4. Cengkrama

18 2 0
                                    

Berontak itu tidak salah
Pemberontak tidak sepenuhnya salah
Lalu apa yang salah ?

——————————

Angin berhembus tajam membelah riuhnya suasana. Haidar memacu gasnya dengan kecepatan tinggi, seakan jalanan miliknya sendiri.

Sampailah ia di tempat yang ia tuju. Memasuki halaman rumah megah milik sang eyang. Nampaknya sudah lama ia tak berkunjung, tapi tempat itu masih sama.

Haidar merogoh saku jaketnya, mengambil seputung rokok dan menyulutnya dengan api. Setidaknya saat ini ia merasa lebih tenang dengan rokoknya.

Ia menyesap rokoknya di teras depan, sambil sesekali mengepulkan asap rokok melalui bibirnya.

Ting

Sebuah pesan masuk melalui ponselnya.

Kemal

Lo dimana ?

Lo inget nggak cewe yang  waktu itu kita ketemu di halte ?

Kok gue kepikiran dia terus ya ? Unik banget dia.

Bacot !

Elah! Lu beneran gak penasaran ? Sumpah nih cewek, keren !

Apa sih lebay lu !

Pokoknya gw weekend ke Solo !

Ngapain sih lu ?

Gw mau nyamperin bidadari surga ! Gw dah stalking sekolahnya, mantep pokoknya dia.

Biasanya juga lu sukanya sama yang pakai pakean kurang bahan .

Kalo gw bisa berubah kenapa enggak

Serah !!

Diam diam Haidar memikirkan sosok gadis yang ia temui saat liburan di Solo. Lucu, gadis itu bahkan menikmati hidup dengan sebegitu indahnya. Ia tertawa bersama imajinasinya tanpa peduli orang lain menganggapnya aneh.

"Siapa sih namanya ? Asya ? Syila ? Aduh pake S , siapa ya ?"
Haidar berupaya mengembalikan ingatannya. Namun belum juga mengingat.

"Ahh, Syifa iya iya namanya Syifa"

Tiba tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang, membuat Haidar tersentak.

"Kamu sejak kapan sampai sini ?" Tanya sang eyang lembut.

"Udah sejak tadi eyang, cuma Haidar ngrokok dulu disini" Haidar menampilkan senyum getirnya.

"Udah dimatiin aja rokoknya, ayo masuk rumah eyang" Eyang menyambut baik kedatangan Haidar.

Hanya sang eyang yang bisa mengerti kondisi dirinya, saat kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai dan sang kakak yang masih studi di luar negeri. Haidar merasa dirinya sampah! Ia seperti di buang dan tak ada yang memungutnya kembali.

" Eyang "

"Iya ada apa cah bagus ?"

" Haidar boleh ke Solo eyang ? Ke tempat mbah buyut ? Haidar pengen nenangin pikiran eyang " Pinta Haidar yang lalu dibalas senyuman oleh sang eyang.

THE ARGUMEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang