekerjaan yang dia jalani sekarang tidak membuahkan hasil.

Dan komunikasi itu kembali tidak lancar. Aku ingin marah, kesal, dan kecewa tentunya.

Bukankah perjuangan itu harus dilakukakan oleh kedua belah pihak, bukan hanya sebelah pihak saja.

Saat itu, entah kenapa aku memiliki banyak begitu permasalahan. Rasanya ingin pergi dan menyendiri sendiri di sebuah tempat yang tidak diketahui oleh orang lain.

Aku butuh seseorang yang bisa memelukku, aku butuh  seseorang yang bisa mengusap air mataku, aku butuh pundak untuk bersandar dan memejamkan mata. Agar hatiku tidak terus terusan berkecamuk dan sakit.

Dengan ketakutan yang begitu besar, aku mencoba untuk menghubungi nya. Hasilnya, tidak direspon:) kenapa? Kenapa??
.
.
.
.

Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang