Chapter 16

5.9K 127 7
                                    

“AUNTY! UNCLE! SETAAAAAAAAN!”

Rosé yang sibuk memantengi layar ponsel itu langsung mengernyit mendengar suara cetar Kim Arthur, begitu pun dengan Jeffrey yang baru keluar dari kamar mandi.

Brak! Brak! Brak!

Keduanya terperanjat mendengar gedoran brutal tersebut, disusul teriakan absurd anak itu yang sukses membuat suasana semakin ribut.

“AUNTY! AUNTY! AUNTY! ADA SETAN DI RUMAHKUUUUU!”

Jeffrey langsung buru-buru memakai baju lalu beringsut ke depan. Pas pintu itu dibuka, ia disambut oleh tampang mengenaskan Arthur yang langsung masuk menubruknya hingga terjungkal.

“Uncle, ada setan! Ada setaaaan!”

Anak itu melapor dengan heboh, ia bahkan berteriak kalap tepat di depan wajah tampan Jeffrey yang kini masih telentang di lantai.

“Apa maksudmu, Art?”

“Ada penampakkan setan yang menyerupai orang yang sudah mati muncul di rumahku!”

Jeffrey tidak paham dengan kosakata berantakan keponakannya ini. “H-huh?”

“Yohanes Rialoire! Dia muncul di rumahku!”

“Apa kau bilang?!” Rosé menampilkan raut tidak percayanya. “Kim Arthur, jangan bercanda! Pamanmu itu sudah meninggal dua puluh tahun yang lalu, jangan halu!”

“Aunty, aku tidak halu! Itu benar-benar terlihat seperti Yohanes Rialoire, aku tahu sosoknya dari foto-foto lama Papah!”

Rosé menggeleng, matanya bahkan sudah berkaca-kaca. “Tidak, Art!”

“Dia tidak halu, Rosé. Ini memang aku.”

Mereka terperangah bukan main. Itu memang Yohanes. Sangat tampan, kepalanya utuh dan tidak terputus, melayang serta tembus pandang.

“Yo?” masih dalam keadaan syok, Rosé mendekat dan meneliti sosok saudara sambungnya itu lekat-lekat.

“I-ini benar-benar kau? Kau menjadi hantu?” tangannya terulur mencoba meraih tangan itu namun hanya udaralah yang ia gapai.

Hantu itu tersenyum. “Ya, ini aku, Rosé. Apa kabar, hmm? Aku merindukanmu, kau tak pernah kembali lagi ke Forks.”

“K-kau berada di Forks selama ini?”

“Aku selalu berada di sana, di dalam hutan. Meskipun ragaku sudah tidak ada, tapi aku tak pernah pergi.”

Air mata itu akhirnya jatuh. Rosé menutup mulutnya, semua memorinya saat mereka masih utuh berlima kembali terputar tanpa bisa dicegah. Ingin rasanya ia kembali ke masa-masa itu, tapi hal tersebut tidak mungkin.

“Sudahlah, jangan menangis. Aku senang melihat kau baik-baik saja. Aku mati dengan damai, kau tak perlu khawatir. Aku bahkan bertemu kembali dengan mendiang istriku, Jisoo. Nanti aku kenalkan dia padamu ya?”

Rosé mengangguk sambil tersenyum. Wajah antusias Yohanes membuatnya yakin kalau saudaranya ini memanglah bahagia, ia juga harus ikut bahagia.

Amor Maledicti || VKook ft. YeonRina [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang