Rela?

306 50 11
                                    

Dulu aku pernah memilikimu.

Entah saat itu aku beruntung atau tidak, memilikimu seperti kecanduan bagiku.

Jika saat itu dikatakan beruntung, aku tidak akan sesulit ini melupakanmu.

Jika saat itu dikatakan tidak beruntung, aku tidak akan senyaman ini saat sendirian.

Mungkin sekarang aku bukan seseorang yang kau lihat seluruhnya.

Tapi setelah kehilanganmu.. aku tersiksa beberapa tahun.

Aku merindukanmu selama itu.

Aku sakit melihatmu dengan yang baru.

Aku belum bisa melepasmu seutuhnya.

Aku belum rela.

Aku juga terlalu takut untuk memulai yang baru, aku takut aku akan kecanduan juga.

Semua luka itu membekas sangat dalam.
Mengores setiap incinya dengan detail.
Menyakiti tanpa menyadari bahwa aku bukanlah siapa-siapa lagi untukmu.

Kau tidak akan tahu..
Berapa lama dan derasnya air mataku setiap malam.
Betapa lelahnya hati ini menerima semuanya.

Aku memikirkanmu yang tidak memikirkanku.
Aku menangisimu yang tertawa diluar sana.
Aku terjatuh saat kau berlari.
Aku sendiri saat kau menggenggam tangannya.

Aku tidak menyalahkanmu.

Namun aku benci ketidakadilan ini.

Aku lelah mengunggu kebahagian yang datang, keadilan saja tidak pernah datang padaku.
Kesadaranpun sulit dan sedikit.

Kehidupan terus berjalan.
Berjalan sendiri bukanlah hal yang mudah.

Melupakanmu merupakan kelemahanku.
Membencimu merupakan kekuranganku.
Tapi hati ini masih sakit saat kau dengan yang lain.

Hati ini belum bisa berdamai dengan keadaan.
Hati ini tidak akan pernah sadar.
Hati ini takut akan hal yang baru.

Sendiri memang tidak mudah.

Tapi aku bisa belajar.
Egois yang kau lakukan kepadaku..
Merupakan pelajaran yang sangat membekas.

Benci bukanlah jalan keluarnya

.

- Bandung.

Indie HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang