BAB 3

21.1K 688 39
                                    

"Jangan berjalan seperti gunting, meskipun lurus tapi memisahkan apa yang sudah menyatu, jadilah seperti jarum meskipun menusuk dan menyakitkan tapi dapat menyatukan apa yang sudah terpisah."
-auliamtminh-


SEYLA POV

Aku terbangun dari tidurku, saat aku bangun yang pertama kali kulihat adalah sekeliling kamar ini, warnanya monokrom-gelap, tapi harumnya sangat maskulin. Lain cerita saat Seyla di kos-kosan yang pertama kali Seyla lihat adalah BH yang menggantung di belakang pintu- anju.

Tapi eh tapi, ini kamar siapa sih?fikir Seyla.

Dengan gaya sok-sokan pegang kepala biar kek di tipi-tipi oy, Seyla berusaha mengingat.

"Ya kambing, tadi kan aku di mobil sama Ibel, terus Ibel dimana?" tentu Seyla panik.

Dengan jurus lari sincan, Seyla bangkit dari kasur mahal itu, ya walaupun ada rasa gak redho buat ninggalin kasur mewah cuy! kapan lagi coba.

Aihh lupakan.

Dengan secepat siput, Seyla keluar dari kamar tersebut, saat diluar Seyla sangat bingung karena rumahnya besar banget.

"Ini Seyla mimpi atau gimana sih" gumam Seyla.

"Nyonya sudah bangun" kata seseorang di belakang Seyla.

Seyla terperanjat, hampir aja mau absen nama-nama penghuni kuburan eh salah maksudnya penghuni kebun binatang.

Seyla memutar tubuhnya, aih lu kira mau dansa, maksudnya tuh membalikkan tubuhnya.

Seyla melihat seorang perempuan yang menatap lembut ke arahnya.

"Saya Fani nyonya- pelayan disini" ucap nya.

"Saya disuruh tuan Alex, urus kebutuhan nyonya. Nyonya mau apa?" tanyanya lembut.

Aku tidak mengedipkan mataku, rasanya lagi di cerita dongeng oy.

Pakai ada pelayan segala-alamaqjang. 

Saat Seyla sadar barulah Seyla menjawab " ehh iya, saya Seyla. Gak usah panggil nyonya, Seyla aja"

"Tidak bisa begitu Nyonya, ini perintah Tuan Alex"

"hfttt, kalah besar" batin Seyla.

"Ya sudah kalau begitu, terserah kamu aja. Hmm saya mau ketemu sama Alex, dimana yah" tanyaku pada Fani.

"Tuan sedang bersama Nyonya besar di bawah, biar saya antar" ucap Fani.

Percayalah, Sandal Swallow ku takut menggores lantai rumah ini. Nanti disuruh ganti kan berabe, sudah hidup modal nafas, kalau tiba-tiba di suruh ganti lantai rumah ini, bahhh auto mati.

Aku terus mengikuti langkah Fani hingga kebawah, kuliat mereka sedang berbincang.

"Tuan, Nyonya sudah bangun" Ucap Fani.

Kuliat Alex melihat ke arahku, setelah itu Fani pergi.

"Duduk" ujarnya.

Dengan cepat aku duduk di lantai dengan patuh.

Alex menatapku horor, sedangkan wanita di depan Alex tersenyum ke arahku.

"Duduk disini sayang" ujar wanita itu menepuk sofa di sebelahnya.

Aku kembali berdiri dan duduk di samping wanita itu.

"Jadi siapa namamu cantik" ujar wanita itu ramah.

"Seyla tante" alamaqjang panggil tante pula. Kan apa Seyla bilang, mulut Seyla tu punya nyawa sendiri.

"Panggil ibu aja seperti Alex, Saya Ardelia-ibunyaa Alex" ucap Ardelia.

MOMMY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang