04. Bully

39.1K 2.2K 33
                                    

Lelah

Satu kata itu yang mewakili perasaan Raya sekarang. Will dan Arip benar-benar keterlaluan. Ia dan Beny benar-benar dijadikan kacung sekacung-sekacungnya oleh mereka. Raya dan Benypun sampai harus bolos mata pelajaran sampai akhir karna kedua orang itu.

"Ben!!" panggil Raya.

Gadis itu sedang membaringkan tubuhnya di atas taman hijau. Ia tidak menghiraukan akan kotornya nanti seragam yang ia gunakan. Sedangkan Beny, laki-laki pendiam itu lebih memilih duduk dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon yang berada di taman itu.

Beny berguman. Ia juga lelah, samahal seperti Raya.

"Biasanya ospek begini berapa lama sih?" tanya Raya.

Beny menoleh, melihat Raya yang sedang berbaring. Bibirnya terbuka, saat melihat pemandangan di depannya. Raya, si anak baru nerd itu hilang. Dan di gantikan oleh sesosok gadis cantik dengan wajah khas yang terlihat tengil.

Raya, yang tadi memutuskan untuk beristirahat langsung melepas semua atributnya. Ia bahkan menarik roknya ke atas, dan membuka tiga kancing baju paling atasnya, memamerkan tanktop hitam di dalamnya. Jelas pemandangan Raya kali ini menunjukkan seorang badgirl.

"R-raay?"

Gadis itu berguman. Ia masih belum menyadari efek dari perbuatannya.

"Kamu enggak nerd benaran ya?" tanya Beny.

Raya menoleh, melihat ke arah laki-laki itu. Tersenyum miring khasnya, Raya malah mengambil posisi yang lebih santai.

"Memang bukan." Jawab gadis itu sekenanya.

"Sudahlah, jangan di pikirin! Lo masih belum jawab pertanyaan gue. Jadi berapa lama gue harus di ospek begini?" tanyanya kembali.

Berusaha untuk tidak mempedulikan penampilan Raya yang baru, Beny kembali berucap, "Tergantung Ray. Ada beberapa siswa di ospek sampai kenaikan kelas. Ada juga yang kelar satu hari. Jadi semuanya tergantung dari Bima" jawab Beny. Laki-laki itu sudah mulai terlihat santai. Penampilan Raya yang sebenarnya sama sekali tidak mengganggunya.

"Jadi menurut lo, gue bakal berapa lama di ospek mereka?" tanyanya lagi.

"Mmm... kalau gue lihat-lihat ya, mungkin setelah Bima datang. Kalau dari gelagat Will, dia kayaknya mau ospek lo sendiri. Jadi begitu Bima masuk sekolah, lo selesai di ospek"

"Siapa Bima?" tanya Raya penasaran. Pasalnya, sedari tadi, ia selalu mendengar semua orang menyebut-nyebut nama Bima.

"Bima itu ketua mereka. Pentolan sekolah Joy. Aku saranin, kamu jangan berurusan sama dia. Dia itu gila" peringat Beny.

Raya menarik salah satu alisnya. Bima gila? Segila apa sampai Beny memintanya untuk jangan berurusan dengannya. Apakah kegilaan Raya masih belum ada apa-apanya dengan laki-laki yang bernama Bima itu?


Menggeleng kepalanya pelan, Raya pusing dengan sekolah barunya.

Terserahlah siapa Bima itu. Raya enggak peduli.

^^^

Sudah empat hari, Raya dan Beny melakukan ospek. Raya lelah. Benar-benar lelah.

Ia bersyukur, masa ospeknya sudah berakhir. Yang artinya, Bima hari ini sudah mulai masuk sekolah.

Raya sedari tadi sedang menyusuri koridor-koridor kelas, yang sudah mulai tampak sepi, karna ini jam istirahat. Dan para siswa lebih memilih berada di ruang makan, untuk mengambil jatah makan siang mereka.

Masalahnya, Raya tidak menemukan Beny dimanapun. Ia baru saja meninggalkan laki-laki itu sebentar, dan yang terjadi, Beny hilang tanpa jejak.

Menggeram dalam hati, Raya kembali melangkahkan kakinya menuju gudang sekolah, tempat satu-satunya yang belum ia datangi.

Bukk

Suara benturan kuat mengejutkan Raya. Gadis itu berbalik, dan melihat ke belakang, ke arah kelas yang Raya yakini sudah lama kosong.

Beny.

Entah bagaimana, ia sangat yakin ada Beny di dalam sana.

Raya memundurkan tubuhnya, berjalan menuju pintu kelas kosong itu.

Tanpa permisi, Raya menendang pintu itu menggunakan kakinya, hingga menyentak empat laki-laki yang berada di dalamnya.

"Upsss, gue ngengagetin kalian ya?" tanyanya santai. Gadis itu tersenyum miring.

"Ray, jangan di sini. Keluar!" teriak Beny dari tengah-tengah gerombolan laki-laki itu.

Meregangkan tubuhnya, Raya berjalan lebih memasuki kelas kosong itu.

"Ben, ngapain di situ? Gue dari tadi nyariin loh" ujar Raya santai. Tidak ada raut ketakutan tercermin dari wajah gadis itu.

"Siapa lo? Berani banget masuk sini?" tanya salah seorang dari tiga laki-laki itu.

Raya terbahak-bahak. Sudah lama ia tidak tertawa.

"Gue Raya. Anak baru" jawabnya santai.

Brid, salah seorang dari tiga laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Raya. "Lo salah nerd, lo sudah masuk kandang macan" Brid tersenyum miring.

"Mana macannya?" tanya Raya santai sambil celinenggak celinguk. Beda hal dengan Beny yang semakin ketakutan. Ia takut, Brid akan melakukan sesuatu untuk cewek itu.

"Bangsat lo. Lo enggak ngerti, kita-kita bisa ngehajar lo?" tanya Brid berang. Tangannya mengepal, tidak terima dengan respon santai gadis itu.

Raya terkekeh. "Yaquin bisa ngehajar gue? Pecundang banget. Perempuan kok dilawan" ejeknya.

"Babi!" berang Brid. Tanpa menunggu respon Raya, Brid sudah melayangkan tangannya, untuk memukul wajah Raya.

Dengan gerakan terlatih, Raya mengelak pukulan Brid. Tangannya terangkat dan balik memukul Brid menggunakan sikunya dari belakang. Tidak sampai di situ, tanpa belas kasihan, Raya memukul betis Brid dari belakang, menggunakan gagang sapu yang baru ia dapat. Raya dan gagang sapu memang tidak bisa terpisahkan.

"Kok cepat banget jatohnya? Enggak seru ahk" Raya bersiul.

Brid menggeram di tempatnya. Ia tidak sanggup berdiri, karna efek pukulan gadis itu pada betisnya begitu telak.

"Yasudahlah." Raya melempar gagang sapunya. Gadis itu meregangkan jari dan telapak tangannya. "Ayo siapa lagi? Gue coba Pakai gaya cewek deh" Raya terkekeh.

Jacob dan Liwei yang melihat gadis itu, langsung melepas pegangannya pada Beny. Kedua laki-laki itu berjalan menuju Raya, berusaha main keroyok.

"Oh thresome ini?" Raya tersenyum miring. Walau tampak tidak adil, Raya tetap mengikuti permainannya, dengan gaya ala cewek.

"Kelamaan ahh" desisnya, kemudian berlari ke arah dua cowok itu.

Tanpa menunggu pergerakan Jacob dan Liwei, Raya berlari dan langsung menarik rambut kedua laki-laki itu tanpa ampun. Hingga membuat keduanya terjungkal ke belakang. Benar-benar berantam khas cewek.

Dengan sekuat tenaga, Raya menariknya, tampak seperti menyeret paksa kedua pria itu. Tenaga gadis itu memang tidak perlu di pertanyakan. Kemal yang sedari dulu menjadi teman berkelahinya memang tidak perlu di pertanyakan lagi. Laki-laki itu melatih Raya seperti melatih seorang laki-laki. Hal itu dilakukan karna Raya adalah satu-satunya cucu perempuan dari James.

Raya, dengan sifat gilanya langsung menghantamkan kepala kedua laki-laki itu ke dinding, hingga menimbulkan suara hentakan kuat pada kelas itu.

Lantas, Beny yang melihat itu langsung berdiri dan membawa Raya menjauhi kedua pria itu. Beny tidak ingin Raya bermasalah nantinya, karna bisa membunuh anak orang.

"Gue masih belum puas Ben" Raya terkekeh. "Kok lo main narik-narik aja? Kan gue masih pengen main" ucap gadis itu tersenyum sinis.

Beny menggeleng. "Sudah Ray. Mereka sudah pingsan. Sudah berdarah juga itu salah satunya. Nanti kamu juga yang ribet, kalau masalah ini sampai ke kepala sekolah" jelas Beny.

Mendengar kebenaran itu, Raya menghela nafas pasrah. Ia juga sebenarnya tidak ingin bermasalah dengan Om gantengnya itu. Bisa-bisa, jika Opa James mendengar kekacauan yang ia buat, Opanya itu pasti tidak akan segan-segan memasukannya ke kandang buaya peliharaanya. Papanya, Afka, tidak akan bisa melakukan apa-apa, jika Opa James sudah bertitah.

Mengangguk pelan, Raya memilih duduk di salah satu bangku.

"Duduk sini!" Raya menepuk salah satu bangku kosong yang di sampingnya.

Laki-laki gembul itu menurut.

Menghembuskan nafas pasrahnya kembali, Raya berucap. "Lo... berhubung gue enggak pernah mau punya teman, jadi mulai sekarang lo jadi teman gue. Kalau sempat lo berkelakuan sampah, lo enggak bisa berhentikan gue masukan lo ke tempat penampungan sampah, dan masuk mesin. Lo bakal gue geprek." Ucap Raya, lengkap dengan pengancamannya.

Beny menelan ludahnya pelan. Antara gugup dan ngeri saat mendengar ucapan gadis itu. Ia tidak bisa apa-apa, karna Raya sama sekali tidak memberikan pilihan.

Mengangguk samar, Beny menundukan kepalanya. Sesekali ia menatap ketiga laki-laki yang membullynya tadi. Ngeri. Itu yang ia rasakan, apalagi saat melihat ketiga orang itu bergetar ketakutan dengan aura Raya. Raya nerd yang Beny kenal, hilang entah kemana, digantikan dengan Raya yang berkelakuan psyco.



Vote ya guys!!

AZAB (DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang