"Bangsat, kok lo bisa disini?!" Seru Taehyung marah, marah besar.
Dia kaget melihat Jongho, orang yang dia buat tersesat dan tidak bisa datang sudah sampai disini.
Dia jelas terkejut, kalau begitu usahanya menyuruh setan untuk menjadi Jongho sia-sia.
"Kalian kok tega banget tinggalin gue pas lagi tanya alamat villa?" Jongho cemberut.
"Wa-waktu itu kan lo naik ke mobil, kok bisa ketinggalan?!" Seonghwa bingung, benar-benar bingung.
"Mana gue tau. Pas gue mau balik ke mobil, mobilnya udah gak ada. Akhirnya gue nginep di rumah warga dan bisa kesini setelah berhari-hari nyasar di desa orang."
Jongho mengedikkan pundaknya sesaat, lalu balas menatap Taehyung yang terlihat ingin menghabisinya.
"Masa lo ngelawan temen gue yang jelas-jelas kondisinya lagi gak baik. Cih, cemen banget," ledek Jongho seraya mengisyaratkan kedua temannya untuk pergi lebih dulu.
"Sial, gue harus suruh setan-setan disini buat habisin dia," batin Taehyung kehabisan akal.
"Gak bakal bisa, kan ada Kak Soobin yang bakal lindungin gue," balas Jongho seolah-olah bisa membaca pikiran Taehyung.
"Gue juga punya jimat, dikasih Yeonjun," sahut Wooyoung sambil mengeluarkan benda yang dimaksud dari saku celananya.
Taehyung kalang kabut, otaknya berputar mencari cara. Jongho terlalu kuat untuk dilawan. Kalau Wooyoung, dia punya jimat. Kalau Seonghwa...
Ah benar, Park Seonghwa.
"Eh, mau tau gerakan ninja yang gesit banget, gak?" Tanya Taehyung menunjukkan seringaiannya.
Tiba-tiba, tanpa mereka sadari Taehyung berlari cepat ke arah Seonghwa yang sibuk menjaga Wooyoung.
Tak ada waktu untuk berpindah. Tangan Seonghwa gemetar menyentuh pisau yang menancap di dadanya, sebelum akhirnya perlahan kehilangan keseimbangan tubuhnya dan jatuh.
"Seenggaknya, gue bisa bunuh satu orang lagi, kan?" Taehyung tertawa.
Wiiiiuuu wiiiiuuuu
"KIM TAEHYUNG!"
Terlampau emosi, Jongho langsung menghampiri Taehyung. Menarik kerah bajunya, dan melayangkan pukulan sekuat-kuatnya. Wajahnya memerah karena marah, dan dia pun memukul Taehyung membabi buta.
Di sisi lain, Wooyoung berusaha keras menekan dada Seonghwa agar darah tidak terus mengalir dari sana. Matanya berkaca-kaca melihat temannya tak sanggup lagi untuk berbicara.
Tapi Seonghwa menggeleng, nafasnya mulai tak beraturan. Tangannya terangkat untuk mengusap pundak Wooyoung yang bergetar hebat menahan tangis.
"Ma... kasih ya... Woo... Young."
Tangis Wooyoung pecah, disusul terpejamnya kedua mata Seonghwa, dan berhentinya tawa seorang Kim Taehyung ketika polisi datang.
Dari luar, Yunho berlari secepat mungkin untuk melihat keadaan. Seketika dirinya membeku melihat Seonghwa terbaring tanpa nafas di depan Wooyoung yang menundukkan kepala menyembunyikan tangisnya.
"Lo harus dapet balasan yang setimpal!" Teriak Jongho emosi dengan dua orang polisi yang menahannya.
"Tenang, tolong tenang," ucap detektif muda bernama Ham Wonjin tersebut.
"Hei," panggil Taehyung, dan dia segera menoleh.
"Death note punya gue dibakar temen lo, kan? Berapa banyak korban yang dihasilkan dari death note itu? Kok lo selamat, sih?"
Taehyung tertawa keras, kemudian segera dibawa ke kantor polisi dengan kedua tangan diborgol.
Jongho mendecih, lalu menepis tangan polisi yang menahannya tadi. Kalau tidak ditahan, mungkin Taehyung akan pingsan karena dipukul olehnya.
"Maaf karena keterlambatan kami. Kami akan mengurus jasad teman-teman kalian dan mengantar kalian pulang," ucap Detektif Wonjin setulus-tulusnya.
"Terima kasih," ucap Yunho seraya membungkukkan badannya.
Jongho tak mendengar ucapan detektif itu, pandangannya terfokus pada Seonghwa yang terbaring kaku . Kemudian beralih ke Wooyoung yang-astaga!
"Kak Wooyoung!"
Wooyoung mengerang hebat, tangannya menekan perutnya kuat-kuat, membuat kaus putihnya semakin berwarna merah.
"Bawa dia ke rumah sakit!" Seru Dokter Kim pada anggotanya.
Ah, apakah ini akhir hidupnya? Mengapa semakin lama Wooyoung merasa tubuhnya semakin ringan? Pandangannya juga tidak lagi sempurna. Semuanya buram.
Dia menunduk menatap tangannya yang penuh darah. Lalu menoleh ke arah Jongho dan Yunho yang berteriak menyuruhnya agar tidak memejamkan matanya.
"Kayaknya, gue bakal nyusul yang lain deh, hehe."
"Gak, lo pasti bisa bertahan!"
"Sakit rasanya, gue... jadi ngantuk."
"Lo pasti bisa, kak. Jangan nyerah sampe disini!"
Apakah ia bisa?
Darah terus mengalir keluar membasahi pakaiannya. Badannya mulai lemas. Tak mampu menopang tubuhnya, ia pun terjatuh.
Dan matanya mulai terpejam.
Ending macam apa ini?!
Epilog soon-!
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Holiday | Ateez ✓
Mystery / ThrillerTentang liburan mengerikan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.