Part. 9

8.7K 702 38
                                    

Selamat membaca😘

Astaghfirulloh....kata itulah yang selalu Devit sebut, setelah hal konyol yang baru saja ia lakukan di depan Dimas, Juwi dan ibunya tadi. Bagaimana bisa dia begitu sesak, saat tangan Juwi dan Dimas hendak berjabat. Ada rasa tak rela jika kulit putih Juwi bersentuhan dengan lelaki lain.

"Ya Allah ... ada apa denganku?" gumamnya sambil mengusap kasar wajahnya, hatinya begitu tak tenang. Segera Devit ke kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan sholat sunnah, karena hatinya benar-benar gundah.

"Nak Devit ada hubungan apa denganmu, Wi?" tanya Bu Nur penuh selidik. Ia menghampiri Juwi saat Juwi melipat mukena setelah selesai sholat isya.

"Teman saja, Bu. Emangnya kenapa, Bu?" tanya Juwi penasaran.

"Tapi sepertinya Nak Devit ada perasaan dengan kamu."

"Hahahaha ... Ibu kebanyakan nonton drakor nih." Juwi tertawa kencang.

"Mana ada seperti itu Ibu Sayang, Pak Devit itu memang pada dasarnya orang baik. Baik banget malah, cewek-cewek kayak saya gini, gak boleh baper sama orang kayak gitu, Bu.  Nanti kecewa," terang Juwi sambil menggenggam tangan ibunya.

"Lagian Pak Devit itu bulan depan mau nikah lho, Bu. Ibu ga boleh suudzon."

"Oh ... jadi Ibu salah liat kali ya," sahut Bu Nur ragu.

Juwi mengangguk pasti. "Lagian Pak Devit bukan tipe Juwi, Bu."

"Tipe kamu seperti apa emang?" Bu Nur menimpali.

"Tipe Juwi seperti Nick Jonas." Kening Bu Nur  mengerut

"Siapa Nick Jonas? dagang apaan dia?"

"Hahahahaha ...," tawa Juwi pecah.

"Nick Jonas itu artis, Bu. Bukan tukang dagang," jelas Juwi masih disertai tawa.

Ya Allah ga kebayang tukang dagang seganteng Nick Jonas, pasti yang beli banyak terutama ibu-ibu, apalagi janda, udah pasti antre paling depan.

"Ish ... ibu tanya serius Juwi!" Bu Nur bersungut kesal sudah diledek anaknya.

"Emang Ibu mau nyariin? tapi jangan tukang dagang ya Bu, apalagi kang jarpit," timpal Juwi sambil tertawa.

"Yah, gak mungkinlah, Ibu pasti pengen yang terbaik untuk anak perawan Ibu."

"Janda kali, Bu," ralat Juwi.

"Janda tapi perawan," sambung Bu Nur lagi.

"Kayak judul FTV yee." Kali ini Bu Nur yang tertawa.

"Aah ... Ibu." Juwi menunduk malu.

"Ayo cepat bilang Ibu. Kamu senang tipe lelaki seperti apa?"

Juwi menatap Salsa yang terlelap sambil memeluk guling pensil yang kekinian, bermotif Lol.

"Seperti ayahnya Salsa. Dewasa, mandiri, penyayang, sabar, mapan, sholeh, dan tampan." Air mata Juwi menetes. Ia merindukan almarhum suaminya. Juwi mendadak sendu, ibu memeluk tubuh Juwi erat.

"Juwi rindu Mas Faisal, Bu," lirihnya dalam tangis.

"Juwi belum sempat bilang kalau Juwi sangat mencintainya, dia sudah pergi duluan." Rasa sakit itu kembali datang.

Setahun lebih sebulan ia mencoba ikhlas melepas kepergian suaminya. Namun tidak mudah.
Sikap sembrono dan cuek Juwi adalah bentuk pelarian dirinya dari rasa rindu dan kehilangan yang begitu menyesakkan dada.atas kepergian suaminya.

"Sabar ya, Nduk. Kamu jangan begini terus, kasian Faisal di sana. Lihat istrinya tidak bahagia. Bagaimanapun Allah sudah gariskan ini semua. Sabar yaa, ada Ibu dan Salsa yang selalu sayang sama kamu." ibu menenangkan Juwi dengan kalimat menguatkan.

Kepincut Janda Tetangga (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang