Tentang Tania

35 11 0
                                    

Sontak aku ingin tertawa, awalnya ku berfikir kalau sekelas semuanya jatuh hati pada beliau. Ternyata ada yang risih juga melihat pemandangan kelas ini.
Lalila : " emm, gimana ya..  entah tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata sih" seraya tersenyum

Setelah kami berbicara panjang kali lebar.

Lalu, dosen keluar, waktu istirahat pun tiba, aku ajukan pertanyaan "ya sudah mumpung istirahat ayo ke kantin" tania menjawab " ayo.. aku laper nih" seraya tersenyum ke arahku.  Sesampainya di kantin ketemu pak fatih dan teman sekelas kami, tapi belum tau namanya siapa. Tapi, dia bertanya ke tania " hay kenalkan namaku surni, asalku kalimantan, oh ya namamu siapa?" Tania menoleh kearahku seraya berkata " hay juga namaku tania, oh ya ini temanku laila".

   Surni berkata "hay laila.. eh kalian tau pak fatihkan.. menurut kalian gimana? Senangkan kalau di jurusan kedokteran ada pelajaran sastra. Unik sih di jurusan ini ada sastra, tapi no problem... ya kan?"
Aku langsung menjawab "iya.. jika orang itu menyukai sastra tapi, kalau yg tidak menyukainya pasti keberatan" seraya tersenyum. Tania lantas berbicara " surni, sini duduk bareng kami makan bersama" surni mengelengkan kepala dengan berkata " ngak deh .. kapan-kapan aja sekarang mau ke kelas dulu" tania menjawab " ya sudah sampai jumpa di kelas" surni tersenyum manis ke arah kami.


     ku langsung mengajukan pertanyaan ke tania " tan, kamu tinggal di mana.." tania menjawab dgn mentantap bakso yang ada di depannya " aku mondok la, di deket kampus ini.. sejak kelas sepuluh SMA dulu. Emang kenapa?" Ku menjawab
" trus kamu di jenguk orang tua kapan?" ia menjawab dengan tersenyum " aku jarang di jenguk orang tua karena orang tuaku ada di sulawesi... jauh dan sejak aku mondok di sini, orang tua ke sini biasanya dua atau tiga kali dalam setahun. Tapi kalau pas hari raya aku selalu sempatkan pulang".

    Aku bertanya dengan wajah terperangah " eh.. emang kamu ngak kangen gitu sama orang tuamu" dia menjawab dengan memengang bahuku " rindu dengan mereka itu pasti. Dan di pondok tuh banyak ilmu dan pengalaman berharga yang aku pelajari di sana".

       Lalu, tania sontak menatapku dengan wajah mengejutkan dan berkata " oh ya.. la, mondok sama aku yuk.. seru di sana banyak pengalaman yg akan kamu pelajari di sana" sontak aku kaget dan keselek teh hangat yang aku minum barusan. Sontak tania bilang " eh kok bisa keselek sih".

    Aku menjawab" hah? Mondok serius kamu ngajak aku mondok?" Ia menyawab " serius  dong.." aku menjawab dengan terperangah " aku tanya orang tua ku dulu ya...  tapi jujur aku ngak pernah berfikir pingin mondok. " tania senyum seraya berkata " oh gitu, ternyata... oke tanya dulu ke orang tua kalau setuju kamu bilang ke aku langsung ya.. dan tenang aja di pondok itu seru kamu akan ketemu teman baru, dan bisa menutut ilmu agama lebih dalam dan satu lagi di sana kamu dapat pengalaman sangat berharga".

   Lalu, kami langsung pergi ke kelas dan mengikuti  materi selanjutnya. Tak terasa  waktu cepat berputar, sampai tak terasa sekarang sudah menunjukan pukul 16:30. Waktunya pulang. Melelahkan hari ini, apa lagi memikirkan mondok.
     Sampai di rumah senyum ku melebar saat ibu dan ayah  menyambutku di depan rumah. Ibu berkata " gimana hari ini kuliah nya" ku menjawab dengan tersenyum  "alhamdulillah  lancar bu.. tapi, ada yang lucu sih di sana. Ada materi sastra di jurusan kedokteran. Apa lagi aku ini ngak begitu minat sama yang berhubungan  dengan sastra" 

   ibu menjawab  "ya sudah masuk istirahat. Tapi makan dulu ibu sudah buat makanan kesukaannya" ku menjawab " siap bu". Setelah itu, masuk kamar dan merebahkan badan di kasur. Ku tatap langit kamar yang berwarna putih dan tembok ber cat  biru seakan-akan menghanyutkan ku di lautan yang lebar dan luas dan mengajarkan ku sebuah arti semangat dan tak pantang menyerah.
   

   Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku seraya berkata "nak ayah masuk ya" aku menjawab dengan tenang dan berkata " iya yah masuk aja" ayah membuka pintu seraya tersenyum kearah ku dan jujur saja  berkata "sepertinya kamu menyembunyikan sesuatu dari ayah" sontak kaget dan berkata "kok ayah tau sih?"
  

   Ayah menjawab dengan mengelus kepala dan berkata "dari raut wajahmu ayah sudah tau nak... coba cerita ke ayah ada apa sebenarnya" ku menjawab dengan rasa bingung  "gini yah aku memiliki teman namanya Tania ia mengajak ku untuk mondok dekat kampus. Tapi, rasanya seperti ngak enak yah jauh dari ayah dan ibu" ayah tersenyum manis ke arah ku dan berkata "ayah setuju kamu mondok. Karena bisa belajar agama lebih dalam di sana nak.. kalau kamu rindu ayah dan ibu kami bisa menjengukmu di sana nak tenang saja"

 
     sontak kaget dan berkata " apa? Ayah kok gitu sih.. kan ngak enak jauh dari ayah dan bunda ... laila ngak mau mondok deh takut ngak betah" ayah berkata "awalnya mikir seperti itu tapi kalau sudah lama di sana pasti ayah jamin kamu betah, di sana nak.. carilah ilmu sebanyak banyaknya, ayah selalu mendukung mu nak". Seraya pergi meninggalkan ku sendiri di kamar. Terasa sedih awalnya, tak pernah terpikirkan sebelumnya.


🌷 penasaran  🌷
Ikuti terus episode selanjutnya ya..
Tapi vote, komen dan share ya.. satu lagi jangan lupa baca al qur'an ya kawan

POHON TERBASAHI HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang