13

15K 4.2K 2.5K
                                    

Pagi ini, Yunho bangun lebih awal dari kedua temannya. Entahlah, padahal biasanya dia yang bangun paling akhir.

Dia bosan karena tidak ada kegiatan sejak tadi, dia bosan memandang televisi yang tidak menyala. Masa iya dia harus masak? Tapi, dia sendiri tidak yakin akan nafsu makan atau tidak.

"Ah, gue ke kamar San aja kali ya? Cuma dia yang bisa diajak gosip pagi-pagi."

Tapi yang mengherankan, pemuda bermarga Choi tersebut belum bangun. Biasanya San itu suka terbangun dan tidak akan tidur lagi, sekitar pukul tujuh pagi seperti sekarang.

Ketika Yunho lewat pintu kamarnya pun tidak ada tanda-tanda kehidupan disana. Dari bawah pintu saja terlihat gelap, menandakan kalau penghuni kamar masih tidur.

Tok tok tok

"San, bangun woi, udah pagi nih!"

Tok tok tok

"Ayo bersih-bersih, jangan tidur mulu!"

Tetap tak ada jawaban. Yunho menautkan kedua alisnya bingung, karena San akan terbangun bila ada suara yang mengusiknya. Tapi sekarang kok tidak, ya?

Wah, ada yang tidak beres.

TOK TOK TOK

"Choi San! Buka pintunya!"

Ketukan yang awalnya pelan berubah menjadi gedoran keras. Yunho panik, hal itu membuat Seonghwa terbangun dan berlari turun dari tangga menghampiri dirinya.

"San kenapa?" Tanyanya cemas.

Yunho menggeleng tanda tak tahu. "Dari tadi gue ketuk pintunya, gue panggil namanya, dia gak keluar juga. Gue takut terjadi apa-apa."

Seonghwa terbelalak. "Dobrak pintunya."

Yunho mengangguk, Seonghwa segera menyingkir dari sana, memberi ruang untuk Yunho.

"Satu... dua... tiga!"

Brak!

Pintu terbuka sedikit, Seonghwa segera mengintip ke belakang. Ternyata, di balik pintu ada meja yang menghalangi.

"Ada meja di belakang pintu, lo bisa coba sekali lagi, kan?"

Yunho mengangguk mantap. Dia mengambil ancang-ancang, lalu bergerak maju menabrakkan dirinya pintu hingga akhirnya pintu pun terbuka.

Gelap. Di dalam gelap.

Seonghwa segera meraba-raba dinding mencari saklar lampu. Begitu ketemu, tanpa membuang waktu lagi dia menekannya, membuat seisi ruangan terlihat jelas.

Termasuk tubuh seseorang yang terbaring di lantai dengan keadaan mulut penuh busa.

Mayat San, dalam kondisi kaku dan pucat, dengan mata melotot lebar, seolah-olah menunjukkan kesakitan yang ia alami sebelumnya.

















































"Bodoh, bodoh, bodoh! Seonghwa bodoh, lo gak mampu jaga temen lo sendiri! Lo bodoh, Seonghwa!"

"Kak Seonghwa, tolong tenang dulu."

"Gimana gue bisa tenang? Satu persatu bakal mati, dan gue gak mampu jaga kalian dengan baik. Seharusnya gue gak biarin San tidur sendirian di kamarnya."

"Semua ini bukan salah lo, lo udah berusaha sebaik mungkin. Lo tenang dulu."

Seonghwa membuang nafas kasar lalu memukul dinding di sampingnya. Suasana hatinya kacau, antara frustasi, marah, kecewa, takut, dan tak mau kehilangan bercampur menjadi satu.

Death Holiday | Ateez ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang