2 januari 2020
Setelah mendapatkan kabar bahwa dia sudah di kotanya, esoknya aku langsung bergegas menemui dia.
Aku mengirim sebuah pesan teks kepadanya. "Jadi kita nih kayak mana? Kenapa ga ad kepastiannya. Aku butuh penjelasan, kalo ga ada apa apa bilang, ga kayak gini caranya. Berbulan bulan ga ada kabar, aku coba kabarin tapi ga di respon. Maunya apa? Di chat tapi d read aja. Kadang ga di read read. Ngehubungi orang lain bisa. Kasih ĺah aku penjelasan bg. Hari ini aku kesana. Dan aku harap aku dapet jawabannya"
Ku tunggu balasan darinya, namun tidak ada juga balasannya.
Aku berangkat dari kotaku pukul 07.30 pagi, sampai disana pukul 10.30 an siang.
Fikiran ku benar benar kosong, kuputuskan untuk tetap pergi ke kotanya. Ku ikuti arus jalanan dan mengingat kenangan kenangan ku bersama dia dulu.
Sesampainya aku di kotanya, aku bingung harus kemana. Aku tidak tahu dia sedang berada dimana sekarang.
Aku memutuskan untuk mampir di sebuah toko indomaret dan mencari kontak lama ibunya.
Setelah mendapatkan kontak ibunya, aku pun langsung menelpon ibunya tersebut.
"Assalamualaikum" kataku
"Iya, walaikumsalam" jawab ibunya
"Buu, ini saya. Tadi saya ketempatnya abang, tapi kata penjaganya dia udah keluar..." kataku membuat sebuah alasan
"Ooh..." jawab ibunya.
Seketika hatiku sakit, ketika aku mengatakan namaku kepada ibunya, ibunya langsung berubah drastis. Suaranya seperti orang tidak suka dan sangat cuek
"Sekarang abang dimana bu?" Tanyaku lagi, dan berusaha untuk tetap seperti biasa
"Ga tau dia dimana, ibu ga dirumah lama. Ibu lagi di rumah abang ibu" jawab ibunya dengan penuh banyak alasan
Dan aku merasa, ketika ibunya berbicara denganku, jawaban dia seperti di arahkan oleh seseorang.
"Boleh minta kontak nya bu?" Tanya ku lagi
"Ga ada... udah ya ibu lagi sibuk..." jawab ibunya
"Ooh iyalah bu, makasih bu.. assalamualaikum.." jawab ku pada ibunya.Dalam batinku, aku menangis. Dan tidak bisa membendung kesedihan lagi. Akhirnya air mataku tumpah di dalam masker dan helm yang saat itu sedang ku pakai.
Agar tidak membuang waktu, aku langsung menuju rumah lama dia. Aku berharap ada dia disana. Perjalanan dari pusat kota ke rumah lama dia ditempih sekitar 15 menit.
Sesampainya aku dirumah lamanya, aku melihat rumahnya di gembok dan tidak ada satu orang pun. Lama aku termenung di depan rumahnya itu. Aku menangis sejadi jadinya, dan selalu terfikir "kenapa dia sangat tega melakukan semua ini kepadaku? Apa salah ku? Bukankah kita sedang baik baik saja? Aku tak percaya bahwa dia melakukan semua ini padaku. Aku terisak dalam tangisku.
Aku bingung harus melajukan sepeda motor ku kemana lagi. Aku lemas dan sedih. Rasanya benar benar sakit ditinggal tanpa ada kejelasan yang pasti.
Aku memutuskan untuk menunggu di indomaret, tempat duduk aku tadi. Aku menangis dan terisak tidak bisa menahan kesedihan itu.
Ku kirim teks kepadanya lagi "bang, tolong temui aku. Aku mohon, aku tadi sudah ke rumah lama dan tidak ada orang disana. Aku sekarang menunggu di indomaret kota AA, ku harap kamu temui aku"
Namun tidak ada balasannya juga.
Hancur? Sangat hancur hatiku ini. Sempat terfikir untuk mengakhiri hidup ku disana.
Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang.
Sempat menyerah dan berfikir bahwa, untuk apa aku disini lagi. Aku sudah tidak dipedulikan lagi, sudah tidak ada harapan lagi. Mengapa hatiku begitu kuat mempertahankan kamu? Mengapa hatiku begitu yakin dengan kamu?
12.30
Aku beranjak untuk pulang. Aku menyerah. Aku mengirim lagi pesan text kepadanya."Kecewa banget aku sama kamu, aku sudah bela belain datang kesini untuk ketemu kamu tapi kamu malah ga mau nemuin aku. Jahat kali sih jadi orang, semoga anda baik baik saja, mungkin semua ini adalah maunya kamu. Jika kamu mau cerita kita usai BILANG, jangan diam dan menggantukan harapan lebih kepadaku. Setelah ini terserah kamu, kamu bebas. Trimakasih untuk beberapa tahun ini sudah menemami, pengertian dan peduli. Dan juga trimakasih sudah memberikan harapan harapan yang indah untuk cerita kita selama ini. Trimakasih telah membuat ku menunggu selama ini, ternyata penantian yang ku lakukan selama ini berujung sia dia. Hahaha. Triamakasih yaa, SAYA PAMIT".
Dengan berat hati aku melajukan kendaraanku untuk pulang. Aku tetap menangisi perpisahan aku dan dia. Tak pernah terbayangkan cerita indah ku yang kumiliki bersama dia berubah menjadi cerita kelabu yang menyakitkan.
Aku singgah di pertamina untuk mengisi BBM dan ke ketoilet. Setelah dari toilet, aku duduk sebentar untuk menenangkan diri ku. Ku lihat ponsel dan ternyata dia membalas text yang aku kirim.
"Udah dimana?" Balas nya
"Di pombensin kota AA, tolong temui aku, aku udah ke rumah lama tadi trus nunggu di indomaret kota AA" balas ku cepat
"Iya tunggu sebentar, lagi makan" balas ny beberapa menit kemudian.
"Tunggu dimana? Lagi dimana sekarang?" Tanya ku
"Di kota BB, seberang rumah. Ada acara tempat sodara"
"Aku nunggu di taman ya" jawab ya
Tidak ada balasan dari dia lagiDengan hati yang berdebar aku kembali melaju ke kota dia. Berharap mendapatkan kejelasan untuk apa yamg terjadi selama ini, karena selama ini aku sudah yakin, yakin menunggu, yakin penantian ku tidak akan sia sia.
Beberapa saat kemudian, aku sampai di taman kota BB. Aku lihat dia sudah duduk dan menunggu aku. Aku masih memakai helm dan masker.
Kami berjumpa hari itu. Jika ditanya aku bahagia? Sangat sangat bahagia. Kurang lebih dari 1 tahun aku tidak berjumpa dengan dia. Dan tanggal 2 januari ini lah untuk pertama kalinya aku berjumpa dengan dia.
Aku menangis, dia terdiam. Aku menunggu dia berbicara, namun tidak kunjung ia mengeluarkan suara.
Kalimat yang pertama aku ucapkan kepadanya adalah KENAPA?
Dia menjawab "APA KABAR?"
Bukan kalimat itu yang ingin aku dengar dari dia, bukan kalimat bentuk kepedulian lainnya jika hanya bada basi.
Aku terdiam. Dan mulai menangis karena tidak dapat membendung air mata lagi.
Dia berbicara lagi "aku kecewa sama kamu"
Sontak aku langsung kaget dengan pernyataan yg dia katakan itu.
Ada banyak pertanyaan yang terlintas di fikiran ku"Kecewa kenapa? Karena aku tidak mengunjungimu? Bukankah aku sudah mengatakan kenapa aku tidak bisa mengunjungimu? Jawabku
Dia terdiam... lama sekali, dan aku masih tetap menangis
"Kenapa tidak mengabari ku selama 6 bulan ini? Kenapa tidak mengatakan padaku bahwa kamu sudah
Pulih? Kenapa kamu ngelakuin ini semua kepadaku? Kenapa?" Tanya ku lagi"Sini duduk dulu, buka helm dan maskernya. Udahan nangis nya, jelek tau.." dia menjawab seakan akan tidak ada permasalahan di antara kami
Aku masih saja tetap menangis, ku palingkan wajahku darinya
Dia mengucapkan kalimat lagi "MAAF YA"
"UNTUK APA?" Tanya ku dengan tenang
Dia menjelaskan semuanya bahwa aku wanita yang tidak diinginkan dan diharapkan lagi oleh keluarganya. Keluarga nya telah membenciku dari beberapa tahun yang lalu. Mereka tidak menginginkan hubungan ku dan dia kembali seperti sedia kala.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia
ChickLitSebuah pertemuan akan sampai pada titik perpisahan. Entah itu karena dirimu sendiri, dirinya atau karena situasi yang sudah tidak mengizinkan(: