Sudah kuduga, kamu berbeda. Terlihat sekali dengan caramu memandang suatu hal
------------
Masih sama saja dengan hari hari sebelumnya. Sudah lewat tiga bulan ia berada di sekolah menyebalkan ini. Sekolah yang tak pernah Syifa inginkan, sekolah yang tidak sesuai dengan ekspetasinya. Ia akan memberontak di sekolah ini, kalau bisa ia harus menjadi pusat perhatian agar ia bisa menyampaikan argumennya.
Sedari tadi ia mencari nama organisasi yang ia incar sejak awal. Pecinta Alam, namun Syifa tidak menemukan organisasi yang ia incar.
Syifa menghela napas kasar, moodnya hancur berantakan ketika mengetahui fakta bahwa sekolahnya melarang seluruh aktifitas di luar sekolah tanpa izin. Sekolah yang tak mau ambil pusing !
Akhirnya ia memilih pramuka sebagai gantinya, ia berharap semoga kegiatannya sama seperti apa yang Syifa bayangkan.
Lalu suara menginterupsinya, "Kamu milih apa syif ?" Salsa, teman barunya di kelas ini yang mempunyai pemikiran sama dengan Syifa. Tidak nyaman sekolah !
Balas Syifa malas, "Taekwondo sama Pramuka "
Salsa terkejut, gadis dengan postur tubuh seperti Syifa memilih ekskul yang menguras energi dan juga fisik. Apakah Syifa tidak salah pilih ? Salsa khawatir dengan pilihan Syifa. Padahal sebenarnya Syifa tidak sekalem yang terlihat.
"Kamu nggak salah pilih ? " Salsa bertanya memastikan .
"Nggak"
"Kamu tuh kecil lho" Tukasnya .
"Iya, emang kenapa sih ?" Syifa mulai bingung dengan arah pembicaraan Salsa.
"Ya- Aku takut kamu gak kuat" Gadis berkulit cokelat itu menampakkan deretan giginya.
"Elah, Aku udah sabuk merah di Taekwondo. Cuma aku udah fakum 3 tahunan, jadi nggak ada salahnya aku ikut lagi" jelasnya.
Salsa ber-oh ria meski masih tak yakin dengan penjelasan Syifa. Ah tapi sudahlah! Biar bagaimanapun ia belum mengenal Syifa lama -
🌲🌲🌲
"Aksa mulai besok sudah bisa masuk sekolah ya " Tutur Pak Mulyono halus,
Sembari melempar senyum ke Aksa yang duduk di depannya." Oh iya pak " Aksa tersenyum, menampilkan senyum termanisnya.
Ada sedikit perasaan sedih jauh di dalam hatinya. kenyataanya ia tak bisa membantah keinginan mamahnya untuk tidak memindahkan Aksa ke sekolah reguler, ya walaupun sekolah ini berbasis Islam. Namun tetap saja, berbeda dari pondok.
"Aksa, gapapa kan harus mengulang mulai dari kelas 10 lagi ? " Suara Pak Mul menginterupsi Aksa di tengah lamunannya.
"Insyaallah, saya Ikhlas dengan peraturannya" Balasnya.
"Kelas kamu akan berbeda dengan adikmu Azka. Kamu akan masuk di kelas science 3 yang mana muridnya tidak terlalu banyak"
Aksa menganggukan kepala, mengerti. Lalu mengajukan sebuah pertanyaan.
"Apakah di sekolah ini ada program Tahfidz Qur'an ?

KAMU SEDANG MEMBACA
THE ARGUMEN
AdventureIni bukan perihal cinta monyet anak muda di jaman sekarang yang mencintai tanpa sebab. Ini bukan cerita cinta melankonis yang kronis dan juga tragis. Ini tentang argumen, opini yang selalu kontradiktif walaupun hanya terkadang. Bukan hanya tentang m...