jimin tengah berdiri didekat meja makan dengan apron yang menggantung pada badannya dan piring yang berada ditangannya serta senyuman yang senantiasa berada dibibirnya
"tidak minat, apalagi kau yang membuat"
kalimat sarkas sering taehyung lontarkan kepada jimin tetapi jimin selalu memaklumi itu, jimin selalu tersenyum meskipun hatinya sedikit sakit karena ia tidak diterima dan tidak dihargai oleh taehyung tapi tidak apa apa selama ia masih melihat taehyung semuanya akan baik baik saja
"kau harus makan, setidaknya sedikit saja biar tidak sakit"
"apa pedulimu? jika aku sekaratpun mungkin kau dan mamamu itu akan senang, aku tidak bodoh park jimin"
jimin tau sangat terlampau tau akan kehadirannya yang membuat taehyung dongkol setengah mati
"aku tidak seperti yang dipikiranmu taehyung"
suara jimin merendah dengan senyum sendu yang masih setia terpaku pada wajah chubbynya
entah berapapun kalimat sarkas yang dilontarkan taehyung itu tidak membuat senyumnya hilang bahkan sedetik pun senyum itu masih menggantung indah pada tempatnya
jika bisa taehyung ingin seperti jimin, selalu tersenyum meskipun banyak sekali masalah yang taehyung lalui, ia ingin menjadi sesabar jimin,tetapi ia tidak bisa
"memangnya kau tahu apa tentang pikiranku? tidak usah sok tau tentang hidupku, bukan karena kita sudah hidup 2 tahun bersama kau tahu segalanya tentangku, sampai kapanpun aku tidak sudi menganggapmu saudaraku, aku pergi"
taehyung beranjak dari tempat duduknya lalu pergi keluar rumah untuk mencari kesenangan semata untuk dirinya
ketika pintu tertutup keras air mata jimin lolos sangat deras
-----
taehyung pergi menuju bangunan tua yang berada didekat danau
melihat pantulan matahari yang tengah berada tepat diatas air danau yang tenang dan sunyi
ia merindukan sosok mama
kadang ia berfikir siapa yang salah diantara mama atau papanya
taehyung tidak tau kebenarannya, siapa yang salah dan siapa yang benar
yang taehyung tahu papanya menyakiti mama taehyung dengan bermain dibelakang mama hingga mamanya meninggal
ingin menangis tapi rasanya air matanya telah kering
"hei taehyung maaf aku terlambat"
"lama sekali kau jungkook darimana saja?"
"sedikit kendala tetapi sudah teratasi"
taehyung hanya mengangguk
"bagaimana? apa kau dengan jimin sudah berbaikan?"
"kau sudah tidak waras? tidak mungkin aku berbaikan dengannya"
"apa salahnya mencoba?"
"tidak mau mencoba"
"terserahmu kim, aku berharap kau tidak akan menyesal. ingin pergi makan? aku sangat lapar"
"setuju"
taehyung dan jungkook beranjak dari tempatnya menuju kedai ayam kesukaannya
jimin susah memiliki teman, bukannya anti sosial dia hanya sulit bergaul berbeda dengan taehyung meskipun ia terkenal cuek tetapi taehyung memiliki banyak kenalan disekolah
papa taehyung sering berkata bahwa 'teman taehyung teman jimin juga' jimin hanya menanggapi dengan senyuman tanpa berkata sepatah kata pun
ia sungkan dengan taehyung, ia tau diri sudah cukup ia merebut kebahagiaan taehyung dirumah jimin tidak ingin merebut kebahagiaan taehyung disekolah
bahkan sebelum taehyung tau bahwa jimin adalah saudaranya, taehyung sangat baik kepada jimin
selalu perhatian terhadap hal hal kecil yang jimin lakukan
membantu jimin mengerjakan tugas, membantu jimin mengumpulkan pr, membantu jimin ketika sedang kesusahan
taehyung semanis itu, dulu.
sekarang semuanya terbalik, berputar cepat seperti roda yang menggelinding pada permukaan miring
taehyung berubah.
-----
"jimin, dimana taehyung?"
papa mereka kim yunwoo baru pulang kerja tepat pukul 9 malam
"taehyung sedang keluar bersama temannya pa, mungkin mengerjakan tugas, habis ini juga pasti pulang"
jimin tersenyum hangat kepada sang papa yang duduk disebelahnya
"oh kau sudah pulang sayang? bagaimana hari ini? meeting dihari libur lancar?"
mama jimin berjalan mendekat kearah yunwoo sambil membawa semangkuk buah melon dengan sedikit gula
"sini biar aku lepaskan dasimu"
yunwoo hanya menurut saja dengan apa yang dikatakan jira mama jimin
"jimin jika anak kurang ajar itu sudah pulang panggilkan papa, papa ingin istirahat sebentar"
"papa jangan berkata seperti itu, taehyung itu baik tidak seperti yang papa pikirkan, begitupun juga dia anak papa"
yunwoo tidak menghiraukan penuturan jimin dan langsung menuju kamar untuk membersihkan diri dan merebahkan badan yang mau patah karena kerja extra hari ini
"tidak usah membela anak itu jimin kau cukup ikuti apa yang mama katakan"
setelah itu jira pergi meninggalkan jimin yang masih menunduk melihat ujung kakinya
"apa salah taehyung sampai kalian begitu membencinya?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.