Part. 13

9.5K 737 63
                                    

Selamat membaca😘

Sarah menangis sesegukan setelah siang ini dia digagahi lagi oleh Jono. Sarah benar-benar tak mengenalinya, padahal Jono adalah kakak senior abadi di kampusnya.
Karena memang Sarah tak terlalu banyak mengenal kakak seniornya, justru jarena dia terlalu aktif di lingkungan kampus makanya kakak seniornya yang lebih banyak mengenal dirinya.

"Sudah sayang, jangan nangis terus, nanti apartemen abang banjir lho." Jono mencoba menggoda, telunjuknya menyolek lengan polos Sarah.

"Saya mau pulang," ucapnya pelan, suaranya bergetar.

"Ayo, biar abang antar." Jono keluar dari selimutnya, tubuhnya polos berjalan santai ke arah kamar mandi, Sarah membuang pandangan. Matanya sudah bengkak dengan air mata, entah bagaimana nasibnya sekarang. Bagaimana nasib pernikahannya?

Lima belas menit Jono berada di dalam kamar mandi, lalu keluar dengan harum shampo khas lelaki, tubuhnya hanya terlilit handuk sampai di bagian pinggang.

Kemudian memakai pakaiannya dengan santai di depan Sarah. "Bisa gak turunnya?" tanya Jono menggoda. Sarah mencoba merenggangkan kakinya, tubuhnya masih ditutupi selimut sampai leher.

"Sssshhh ...aaahh." Sarah mendesis perih menahan sakit.

"Abang gendong sini!" Jono bersiap menggendong Sarah.

Namun Sarah mundur, dirinya sangat takut pada lelaki yang entah siapa ini. kepalanya menggeleng tanda enggan.
Jono menaikkan alisnya.

"Baiklah, kalau tidak mau Abang bantu, Abang antar kamu pulang dalam keadaan seperti ini, mau?" gertak Jono yang membuat Sarah semakin ketakutan. Dia menggeleng keras.

Jono mendekat kembali, menggendong Sarah, ala bridal , sampai ke kamar mandi, lalu menurunkannya pelan, di bak mandi penuh busa yang sudah disiapkan Jono.

"Mau Abang mandikan atau mandi sendiri?" Jono tersenyum nakal.

"Pergilah, aku tak mau berdebat," suara Sarah sangat lemah. Akhirnya Jono mengalah dan membiarkan Sarah mandi dengan tenang, cukup lama sejam kemudian Sarah baru keluar dari kamar mandi. Bajunya ternyata ada di balik pintu kamar mandi, lengkap dengan jilbab panjangnya.

Tampak Jono sedang menunggunya di atas ranjang dengan aneka hidangan yang menggugah perut. Perut Sarah keroncongan, dari kemarin sore dia tidak makan apa-apa.

"Sini, makan dulu. Baru Abang antar," ucap Jono sambil menepuk-nepuk sisi tempat tidur yang kosong. Tanpa bicara Sarah mendekat, jalannya masih sakit, sedikit mengangkang, karena rasa kebas masih sangat terasa . Sarah duduk di ranjang dengan hati-hati, ranjang itu sudah bersih, sepreinya sudah diganti, tak terlihat lagi bercak merah di sana.

"Makanlah!" Jono menyerahkan sepiring nasi lengkap sayur dan daging yang dibentuk bola-bola.

"Mau Abang suapi?" ucap Jono menatap wajah Sarah dengan penuh damba. Ya Allah ini orang kayak ga punya dosa.

"Ga perlu!" jawab Sarah ketus.

"Ga boleh galak, kecuali mau Abang cumbu lagi," titah Jono menatap Sarah sinis. Sarah terdiam, hatinya sakit, hancur. Namun dia tidak boleh egois, ia harus bisa keluar dari tempat ini, lebih baik sekarang ia mengalah. Menurut apapun yang dikatakan Jono, dari pada harus digagahi lagi. Ya Allah setelah ini, Sarah harus sholat sunnah taubat.

Setelah selesai makan, Jono mengantarkan Sarah pulang, sepanjang perjalanan turun ke lobi parkir apartemen, Jono menuntun Sarah, karena Sarah masih sangat sulit berjalan. Sarah tak bisa menolak, karena kalau menolak, maka ia akan kembali digagahi pria laknat ini. Ancaman itu yang berulang kali dilontarkan Jono.

Kepincut Janda Tetangga (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang