Hujan deras disertai petir terdengar menyeramkan bagi Mingi. Apalagi suhu disana cukup dingin walaupun pendingin ruangan tidak menyala.
Dia ingin sekali meminta San untuk menyalakan lampu kamar karena takut, tapi dia tidak mau membuat temannya yang satu itu marah.
Bukan rahasia lagi kalau San berbeda perilaku terhadapnya. Jujur saja, Mingi sedih. Tapi mau bagaimana lagi, namanya hati kalau dipaksa untuk suka nanti akan sakit sendiri.
"Shh, dingin banget, padahal udah pake selimut sama jaket," gumam Mingi sambil menghadap ke arah pintu kamar yang terkunci.
"Kira-kira yang lain udah pada tidur belom ya?"
Sementara itu, di kamar yang terletak di lantai atas, lebih tepatnya di kamar yang ditempati Yeosang dan Wooyoung, dua orang itu masih sibuk mengobrol satu sama lain.
"Lo tau kan kalo gue detektif, lebih tepatnya mantan detektif sih. Gue ngerasa orang yang ngikutin lo kemaren adalah begal yang mengincar motor lo."
"Bisa jadi, apalagi gue bawa tas gede."
"Sang, gue mau cerita soal sesuatu, boleh?" Tanya Wooyoung tiba-tiba.
"Cerita aja, gue belom ngantuk, kok."
Wooyoung menyamankan posisinya sembari bersandar ke kasur lalu mulai bercerita.
"Sebenernya, disaat kita sampe disini, Jongho ngucapin kalimat yang gue sendiri gak yakin bener atau engga. Dia bilang 'tempat ini gak bener'."
"Maksudnya tempat ini emang berhantu?" Tanya Yeosang, Wooyoung mengedikkan pundaknya tak tahu.
"Gue sempet searching di internet, lokasi villa ini berdekatan dengan desa aneh yang isinya manusia kanibal dan banyak hantunya. Gue takut desa yang dimaksud itu desa yang kita lewatin tadi," ucap Wooyoung khawatir.
"Ck, gak mungkin lah. Nih ya, kalaupun warganya kanibal, kenapa mereka nyapa kita di sepanjang jalan tadi? Positif thinking aja lah, tujuan kita buat refreshing, jangan mikirin yang aneh-aneh."
"Iya-iya. Eh, gue mau tanya deh. Lo sebegitu niatnya buat latihan drama disini sampe bawa tangan boneka segala, mana tangannya kotor dan ada warna merahnya," celetuk Wooyoung seraya menunjuk tangan yang terletak di samping tas Yeosang.
Ting!
Wooyoung meraih ponselnya yang terletak di atas nakas. Lalu dia mengernyit bingung setelah melihat siapa yang mengirim pesan padanya.
Ting!
Karena terlanjur terbuka sebelum bertanya, Wooyoung pun membaca isi pesan tersebut kemudian membeku di tempat.
Yeosang
|tangan itu bukan punya gue
|tidur sekarang, bersikap seolah-olah lo gak lihat itu.
|sekarang, Wooyoung!Buru-buru, Wooyoung menaruh ponselnya kembali ke atas nakas lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Begitupun dengan Yeosang yang sudah memejamkan matanya dan berhenti memikirkan apa yang ia lihat barusan.
Tanpa mereka sadari, tangan itu bergerak tidak tentu arah dan berhenti beberapa saat kemudian.
Berhenti tepat di bawah kasur yang ditempati Wooyoung.
Yunho bersiul sambil menyisir rambutnya di depan cermin. Dengan wajah sombongnya dia tersenyum karena bangga akan wajahnya yang tampan.
Seonghwa yang melihat itu geleng-geleng kepala. Dia yang tidak kalah tampan saja hanya diam.
"Kak Seonghwa, disaat hujan begini enak kali ya kalo cerita horor," ucap Yunho tiba-tiba.
"Jangan, lo mau kayak Jongho?"
Yunho langsung nyengir dan meletakkan sisirnya di atas meja, lalu berbaring di kasurnya.
"Tapi, kalo liburan kita begini terus gak seru, gue pengen kita kumpul bareng terus cerita gitu."
Seonghwa menggelengkan kepalanya, menolak keinginan Yunho. "Lo gak kasian sama Mingi? Gue gak mau dia takut sampe kita pulang nanti."
"Gue tau Mingi penakut, tapi gak usah memanjakan dia. Lo mau Mingi terus-terusan jadi penakut? Gak mau, kan?"
"Gue tau, tapi kalo asmanya kambuh lo mau tanggung jawab?"
"Dia bawa obatnya, gak usah berlebihan."
"Terserah lah, gue mau tidur. Siapin tenaga buat nonton konser besok."
Seonghwa heran, mengapa hanya dia, Yeosang, dan Jongho saja yang baik pada Mingi? Memang apa salah Mingi pada mereka?
Penyakit Mingi diketahui oleh mereka tiga bulan yang lalu. Semenjak itu, perilaku teman-temannya berubah 180°, kecuali Seonghwa, Yeosang, dan Jongho.
Mingi mempunyai riwayat penyakit jantung dan asma, tapi apakah itu harus dipermasalahkan?
"Kasian Mingi."
Sambil menatap jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam, Seonghwa menarik selimutnya hingga ke dada.
Kemudian dia teringat masalah Jongho. Besok pagi dia harus bertanya pada penjaga villa ini, dia tidak mau terjadi hal buruk pada Jongho.
Kalau kalian mau tahu, Seonghwa sempat melihat ada sosok laki-laki bertubuh tinggi menatapnya seolah-olah hendak memberitahu sesuatu.
Namun seramnya, tangan kiri dan kaki kanan sosok itu tidak ada. Dan sosok itu sempat menunjuk Wooyoung sebelum menghilang dari pandangan Seonghwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Holiday | Ateez ✓
Mystery / ThrillerTentang liburan mengerikan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.