Dengan langkah perlahan, Wayang pun berusaha mengumpulkan segala keberanian di dalam dirinya saat ini. Entah sudah berapa kali ia hembuskan nafasnya tanpa alasan. Setelah merasa cukup yakin, Wayang pun bersiap untuk mengetuk pintu yang entah sudah berapa lama ia tinggalkan itu.
" Wayang," Belum sempat Wayang mengetuk pintu rumahnya, ibu rupanya telah terlebih dahulu melihat Wayang.
"Ibu," hanya kalimat itulah yang berhasil lepas dari mulut Wayang.
Tanpa berucap apa-apa lagi, hanya pelukan yang terasa begitu erat itulah yang didapat Wayang dari ibunya saat ini.
"Kamu pulang," ujar ibu pada Wayang, lirih.
" Wayang minta maaf, udah bikin ibu khawatir"
"Papa kamu pasti senang lihat kamu pulang," ditariknya tangan Wayang untuk segera masuk menemui orang yang sebenarnya begitu takut untuk Wayang temui saat ini. Bukan karena kemarahannya, tapi karena sesuatu yang kemungkinan akan terjadi jika dia bertemu dengannya. Pertengkaran yang akhirnya hanya akan menyakiti papa maupun Wayang.
" Wayang capek bu, nanti aja ya Wayang temui papa"
Akhirnya Wayang lebih memilih menghindar, meski hanya sementara.
Baru saja Wayang rebahkan tubuhnya, sebuah panggilan masuk di ponselnya langsung membuatnya beranjak duduk. Terlihat nama Kinara menghiasi layar panggilannya itu. Raut wajah lelah Wayang pun perlahan berubah.
"Maaf ya Yang baru bisa nelepon kamu sekarang. Padahal aku udah baca pesan kamu dari kemaren,"
"Iya, gimana pertunjukan tari kamu, lancar?"
"Lancar,"
Mendengar ucapan ragu dari Kinara, Wayang pun sedikit terheran.
"Lancar betulan kan?" tanya Wayang.
Namun pertanyaan dari Wayang itupun hanya mendapatkan balasan helaan nafas dari Kinara.
"Kina?"
" Wayang, nanti aku telepon lagi ya" dan panggilan terputus begitu saja.
Kinara langsung menutup teleponnya dengan Wayang karena panggilan dari ibunya.
"Ada yang mau ketemu di luar,"
"Siapa bu?"
"Ibu juga kurang tahu, kamu lihat sendiri aja ya,"
Mendengar jawaban sang ibu, Kinara seperti lega karena itu tandanya bukan Langit yang datang menemuinya. Ia benar-benar masih enggan bertemu saat ini.
Dengan sedikit malas, Kinara pun beranjak dari tempat tidurnya dan menemui orang yang kini tengah menunggunya itu.
Namun betapa terkejutnya Kinara saat ia tahu bahwa yang kini tengah menunggunya itu adalah Ibel. Begitu melihat Kinara, Ibel pun spontan berdiri dan melempar senyuman ke arah Kinara berdiri saat ini.
"Tahu rumah aku dari mana Bel?" tanya Kinara dipenuhi rasa penasaran.
"Langit itu cerita banyak hal tentang kakak, dan kebetulan pernah ngasih tau aku tentang alamat rumah kak Kinara"
Kinara pun hanya tersenyum canggung paham.
"Duduk Bel," ujar Kinara mempersilahkan.
"Terus kamu ke sini,"
"Aku mau minta maaf soal kejadian kemarin,"
"Kejadian?" tanya Kinara lagi seperti belum paham dengan arah pembicaraan Ibel saat ini.
YOU ARE READING
Persimpangan Kisah
RomanceIni kisah tentang mereka. Tentang rasa mencintai dan dicintai, memendam dan mengikhlaskan. Ini kisah anak-anak manusia yang bimbang di persimpangan jalan kehidupannya. Tentang Kinara, gadis ajaib bagi siapapun yang melihatnya, Langit, pria sempurna...