11

14.6K 4.1K 1.9K
                                    

Suasana duka menghampiri mereka. Tak ada lagi kata liburan di benak mereka. Yang mereka pikirkan hanya satu.

Bagaimana cara memberi tahu kedua orang tua Jongho kalau anaknya sudah tiada?

Mereka menyesal telah meninggalkan Jongho sendirian di villa dalam kondisi tidak sadarkan diri. Seonghwa dihampiri rasa bersalah karena tidak mampu menjaga temannya dengan baik. Seharusnya sebagai yang tertua dia bisa, tapi faktanya dia tidak bisa.

Hongjoong dan Yunho sibuk mengurus mayat Jongho di kamar kosong dekat dapur. Mereka tidak mungkin menguburnya.

Sementara itu, San tidak berhenti menatap Wooyoung dengan sinis. Menurutnya, temannya itu lah yang menyebabkan Jongho meninggal.

Kalau bukan dia siapa lagi? Kalau saja Wooyoung tidak mengajak mereka ke hutan, Jongho pasti baik-baik saja.

"Jongho pasti gak bakal pernah maafin lo."

Wooyoung yang awalnya sedang menunduk menatap lantai, segera mendongak, balas menatap San yang terlihat sinis padanya.

"Lo adalah penyebab kematian Jongho. Kalau lo gak ajak kita ke hutan karena manusia penyakitan itu, Jongho pasti masih hidup!"

Benar, kalau saja ia tidak mengajak mereka ke hutan, Jongho masih ada bersama mereka. Iya, Wooyoung bersalah. Benar apa kata San, dia lah penyebabnya.

"Ma-maaf." Wooyoung menundukkan kepalanya, merasa bersalah.

"Maaf? Lo pikir permintaan maaf lo bikin Jongho balik lagi? Cih, kalau perlu lo mati juga biar impas, Jongho pasti seneng."

"CHOI SAN!"

Bentakan keras tersebut mampu membuat San terdiam. Seonghwa yang membentaknya sangat kesal karena San selalu saja memancing masalah.

"Lo pikir dengan bicara asal-asalan kayak gitu bakalan bikin Jongho seneng? Cara berpikir lo bukan seperti orang yang berpendidikan," lanjut Seonghwa sarkas.

San bungkam. Bukan karena dirinya takut, bukan. Dia kesal. Menurutnya, apa yang dia ucapkan benar, kok. Wooyoung tidak bisa dibiarkan, dia harus mendapat balasan yang setimpal. Tapi, dirinya masih waras agar tidak berbuat hal diluar batas.

"Udah kasih tau orang tua Jongho?" Yunho tiba-tiba datang lalu duduk di samping Seonghwa.

Pemuda yang sedang dalam suasana hati yang tidak baik itu hanya mendengus lalu pergi ke kamarnya. Yunho dibuat heran karenanya.

"Kak Seonghwa kenapa?"

"Gak tau, tanya aja sendiri," ketus San lalu ikut pergi ke kamarnya.

Yunho melongo bingung. Dia baru saja datang kenapa pada ketus padanya begini sih?

"Yunho," panggil Wooyoung ragu.

"Apa?"

"Kalau misalkan gue mati, lo bakal maafin kesalahan gue, gak?"











































Keesokan harinya, Seongwoo datang membawa beberapa buah dan sayuran untuk dimasak bersama. Tapi dia heran, kenapa penghuni villanya berkurang?

"Loh, kok cuma berempat? Yang lain belum bangun tidur, ya?" Tanya Seongwoo seraya menatap buah dan sayur bawaannya di atas meja.

Yunho selaku yang paling tenang di antara yang lain segera menjawab. "Dua hilang, satu meninggal, dan satunya lagi masih di kamar, gak tau ngapain."

Pergerakan Seongwoo terhenti. Dia hanya membulatkan mulutnya membentuk 'o' lalu lanjut menata buah dan sayur. Satu menit kemudian, dia menggebrak meja karena otaknya baru mencerna perkataan Yunho.

Death Holiday | Ateez ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang