Bagi Wayang, ia tidak pernah mengharapkan sebuah kebahagiaan, setelah ia menemukan mimpi melukisnya itu. Ia hanya ingin dapat terus menggenggam bakatnya itu erat-erat, agar tidak ada yang bisa memisahkannya dari dirinya.
Meski itu berarti ia harus memilih jalan berlawanan dari papanya yang begitu membenci apa yang Wayang begitu sukai saat ini. Meski itu tandanya, ia pun harus tahan melihat bagaimana ibunya selalu menangis setiap melihat rumahnya dipenuhi adu teriakan antara dirinya dan juga papanya.
Namun siapa sangka, tembok pertahanan yang berusaha Wayang buat untuk melindungi mimpinya itu ternyata perlahan mulai rapuh. Hatinya terus berbisik, mencoba menghentikan tindakan acuh yang Wayang perlihatkan itu.
Hingga akhirnya, Wayang memilih bersembunyi, karena ia pun bingung bagaimana harus menghentikan semua yang telah terjadi antara ia dan juga papanya. Wayang masih ingin terus menggenggam mimpinya, namun ia juga lelah terus melawan kehendak papanya.
Keputusan itulah yang akhirnya membawa Wayang menuju pemberhentiannya di Bandung. Wayang jatuh cinta pada kota ini, sejak ia kenalkan dirinya pada mimpinya ini. Mimpi melukis yang begitu ia sukai saat ini.
"Yang, ayo! Langit udah nunggu di mobil" lamunan Wayang buyar seketika begitu mendengar suara Kinara padanya.
Wayang kemudian segera beranjak dari kamarnya. Dengan rambut yang ia kuncir sembarang dan juga jaket denim disertai celana berpotongan selutut, Wayang langsung menuju ke depan menghampiri Langit dan juga Kinara yang sudah menunggunya.
"Jadi Bapak Wayang, destinasi pertama yang harus kita kunjungi ke mana dulu ini?" ujar Langit menatap ke arah Wayang.
"Oke, kapten perjalanan hari ini kita serahkan ke Wayang ya Ngit," Kinara ikut menimpali ucapan Langit.
"Iya dong, iya kan kap?" ujar Langit lagi pada Wayang dengan nada bercanda.
Wayang yang puas menjadi bahan bercandaan Kinara dan juga Langit pun hanya dapat tertawa ringan mendengar ucapan kedua teman barunya itu.
"Ada satu tempat yang jadi favorit saya setiap berkunjung ke Bandung. Mau coba ke sana?" Sejak awal memang hanya tempat itulah yang Wayang pikirkan. Dan akhirnya ia pun memutuskan untuk mengajak Kinara dan juga Langit mengunjungi tempat itu.
Tanpa berpikir panjang, Kinara dan Langit mengangguk setuju dengan ajakan Wayang.
Mobil Langit pun perlahan memasuki sebuah wilayah dengan jalanan yang terlihat sedikit rusak. Pepohonan masih tampak tumbuh begitu lebatnya disertai suara kicauan burung saling bersautan satu sama lain.
"Kamu yakin kita gak salah jalan Yang?" tanya Kinara dengan mata yang terus melihat ke arah jalanan yang semakin sepi.
"Bentar lagi sampai kok,"
Tak berapa lama, mobil Langit pun terhenti di sebuah rumah dengan pemandangan yang begitu asri. Wayang pun mengajak mereka turun.
"Yuk, saya kenalin sama seseorang yang cukup membuat saya begitu yakin dengan impian melukis yang kini saya miliki ini. Beliau pendukung utama bagi mimpi saya"
Kinara dan juga Langit pun mengikuti langkah Wayang yang perlahan menuju ke arah rumah yang tampak tidak terlalu besar itu.
"Abah, kang Wayang datang bah" seorang anak laki-laki terlihat berteriak sembari menghampiri Wayang.
Wayang pun terlihat menyambut senang pelukan dari anak laki-laki itu.
"Kenalin, ini temen-temennya a' Wayang. Yang cantik itu namanya teteh Kina dan yang ganteng itu namanya aa Langit ,"
Anak laki-laki itupun menyalami Kinara dan juga Langit sembari tersenyum.
"Saga," ujar anak laki-laki itu memperkenalkan dirinya pada Kinara dan juga Langit.
YOU ARE READING
Persimpangan Kisah
RomansaIni kisah tentang mereka. Tentang rasa mencintai dan dicintai, memendam dan mengikhlaskan. Ini kisah anak-anak manusia yang bimbang di persimpangan jalan kehidupannya. Tentang Kinara, gadis ajaib bagi siapapun yang melihatnya, Langit, pria sempurna...