ᴍɪɴɪʟᴇᴠᴇɴ

58 10 9
                                    

Legenda Tsuko No Usagi
===========•••===========

Pernahkah engkau mendengar cerita tentang kelinci yang tinggal di Bulan? Sudah lama sekali, aku mendengar dongeng ini. Kala itu, serial tv Cina yang banyak berkisahkan tentang dewa-dewa dan mitos dari cerita rakyat di Cina sedang populer di Indonesia.

Salah satunya adalah serial tv 'Kera Sakti' yang menjadi favoritku saat itu. Namun, bukan dari siluman kera nakal itu aku mengetahui kabar perihal kelinci di Bulan.

Jadi, pernah suatu sore sahabat kecilku menunjuk ke arah langit. Saat itu Bulan hampir sempurna dan kita bisa melihat Bulan dengan tenangnya duduk di atas sana.

Sahabat kecilku berkata, "Tahukah kamu, ada kelinci di Bulan?" Pertanyaan yang mirip dengan pertanyaanku di awal tadi. Jangan tanya sahabatku ini tahu dari mana, sebab aku pun masih menganggap pertanyaannya itu ajaib.

Otak polosku lama sekali memikirkannya. Sahabatku tidak menjelaskan lebih lanjut siapa kelinci misterius itu-karena memang dia tidak tahu asal muasalnya.

Kita hanya memperdebatkan tentang-mana buktinya kalau kelinci itu ada di sana?

Kalau diperhatiakan baik-baik, sebenarnya bercak-bercak hitam yang ada pada Bulan membentuk gambar kelinci. Mungkin saja, maksudnya secara harfiah bukan kelinci yang tinggal di Bulan, tetapi hanya gambar kelinci! Begitulah dugaanku waktu dulu.

Setelah itu aku melupakan kelinci itu untuk bertahun-tahun lamanya.

Dan baru mengingatnya kembali ketika aku bergabung di RAWS Community, dan komunitas hebatku ini memungkinkan aku untuk menuliskan mitos-mitos yang boleh jadi berguna sebagai bahan riset.

Aku pun mencari tahu informasi tentang si kelinci dan mencoba menuliskannya kembali di sini.

Setelah membaca informasi melalui internet, ternyata legenda kelinci di Bulan ini benar-benar ada, bahkan menjadi cerita rakyat di tiga negara, yakni Jepang, Cina, dan Korea. Sahabat kecilku ternyata tidak membual.

Mau tahu kisahnya? Simak kisah Kelinci di Bulan berikut ini yang kubaca dari artikel berjudul 'Legenda Kelinci di Bulan dari Jepang'

===========•••===========


"Alkisah, di sebuah hutan, hiduplah tiga ekor hewan yang bersahabat dengan baik. Mereka adalah kelinci, rubah, dan monyet.

Suatu hari tanpa mereka tahu, Dewa penjaga Bulan mengamati mereka dari langit. Sebetulnya, Dewa penjaga Bulan ingin tahu siapa dari ketiga hewan tersebut yang paling baik hati.

Usut punya usut, Dewa penjaga Bulan telah menyusun sebuah rencana. Maka, ia turun ke Bumi dengan menyamar menjadi seorang pengemis.

"Tolong, saya sudah berhari-hari tidak makan. Saya sangat kelaparan," katanya, "tolonglah Kakek tua ini."

Melihat Kakek tua yang tidak berdaya, ketiga hewan merasa kasihan. Akhirnya, mereka setuju untuk pergi mencari makanan, untuk diberikan kepada pengemis tua itu.

Beberapa saat kemudian, monyet datang membawa banyak buah, rubah datang membawa seekor ikan besar.

Namun, hanya kelinci yang tidak mampu menemukan apapun. Sebab ia terlalu pendek untuk mengambil buah di ranting dan tidak bisa menangkap ikan di sungai.

Tapi kelinci tidak kehabisan akal. Ia meminta tolong teman-temannya untuk bersama mengumpulkan kayu bakar dan menyalakan api.

Ketika api sudah menyala terang, kelinci berkata kepada pengemis itu,

"Aku tidak bisa memberikanmu apapun. Namun aku takkan membiarkanmu kelaparan. Aku akan masuk ke dalam api. Setelah matang, makanlah dagingku supaya kamu tidak lapar lagi."

Ketika itu juga, kelinci hendak melompat ke dalam api.

Dalam sekejap, Sang Dewa menyelamatkan kelinci dan menampakan wujud aslinya.

"Kau tidak perlu membakar dirimu wahai kelinci. Sebenarnya, aku adalah Dewa penjaga Bulan. Ketulusan dan kebaikanmu membuatku terharu. Ikutlah denganku ke Bulan untuk menemaniku."

Sejak saat itu, kelinci tinggal bersama Sang Dewa. Ia melayani Sang Dewa dan mengawasi Bumi dari kejauhan.

Bila monyet dan rubah merindukan sahabatnya, mereka memandang bulan di langit untuk melihatnya. Bila bulan purnama tiba, akan terlihat si kelinci yang sedang membuat mochi (kue beras) untuk Sang Dewa."

The End.

===========•••===========

Nah, nah, begituah kisahnya. Aduh, siapa yang taruh bawang di sini? Jadi nangis, kan. Menangis bahagia. Dan akhirnya rasa penasaranku terobati.

Menurutmu, pesan moral apa yang bisa kita ambil? Menurutku, cerita tersebut memberikan pesan bahwa setiap perbuatan pasti akan dibalas dengan setimpal, begitu pun perbuatan baik kita. Atau tolonglah orang yang kesusahan dengan setulus hati.

Itu tadi cerita versi Jepang dengan judul Tsuko No Usagi (Kelinci di Bulan). Usagi artinya kelinci dan Tsuko artinya Bulan. Cerita versi Korea sebetulnya sama saja dengan versi Jepang.

Untuk legenda di Cina, Kelinci di Bulan sering digambarkan sebagai teman dari Dewi Chang'e yang sedang membuat ramuan kehidupan abadi untuknya.

Ketiga negara ini memang sering kali legendanya memiliki kemiripan. Contohnya, kisah rubah berekor sembilan dalam cerita rakyat Tiongkok disebut Huli Jing.

Bagi rakyat Jepang, rubah ekor sembilan disebut Kitsune atau Inari yang dipercaya sebagai pembawa pesan dari Kami. Semakin banyak jumlah ekor Kitsune, maka semakin tua, bijak, dan kuat Kitsune tersebut. Sedangkan di Korea, kisah tentang siluman rubah ini dikenal dengan nama Kumiho.

Sumber:

http://student-activity.binus.ac.id/nc/2016/03/04/legenda-kelinci-bulan-dari-jepang/

Wikipedia.com

Artikel tentang Mitologi dipublikasikan tanggal 17.05.2020.

Mini Riset! - Topik Acak MenarikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang