3. Surat Peringatan

42 2 0
                                        

Untuk apa sebuah pelarian, kalau pada akhirnya tak ada pencapaian.

——————

Pionering adalah salah satu teknik pramuka dalam penggunaan peralatan tongkat dan tali yang dirangkai menjadi sebuah model suatu objek, Seperti bangunan kreatif, Tandu, Menara Kaki tiga, menara kaki empat, dan alat-alat lain nya.

Tim pionering yang akan maju lomba kali ini sedang gencar berlatih di bawah gedung , mengingat lomba tinggal 4 hari lagi. Yang mereka inginkan hanyalah kemenangan yang abadi untuk tim pramuka. Sebab hanya dengan menang, organisasi ini akan diakui oleh sekolah.

Di ujung bangunan, ada Syifa yang sibuk menghafal dan memahami materi yang akan diajukan. Mengerutkan keningnya seperti berfikir keras, dan sesekali mengetuk otaknya dengan pensil. Ia tak habis pikir, kenapa ia bisa terpilih untuk ikut lomba ? Kenapa harus masuk mata lomba cerdas cermat ? Otaknya seakan mengepul untuk menghafal sandi sandi morse ini.

Tiba tiba seseorang mengahampirinya, "Gimana Syifa ?"

Anisa yang tak lain adalah kakak senior di pramuka, dan sekaligus tim cerdas cermat sangat berharap dengan Syifa. Ia terlalu pusing untuk mengurus segala keperluan pramuka sampai sampai tidak bisa fokus dengan lombanya.

"udah 85% kayaknya" Syifa menjawab dengan mantap.

"Yaudah bagus kalau gitu, habis ini adzan Ashar. Nanti kita makan dulu habis itu lanjut lagi ya, Semangat Syifa" Anisa mencubit pipi Syifa sebelum pergi.

Di tengah kesibukan para anggota yang serius mempersiapkan diri untuk lomba. Tiba tiba perdebatan muncul begitu saja. Gaduh, ricuh situasi saat ini tampak membingungkan. Syifa yang tak tau apa apa ikut bingung.

Pak Naz, selaku kesiswaan terlihat marah. Wajahnya pun memerah seakan ingin meledak. Ia menaikkan volumenya hampir berteriak.

"Saya gak mau tau !! Sebelum jam 5 Sore ! Semua ini harus sudah beres !! Nggak ada latihan sampai malam!! Apapun alasannya ! Dan nggak ada latihan dibawah gedung ! "

"Tapi pak, kita mampu bertanggung jawab" Jelas Faril halus.

Faril adalah ketua dan orang yang paling bertanggung jawab untuk lomba ini . Jadi ketika ada masalah di pramuka, ia lah yang akan pertama kali muncul .

"Tanggung jawab ?!" Kali ini nadanya lebih tinggi . Nafasnya mulai memburu dengan emosi yang tak bisa terkontrol. Memang seperti itu karakter Pak Naz selaku kesiswaan.

Faril menghela nafas frustasi, ia bingung harus melakukan apa kali ini.

"Yaudah pak, kami buat perjanjian saja dengan bapak. Nanti jika kami menang — bapak harus mengizinkan kita untuk terus ikut lomba di event selanjutnya. Tapi jika kami kalah — bapak boleh melarang kami untuk lomba apapun"

Semua anggota takjub, lebih tepatnya tidak percaya. Apa mereka mampu ? Bagaimana jika kalah ? Hancur sudah organisasi ini dimata sekolah. Ditambah lagi persaingan yang ketat dari sekolah lain yang jam terbangnya lebih dari mereka.

"Oke, kalau itu mau kalian. Semua saya serahkan pada kalian. Tapi ingat! Kalau pada akhirnya kalian kalah! Jangan harap apapun"

Pak Naz pun pergi berlalu begitu saja, merasa menang di perdebatan kali ini. Namun tidak dengan Syifa yang sedari tadi menahan emosi, sekolah elitis ini kaya sekali lhoh. Kenapa sangat pelit ? Bahkan selalu mempersulit anggaran yang diajukan organisasi organisasi lain yang ingin mengikuti lomba .

🌲🌲🌲

Sedari tadi Syifa penasaran dengan sosok murid yang duduk di depan kursi pak Naz sembari  memeluk mushaf di dadanya. Siapa dia ? Ia tidak pernah melihat wajah murid itu sebelumnya.

THE ARGUMEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang