problem don't solve 2.

2 0 0
                                    

" oh.. jadi karna itu kita terhubung.." kata dio sambil mengangguk paham.

"Kenapa?" Tanya hana penasaran.

"Tar juga tau.." jawab dio acuh.

"Lo kenal kakek-kakek tadi?" Tanya hana penasaran. Namun dio tidak menjawab.

"Lo nggak perlu tau." Kata Dio dengan ketus melengkang pergi dari tempat itu.

"Paling nggak gue tau.. ilat kakek tadi sama macan lo bisa bikin gue jantungan!" Oceh hana yang di tanggapi uluran tangan dio.

"Pegang." Printah dio yangmembuat hana spontan menurut.

Tak berselang lama semua menjadi gelap lalu cahaya terang menerpa. Tiba-tiba meraka berada di jalan setapak sebuah hutan. Tak berselang lama ada sekelompok prajurit dengan pakaian khas jawa.

"Ngapunten yi mas, raden mari..." kata salah satu prajurit itu

"Nyi mas? Raden?" Batin hana yang belum menyadari pakaian yang mereka pakai pun ikut berubah menjadi pakaian khas keraton jawa.

"Nggih nyi mas, raden kula utusan prabu kalawangi bapak e nyi hanaswati lan rayi mu raden gerhan " ucap orang itu tersenyum tipis.

Dengan ragu hana mengikuti dio menaiki sebuah kuda. Saat itu pun ia baru menyadari pakaian kami berubah saat ini. Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah istana keraton jawa yang sangat megah dengan nuansa daerah yang sangat kental.

"Mari.. gusti prabu kalawangi sampun ngantosi" ucap orang itu sopan dengan membungkuk memberi arahan.

"Inget di sini nggak boleh pakek lo gue. Ikuti saja apa yang terjadi kalo nggak tau diem. Iya gue tekanin lagi disini lo jadi hanaswati dan gue sebagai gerhan paham!?" Kata dio memberi wanti- wanti.

Setelah itu mereka pun masuk perlahan ke ruang sang prabu.

"Nduk ayu" panggil seseorang dengan suaranya yang familiar.

"Tole piye kabarmu?" tanya orang itu.

Dia kakek yang sama, hana tersenyum tipis saat tau hal itu.

"Prabu.." kata dio sangat sopan dengan membungkuk memberi salam.

Melihat hal tersebut hana pun spontan ikut membungkukkan tubuhnya.

"Kakek?"ucap hana pelan. Mendengar hal itu prabu kalawangi hanya tersenyum.

"Aku iki ayah prabu bapak e nyi hanaswati lan rayi mu nduk.." ucap prabu kalawangi mengusap lembut rambut  hana dan dio bergantian.

Dio pun hanya mendengus mendengar hal itu dan prabu kalawangi pun terkekeh melihat sifat anaknya yang begitu melekat pada seorang dio.

"Udah tau kan ayo pergi." Ketus dio menarik hana keluar dari sana.

Sampai di taman istana yang cukup sepi.

"Udah lo keponya?" Ucap dio ketus

"Di sini cuma ada kita" lanjut dio yang seolah paham dengan tatapan bingung nya.

"Raden yang di maksud kakek itu lo?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut mungil hana.

"Bukan gue!?" Ucap dio kesal

"Lalu kenapa lo benci banget sama ayah prabu?" Tanya hana lagi. Pertanyaan unik yang menuju arah sensitif seorang gerhan.

"Raden seng tak maksud udu tole bagus nduk ayu.." saut seseorang dari belang.

"Ayah prabu.." cicit hana pelan dengan tubuhnya yang gemertar takut, ia sangat takut melihat apa yang mengikuti kakek itu. Macan putih bukan hanya satu tapi tiga dan seekor naga ungu mengelilingi kami.

"Ojo wedi mereka ora bakal ngalrani awakmu.." kata parbu kalawangi di selingi kekehan pelan.

"Prabu.. boten becik nek nyi mas mati kewedhen.." kata dio sambil mendengus kesal atas perilaku prabu kalawangi yang menurutnya kekanak-kanakan.

"Ono wayahe kon eruh sopo raden sing tak maksud ne.. saiki mbaliko nek jaman mu nggak becik kesuwen neng kene" terang prabu kalawangi.

" nduk ayu.. naga ungu pingin melu awakmu nduk piye?" Lanjut prabu kalawangi disertai tawa. Dio pun bertambah kesal melihat reaksi rengkarnasi nyi mas nya itu. Pucat pasi tegang gemetar.

"Inggih kula lan rayi pamit kek.." pamit hana pelan dengan mengandeng tangan dio sangat kuat menyalurkan hasrat ingin segera pergi dari kondisi aneh itu.

*rayi = adik
* nyi mas = kakak perempuan
* raden = pangeran

Perlahan pandangan hana pun mengelap kembali lalu cahaya terang menerpa. Mereka kembali ke masa nya di sambut kauman macan putih di depannya yang membuat tubuhnya menegang dan gemetar diantara kaget dan takut.

"Imut kan?" Pertanyaan dio yang dihadiahi gebukan keras pada lengannya.

"Lo bilang imut? Nggak lucu tau nggak jantung gue rasanya mau keluar tau nggak" sembur hana yang membuat dio menatapnya lekat lalu terkekeh.

"Bisa ngomel juga ternyata lo😂" kata dio mengoda. Hana mendengus dan memulai mengerutu di balik dingin bin ketus nya seorang dio masih ada sifat menyebalkan seperti ini. Pantas kakaknya betah berteman dengan nya. Mereka sama-sama menyebalkan bagi seorang hana.

"Kemana?" Kata dio menghentikan kekehannya melihat hana pergi menjauh dari posisinya saat itu.

"Baliklah mau nginep sini? Gue sih ogah serem😣" saut hana sambil berlalu.

"Naga tadi masih ngikutin kita lo!?" Kata dio yang masih terdengar oleh hana yang spontan menghentikan langkahnya.

"Serius?!😱" ucap hana mulai mencari perlindungan dari dio. Ia mendekatkan diri ke dio yang merasakan aman ketika merasakan aura dio yang membuatnya seakan terlindungi.

Sudah beberapa hari hana dan dio di ikuti naga ungu yang auranya sangat kuat sehingga menarik beberapa indigo bahkan 'mereka' untuk mendekat.

___________________________bersambung_

Haloha👋

Udah lama ya nggak nyapa para readers setia 😉
Ini cerita horor versi seorang shelahardides27.

Makasih sudah dukung cerita ini gais😗

Jangan lupa comen ya kalau ada yang nggak ngerti atau ada kurang jelanya.

Tekan bintang di bawah nggak buat kalian dosa kok dapat pahala malah hargai karya orang lain😍

See you next chapter gais
Hbd to yang ultah bulan ini

13-03-2020

God's Right HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang