🍒1

39K 2.4K 331
                                    

Rutinitas Lisa setiap pagi nyaris selalu sama. Bangun tidur, membersihkan diri, membuat sarapan, lalu bersiap-siap untuk berangkat kerja di sebuah minimarket dua puluh empat jam. Iya, hampir selalu begitu. Terkecuali kalau gilirannya bekerja pada shift kedua dan ketiga. Atau ketika...

"Anh.."

Suara itu mengalun begitu saja dari katup bibir Lisa. Mata sayunya menyorot ke arah cermin, menatapi Jeon Jungkook yang tengah meremas dadanya dari belakang sembari menghisapi kulit pundaknya.

Awalnya, Lisa memang keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan penties dan bra saja. Ia lupa tidak menyiapkan pakaiannya lebih dulu. Namun tatkala gadis tersebut sedang mengagumi tubuh sendiri dihadapan cermin besar yang terpasang pada lemari, ia benar-benar tak menyadari jika Jungkook sudah terbangun dari tidurnya--memerhatikan setiap lekukan tubuhnya tanpa terlewat sedikitpun sembari merasakan gejolak hasratnya yang mulai menaik.

Ini sudah pukul enam pagi dan mereka sudah melakukan itu tadi malam. Sebenarnya Lisa sudah terbiasa menghadapi tingkah Jungkook yang seperti ini. Tapi, oh, ayolah! Lisa harus bekerja dan Jungkook harus segera pergi ke kampus. Jadi mereka hanya memiliki sedikit waktu kalau memang benar-benar ingin melakukannya.

"J-Jung.. P-please stop.."

Namun Jungkook tak mengindahkannya. Ia masih melakukan aktifitas tersebut sembari berbisik dengan deep voice yang mampu membuat tubuh Lisa meremang hebat. "This will be fast, hm.."

Dengan itu, Jungkook membalik tubuh si gadis dan segera menyerangnya dengan ciuman dibibir. Lisa tak bisa mengelak. Jungkook itu memang dominan sekali, seolah memiliki hak dan kekuasaan atas tubuhnya.

Pagutan itu berlangsung panas, membuat darah mereka berdesir hebat. Lisa tak ragu untuk mengalungkan tangan dipundak Jungkook, sementara pemuda itu mulai mendorongnya untuk bersandar pada lemari besar dibelakang sana.

Sudah biasa. Mereka memang sudah biasa melakukan hal semacam itu kendati sama sekali tak ada hubungan apapun yang mengikat mereka. Seperti ketika Jungkook mulai menarik dua sisi tali penties Lisa, membuat benda berbahan kain itu terjatuh ke lantai dan segera mengangkat satu kaki si gadis untuk dilingkarkan pada pinggangnya.

Waktu semakin melaju dan mereka harus melakukannya dengan cepat. Maka tak membutuhkan banyak waktu bagi Jungkook untuk segera mengeluarkan miliknya dan menyatukan tubuh mereka dengan dalam.

"Shit!" Lisa mengumpat, refleks melepas pagutan mereka saat Jungkook mendorong kejantanannya dalam satu kali hentakan. Itu cukup mengejutkan baginya.

Disana, Jungkook mulai menggerakkan pinggulnya sembari meremas bokong Lisa--membuat desahan mereka mulai terdengar mengudara bersama detik jarum jam yang semakin membawa waktu.

"Ahn.. J-Jungkook.." Lisa menyelipkan jemari lentiknya pada helaian surai si pemuda, melampiaskan hasratnya yang semakin bergejolak. Jungkook memang benar-benar sialan. Mereka nyaris terlambat tapi Lisa tetap enggan menolak atau pun berhenti atas setiap sentuhan yang diberikan oleh pemuda tersebut. Aktifitas ini terlalu memabukkan. Lisa selalu menyukainya.

"Hmmh.. Yes, baby.."

Iya, si pemuda Jeon ini memang sungguh brengsek. Ia hanya memanggil Lisa dengan sebutan demikian ketika mereka sedang bercinta. Tapi siapa peduli? Bahkan Lisa sama sekali tak memedulikannya. Mereka membebaskan diri untuk meracaukan apa saja selama sesi tersebut.

Namun, ini fast sex, bukan? Jadi Jungkook menggerakkan pinggulnya dalam tempo yang lebih cepat, memompa miliknya, membuat suara decakan akibat penyatuan tubuh mereka terdengar lebih keras.

Lisa sudah tak bisa menahannya lagi. Perut bagian bawahnya mulai terasa kram. Gadis itu menggigit bibir bagian bawahnya dan--

"Ugh!!" meloloskan desahan terakhir dari babak pagi ini ketika Jungkook menghentak dengan kuat--menyemburkan cairannya di dalam sana.

Jungkook selalu ingin seperti itu. Menolak memakai pengaman dan mengeluarkan sperma seenaknya di dalam milik Lisa dan membuat gadis itu terpaksa harus mengonsumsi pil pencegah kehamilan.

Jika ditelaah pada enam bulan kebelakang, agaknya Lisa tak pernah menyangka akan bertemu dengan seorang pemuda seperti Jungkook. Mereka seumuran, sama-sama berusia dua puluh tiga tahun, namun dengan garis takdir yang jauh berbeda.

Lalisa Kim lahir dari rahim seorang wanita pekerja seks komersial, sementara Ayahnya adalah seorang pemabuk yang sangat kasar dan ringan tangan. Lisa hidup di dalam lingkungan yang buruk. Ibunya selalu pulang dengan lelaki yang berbeda disetiap harinya, dan sang Ayah hanya akan pulang untuk meminta uang dan seringkali memberikan beberapa tamparan maupun pukulan kepada Lisa dalam kondisi mabuk.

Lisa seperti hidup di dalam neraka. Tak ada tempat yang aman untuknya. Tak juga tersedia sebuah pundak hanya untuk bersandar ketika dirinya merasa letih menghadapi semua tekanan yang ada.

Lisa bahkan harus menerima kenyataan pahit ketika keperawanannya direnggut paksa oleh mantan kekasihnya, yang kemudian meninggalkannya dan mengakhiri hubungan mereka begitu saja. Itu benar-benar kelam. Hidupnya seakan tercipta didalam lingkaran berduri, yang akan membuatnya terluka jika ia bergerak meski hanya satu inci saja.

Semenjak saat itu, hatinya mulai mati. Ia sama sekali tak berselera untuk kalimat semacam 'cinta' atau sejenisnya. Lisa tidak percaya akan hal itu, sebab ia sama sekali tak pernah menemukan dua pasang bola mata milik Ayah dan Ibunya yang berbinar dan saling menatap penuh cinta. Pun, dengan kejadian yang menimpanya, dimana kasih sayang dan kalimat yang sarat akan pujaan terdengar dari belah bibir sang mantan kekasih--yang pada kenyataannya hanya bermanifestasi menjadi sebuah nafsu birahi yang membumbung tinggi.

Dan omong-omong, Lisa bekerja di sebuah minimarket yang terletak dipinggir kota hanya untuk membunuh waktu, berusaha meninggalkan sebuah kubangan penuh racun yang ia sebut sebagai rumah walaupun hanya delapan jam dalam sehari.

Tapi pada malam itu, Tuhan seolah tengah membelokkan jalur hidupnya dalam suatu peristiwa. Lisa mengalami sebuah insiden penjambretan, dan Jungkook berlari untuk mengejar seorang keparat yang berhasil membawa tas lusuhnya yang tak berharga itu. Well, sebenarnya didalam sana hanya terdapat beberapa lembar won saja--sisa uang yang ia miliki dipenghujung bulan sebelum menerima gaji yang tak seberapa.

Namun Jungkook berhasil mendapatkannya, membawa benda itu kembali pada Lisa dengan peluh yang bercucuran dan luka yang berdarah disudut bibir.

Malam itu benar-benar luar biasa. Lisa tidak pernah berpikir kalau ia akan menawarkan diri untuk mengobati luka Jungkook dan melangkah menuju apartemen pemuda itu. Dan disana, tepatnya ditempat dimana ia berpijak saat ini, untuk pertama kalinya Lisa melakukan seks dengan orang asing yang bahkan baru dikenalnya.

Gadis itu hanya berpikir, kalau seseorang mengatasnamakan cinta hanya untuk sebuah seks, mengapa ia tak langsung melakukannya saja tanpa menyeret embel-embel kalimat menjijikan semacam itu? Jadi tak ada hati yang perlu dipatahkan, dan tak ada perasaan yang perlu dikorbankan.

Atas sebuah momen dalam suasana yang mendukung dan melahirkan sebuah kesepakatan--setelah malam itu terjadi, Lisa dan Jungkook benar-benar saling berpegang teguh pada pendirian masing-masing bahwa..

..mereka tak akan pernah saling jatuh cinta, meski ranjang selalu berderit akibat ulah bersama.

mereka tak akan pernah saling jatuh cinta, meski ranjang selalu berderit akibat ulah bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
living together | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang