BAB 2

12 0 0
                                    

Matahari melambai untuk berpisah

Angin pantai berhembus semakin kencang

Merpati berterbangan, siap pulang

Semburat jingga menyapa penuh sukacita

Senyuman merekah dari gadis kecil bernama Renjani

Si penyuka sore yang fanatik

Si penggemar setia matahari

Si penikmat jingga selamanya

Renjani,

Gadis di balik jendela yang penuh keingintahuan

Gadis di balik jendela yang terkekang nasib malang

Gadis di balik jendela yang benci bersembunyi

Renjani,

Kau mungkin tak sebebas merpati

Kau mungkin tak sebahagia jingga

Kau mungkin tak bisa melambai layaknya matahari

Tapi Renjani,

Semesta berbangga padamu

Pengagum setianya yang tak biasa

(Renjani di Balik Jendela- Kastil Imaji)

Tepuk tangan meriah langsung terdengar saat Kinara selesai dengan pembacaan puisinya itu. Langit pun hanya tersenyum memperhatikan penampilan Kinara itu dari jarak yang sedikit lebih jauh.

Kinara memang tergabung dengan salah satu komunitas seni teater di kampus. Sejak SMA, Kinara dikenal sangat menyukai saat dimana banyak orang akan memujinya dan memfokuskan pandangan padanya. Ia menyukai saat dirinya menjadi pusat perhatian banyak orang. Itulah sebabnya ia aktif mengikuti kegiatan yang memang banyak mendapat perhatian. Salah satu contohnya adalah pertunjukan drama ini, dan memang Kinara juga berbakat menulis puisi selama ini.

Langit pun melambaikan tangan pada Kinara saat Kinara akhirnya melihat kedatangan Langit.

"Bukannya kamu ada kelas ya, kok ke sini?" ujar Kinara.

"Diundur dua jam lagi,"

"Ya udah, aku latihan lagi ya" ujar Kinara sembari beranjak pergi meninggalkan Langit.

Selama dua jam itu, Langit pun putuskan untuk melihat sesi latihan drama yang sedang Kinara lakukan. Meski ia hanya melihat Kinara saat latihan, namun berkali-kali Langit terus tersenyum sepanjang penampilan Kinara. Baginya, penampilan Kinara terlihat selalu luar biasa.

Drrtt..

Dering telepon ponsel milik Langit pun terdengar sedikit mengganggu fokusnya Langit pada penampilan Kinara saat ini. Terlihat nama Ibel tertera pada layar.

"Ngit, kamu di mana?" suara Ibel terdengar seperti ia sedang menangis saat ini.

"Kenapa Bel?" tanya Langit langsung mengetahui kalau ada sesuatu yang terjadi pada Ibel saat ini.

"Ayah Ngit.. ayah.."

"Aku ke sana sekarang,"

Langit pun segera beranjak pergi, bahkan sebelum pamit pada Kinara. Ucapan Ibel tadi seolah sudah mengartikan bahwa kini ia tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Yang Langit tahu sesuatu pasti terjadi pada ayahnya saat ini. Dan menurut Langit itu bukanlah hal yang baik.

Mobil Langit langsung melaju menuju ke Semarang. Tempat tinggal Langit, dan juga Ibel saat kecil dulu. Secepat mungkin Langit berusaha agar dapat sampai lebih cepat. Ibel memberitahu apa yang terjadi lewat pesan pada Langit. Dan yang saat itu yang Langit pikirkan hanyalah, Ibel kini sedang membutuhkan kehadirannya di sana.

Persimpangan KisahWhere stories live. Discover now