"Kak..., kak..., awas...!"
"Buk..., buk..., buk..., minggir dikit dong orang mau lewat."
"Tante..., tante..., jalannya jangan di kuasai dong, kita juga mau lewat kali..."
Bermacam suara dan panggilan yang singgah di telinga Nurul Mawaddah. Seorang gadis yang baru menginjak dewasa. Umurnya baru dua puluh satu tahun tapi acap kali di sangka umur tiga puluh tahun hanya gara-gara kelebihan berat badan.
Tingginya sekitar 156 cm tapi berat badannya tujuh puluh kg. Seorang pekerja sambilan di sebuah rumah makan bernuansa melayu. Setelah tamat SMA dia tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di karenakan tidak cukup biaya. Hidupnya yang pas-pasan semenjak ditinggal kedua orang tuanya hanya mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Meskipun demikian Nurul selalu bersyukur atas nikmat yang Allah titipkan padanya.
Nurul, begitu panggilannya sehari-hari selalu bekerja untuk mencari nafkah. Meski hidup sendiri Nurul tidak pernah meminta dan mengemis pada sanak saudaranya. Selagi ia mampu maka ia akan bekerja, apapun itu asal halal untuknya.
Seperti sore ini, Nurul baru pulang dari tempatnya bekerja. Shifnya dari jam dua belas siang sampai jam delapan malam. Tapi hari ini dia pulang cepat karena merasa tidak enak badan.
Baru saja Nurul berjalan di trotoar depan rumah makan tempatnya bekerja, ia sudah di godain oleh orang-orang iseng yang selalu menjahilinya.
Sebenarnya Nurul merasa risih dengan perlakuan orang-orang yang tidak di kenalnya. Namun dia membutuhkan pekerjaan ini sehingga Nurul berkeras hati menahan segala macam cabaran dan dugaan yang datang silih berganti.
Nurul terus berjalan tanpa memperdulikan omongan mereka. Tiba di halte Nurul langsung naik bus yang kebetulan ada disana menunggu para penumpang. Sebelum naik, Nurul melihat dulu kemana arah tujuan bus yang akan dia tumpangi ini.
Begitu sampai di dalam bus, Nurul mengamati sekitar untuk melihat kursi penumpang yang kosong. Dan matanya mendapati satu tempat yang kosong di samping seorang pemuda yang sibuk dengan buku di tangannya.
Tak menunggu lama Nurul pun melangkahkan kaki dan duduk disana. Lelaki di sampingnya hanya menoleh sebentar sebelum ia kembali lagi fokus ke bukunya.
Baru saja Nurul mendaratkan bokongnya di kursi penumpang, ia melihat seorang tua renta baru masuk dan mencari bangku kosong. Tapi semua sudah di penuhi oleh penumpang. Melihat itu Nurul tidak tega dan berdiri memberikan tempat duduknya kepada wanita tua renta tadi.
"Terima kasih, nak. Semoga hidupmu di limpahi keberkahan dan kemuliaan." begitulah doa yang diberikan wanita tua itu untuk Nurul.
Mendengar ucapan doa yang tulus dari wanita tua membuat hati Nurul terharu-biru. Baru kali ini ada yang memanggilnya "nak" dan memberikan doa tulus untuknya.
Nurul tersenyum simpul dan mengaminkan di dalam hati. Bus sudah mulai berjalan Nurul siap siaga dan memegang gantungan di atas kepalanya. Ia berusaha agar tidak jatuh saat mobil ngerem mendadak.
Cukup sekali kebodohannya dulu hingga dia jatuh terduduk di dalam mobil yang di penuhi banyak penumpang. Sakitnya tidak seberapa tapi malunya itu yang membuat Nurul tidak suka naik bus. Karena hari ini duitnya pas-pasan makanya dia terpaksa naik bus. Biasanya ia pulang naik taksi online yang dipesannya.
"Pulang kemana, nak?" suara wanita tua itu membuyarkan lamunannya.
"Ke Paya Kambuh, nek." Nurul tersenyum melihat wanita tua manggut-manggut. "Nenek pulang kemana?" tanya Nurul kemudian.
"Nenek pulang ke Mina Rabau."
Setelah itu kembali hening. Nurul fokus ke luar jendela melihat sampai mana sudah bus berjalan. Saat matanya melihat arah tujuannya hampir sampai, Nurul pamit turun duluan kepada nenek tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Getaran Rindu (Pindah ke Innovel/Dreame)
Fiksi UmumCinta sejati tidak hanya memandang fisik dan rupa, ianya hadir dalam hati karena iman dan takwa... 📝 13/03/2020