Fatih baru saja merebahkan tubuhnya saat ponselnya berdering.
"Halo...,"
"Fatih, kau di tugaskan untuk menyelidiki kasus pemerkosaan yang baru-baru ini terjadi. Kami dapat kabar kalau sekarang dia sudah memasuki daerah pedesaan yang tidak jauh dari tempat kau berada sekarang. Coba kau cari tahu daerah mana yang sedang dia incar."
suara dari seberang sana membuat Fatih menarik nafasnya dalam-dalam kemudian di hembuskannya secara kasar. Baru saja dia selesai menangani kasus penipuan dan sekarang dia harus menangani kasus pemerkosaan. Baru saja dia merasa tenang dan sekarang terusik dengan pekerjaan.
"Baiklah, aku akan mencari tahu." akhirnya kalimat itulah yang keluar dari mulutnya setelah lama diam.
Setelah mengakhiri pembicaraan yang singkat itu, Fatih bangun dan melangkah ke kamar mandi. Dia butuh mandi untuk menyegarkan pikiran dan badannya.
Muhammad Fatih Alqatiry, itulah namanya. Campuran Timur Tengah dan Melayu. Umurnya tiga puluh tahun dan bekerja sebagai penyelidik di salah satu kantor cabang BIN yang ada di Negaranya. Dia juga seorang pengusaha muda.
Pekerjaannya sering kali membuatnya mempertaruhkan nyawa. Tidak ada yang tahu pekerjaannya selain seorang pengusaha muda yang sukses.
Sebenarnya kasus penipuan dan pemerkosaan yang akan Fatih tangani sekarang bukanlah bagiannya, tapi dia harus tetap melakukannya demi menyelidiki satu kasus besar yang belum terpecahkan.
Sore ini Fatih langsung memulai aksi penyamarannya. Setelah mendapat kabar dari bawahannya tadi siang.
Bus yang dia tumpangi berhenti, tapi dia tetap fokus dengan buku yang sengaja dibawanya sebagai teman penghilang rasa suntuk dan bosannya nanti.
Merasakan ada seseorang yang duduk di dekatnya, Fatih menoleh sebentar kemudian melanjutkan kembali bacaannya.
"Terima kasih, nak. Semoga hidupmu di limpahi keberkahan dan kemuliaan."
Fatih mengernyit heran karena suara wanita yang duduk di sampingnya seperti suara nenek-nenek. Fatih tidak peduli, dia tetap fokus dan sesekali melihat keluar jendela.
"Pulang kemana, nak?" suara nenek-nenek tadi tertangkap lagi di pendengarannya.
"Ke Paya Kambuh, nek." suara merdu yang lain juga ikut mengalun di telinga Fatih.
Fatih terpesona, ia menoleh dan netranya tidak berkedip menatap wanita berhijab lebar dan bertubuh subur di depannya.
Di matanya, Fatih melihat ada cahaya yang terpancar di wajah wanita itu. Senyum tulus dari pancaran sinar matanya tidak menutupi kecantikannya meskipun tubuhnya terlalu berisi.
Sadar akan kelancangannya, Fatih segera mengalihkan tatapannya lagi keluar jendela. Sepertinya tujuan yang dia tuju hampir sampai.
Fatih bangun dari tempatnya dan meminta maaf kepada wanita tua yang duduk disampingnya agar memberi celah untuknya keluar.
"Huuppp..!!!" Fatih loncat turun segera setelah bus berhenti.
Fatih berjalan menuju ke rumah yang akan dia tempati selama dia tinggal disana. Sebelum itu Fatih harus memberitahukan keberadaannya kepada Kepala Desa. Tapi yang jadi masalahnya sekarang adalah Fatih tidak tahu dimana tepatnya rumah Kepala Desa itu.
Aaahh..., dia akan bertanya saja pada wanita yang ada di depannya dari pada nanti dia tersesat. Tapi semakin Fatih mempercepat langkah kakinya, sosok wanita di depannya juga mempercepat langkahnya.
Fatih heran dengan kelakuan wanita itu. Dia tidak ambil pusing yang penting dia harus menanyakannya dan memperoleh jawaban secepatnya.
"Assalamu'alaikum, dek...," Fatih mulai menyapa wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Getaran Rindu (Pindah ke Innovel/Dreame)
Genel KurguCinta sejati tidak hanya memandang fisik dan rupa, ianya hadir dalam hati karena iman dan takwa... 📝 13/03/2020