“Aduh, Mama sudah enggak tau lagi menghadapi kamu Ray. Sebenarnya kamu ini kenapa? Mama enggak pernah mengajari buat bertingkah kasar?” keluh Kaluna.
Wanita paruh baya itu cukup pusing dengan tingkah anak sulungnya. Ini sudah kali ke empat Raya pindah sekolah, dengan kasus yang sama, pembullyan.
Orangtua mana yang tidak pusing. Anak gadis satu-satunya malah punya bibit sebagai pembunuh.
Raya, gadis itu hanya menundukkan kepalanya. Ia tidak berusaha memberikan alasan atau sanggahannya, sejak Mamanya mulai mencak marah-marah akibat tindakannya, karna ia tahu, ini juga merupakan kesalahannya.
Afka, Papa Raya pun lebih memilih diam. Ia ingin memberikan kepuasan pada istrinya untuk menceramahi anak gadisnya. Dan ia juga tidak bisa marah, lantaran anaknya, Raya menjadi seperti ini karna ajarannya.
“Pah, jangan diam aja dong! Kasih arahan, biar Raya enggak mengulang perbuatannya lagi.” kesal Kaluna.
Berdehem, Afka mengangguk kepalanya pelan. Laki-laki paruh baya itu segera memanggil Raga, anak bungsunya, untuk membawa Kaluna ke kamar, dan membiarkan ia berbicara dengan serius kepada anak gadisnya.
Setelah kepergian Kaluna dan Raga, Afka bangkit berdiri untuk duduk tepat di samping anak gadisnya itu.
Ditepuknya kepala Raya pelan. Bibir Afka tersenyum lembut.
“Kerja bagus sayang. Kamu hebat hari ini.” puji Afka.
Raya menaikkan kepalanya. Dipandangi Papanya dengan mata berkaca-kaca.
“Papa percaya sama anak Papa. Raya pasti punya alasan sendiri melakukan itu kan? Karna Papa enggak pernah menghadapi Raya untuk melakukan sesuatu tanpa sebuah alasan.” ucap Afka.
Mata Raya terlihat berkaca-kaca. Ia tidak menyangka, Papanya mengerti tindakannya.
“Sini Papa peluk! Pasti berat hari ini ya?” tanya Afka lembut.
Raya menganggukkan kepalanya. Gadis itu segera memeluk Papanya dengan erat. Air matanya tumpah. Afka adalah satu-satunya orang yang bisa melunturkan topeng Raya. Di depan Afka, Raya menjadi gadis manja, cerewer dan manis. Mirip seperti Kaluna, Mama Raya.
Benar kata orang-orang, anak perempuan lebih akrab dengan ayahnya dibandingkan dengan ibu mereka. Karna hanya dengan ayahnya, mereka mendapat perlindungan. Ayah adalah cinta pertama anak perempuan pada umumnya.
“Ya sudah, kita lupakan masalah sekolah kamu yang kemarin. Papa sudah urus semuanya.” Ucap Afka menenangkan disela-sela pelukannya.
“Urusan Mama, biar Papa yang urus.” ucap Afka kembali. “Dan untuk sekolahmu, Papa sudah minta Om Kemal buat masukin kamu ke asrama.” jelas Afka.
Raya melepaskan pelukannya secara sepihak. Dipandanginya Afka dengan sengit. “Maksud Papa apasih? Papa malu punya anak kayak Raya?”
Afka menggeleng. “Siapa bilang Papa malu? Papa malah bangga punya anak seperti Raya.” Balas Afka sambil mengelus pipi anak gadisnya, menghapus sisa-sisa air matanya.
“Terus kenapa sekarang Raya disuruh asrama aja? Itu berati Papa sudah enggak mau lihat Raya lagi kan?” tuntut gadis itu.
Afka terkekeh. Dasar anak gadisnya ini.
Afka menyentil dahi Raya, membuat gadis itu semakin merungut. “Salah sendiri kenapa terkenal banget. Opa kamu sampai dengar dari sana, dan minta Om kamu buat masukin Raya ke sekolahnya. Katanya, kalau begitu, Raya enggak bisa macam-macam. Karna ada om Kemal yang bakal mengawasi Raya nanti.” jelas Afka santai. Raya kembali merengut.
Tadi sore, saat ia mendengar permintaan Papa mertuanya, untuk menyekolahkan Raya ke sekolah Kemal, adik iparnya, ia sempat menolak, karna tidak terima harus berjauhan dengan anak gadisnya. Namun, karna ini perintah orangtua, mau tidak mau, ia harus merelakan putrinya untuk diasramakan.
“Ya sudahlah. Kalau Opa minta begitu, Raya bisa apa.” jawab gadis itu pasrah.
Sekolah baru lagi.
Asrama pula itu.
Dan ada Kemal yang akan mengawasinya. Selain pasrah, apalagi yang bisa Raya lakukan.
^^^
Pemandangan hijau yang asri menarik perhatian Raya. Gadis itu membuka pintu balkon kamar barunya, dan memandang kesekitarannya dengan takjub.
Ini adalah kamar yang akan Raya gunakan selama sekolah di High Joy School, sekolah milik Om gantengnya, Kemal. Dan bisa jadi, ini akan menjadi sekolah SMA terakhir Raya, mengingat karna ada seseorang yang akan mengawasi tingkahnya mulai sekarang.
Setelah mengantar Raya, Afka dan Kaluna langsung pulang, setelah acara drama menangis Mamanya yang tidak ingin berjauhan, tentunya. Bandung dan Jakarta, jarak yang cukup dekat sebenarnya bagi Raya, namun tidak untuk kedua orangtuanya.
High Joy School merupakan salah satu sekolah internasional, yang mewajibkan para siswa dan siswinya untuk tinggal di area sekolah, alias asrama dengan fasilitas yang telah di sediakan oleh pihak sekolah.
Sekolah ini cukup unik, karna berada di tengah-tengah hutan, alias jauh dari keramaian. Rata-rata yang bersekolah di sini juga bukan dari kalangan biasa. Hampir 97% nya, merupakan dari kalangan atas, seperti anak pejabat, konglomerat, pengusaha, selebritas, dan lain-lain.
Banyak orang yang berlomba-lomba ingin memasukan anak-anak mereka, karna terbukti, semua alumni dari sekolah ini dapat mendaftar di universitas mana saja, baik dari negeri sendiri, maupun internasional. Dan seharusnya, Raya harus berbangga hati bisa masuk ke dalam sekolah ini, walau itu karna faktor keluarga.
Menghembuskan nafasnya pelan, Raya memandang nanar sekelilingnya. Ia bahkan tidak memperdulikan Pamannya, yang sedari tadi masih berdiri di depan pintu kamarnya.
“Nah, ponakan Paman yang paling cantik, mulai sekarang kamu tinggal di sini. Ingat, ada Paman yang akan selalu mengawasi kamu mulai sekarang. Jadi jangan bertingkah ya1” Ancam Kemal.
Raya balas bergumam.
“Mumpung sekarang masih jam pelajaran, kamu lebih baik istirahat dulu. Besok aja mulai sekolahnya, oke? Bisa paman tinggal kan?” tanya Kemal.
Raya berdehem. Gadis itu bahkan tidak repot-repot untuk berbalik ke arah Kemal, untuk mengucapkan terimakasih ataupun salam.
Baiklah fellas…
Sepertinya, acara bermain-main Raya di cuti untuk beberapa waktu.
Raya sudah memutuskan akan menjadi anak baik-baik yang kalem dan sopan. Kalau perlu, ia akan coba menjadi nerd betulan, agar tidak menimbulkan masalah. Ia jadi teringat perkataan Arga temannya, bahwa hanya melihat wajah Raya saja sudah buat orang ingin cari masalah.Jangan lupa vote ya woyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
AZAB (DREAME)
Teen FictionFOLLOW DULU, BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA. CERITA MASIH COMPLATED Cerita dari novel Kaluna. Boleh dibaca terpisah. Raya itu tipe bad girl yang selalu menjadi pembully. Papanya, Afka selalu mengajarkan bahwa ia tidak boleh lembek. Namu...