Sesuai keinginan Yuka, Guanlin mengemudikan mobilnya sampai ke cafe tempat biasa mereka nongkrong bareng yang lain.
Yuka mengikuti Guanlin dari belakang. Jantungnya udah dugun-dugun mempersiapkan kata-kata untuk menerima cintanya anak bungsu kaya raya itu.
"Weh! Apa kabar, bro!"
"Baik, Kak."
Perasaan Yuka ke distract karena ada cogan yang menyapa mereka berdua.
"Halo, Yuka."
"Hai Kak Yohan."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yohan ini anak pemilik café. Yuka, Guanlin maupun sohib-sohibnya yang lain pun udah kenal sama bujangnya pemilik cafe ini, karena sangking seringnya bantu-bantu di cafe.
Selain itu, Yohan adalah temen satu kampus nya Lino.
"Berdua aja nih?" Tanya Yohan. Soalnya dia udah apal ketipal biasanya ke cafe pasti rombongan kayak orang study tour.
"Yang lain lagi pada di rumah aja sih. Biasa, memporak porandakan rumah."
Yohan tertawa mendengar celetukan Yuka, sedangkan Guanlin sepet aja lihatnya. Kok malah jadi basa BASI sama Yohan.
"Kapan-kapan Kakak main lah ke rumah ku." Yuka
"Siap. Ya udah mau pesan apa ini? Kayak biasa." Yohan
"Iya kayak biasa. Udah-udah sana lo. Gue mau berduaan nih sama Yuka."
Yuka menatap Guanlin yang tengah mengusir Yohan agar cepat pergi dari hadapan mereka berdua.
Yohan sama sekali nggak sakit hati. Malah dia ketawa melihat tingkah Guanlin.
"Iya-iya. Ya udah gue ke belakang dulu, silahkan di tunggu ya?"
