dikesendirian malam yang gelap, anak itu memeluk tubuh ringkihnya, memeluk kedua kakinya, menenggelamkan wajah disela kakinya.
mengeluarkan tangisan perih yang tertahan dari mata yang menatap sendu serta bibir yang terkatup bisu.
ia lelah, raganya lemah, mengapung tanpa jiwa ditengah luasnya ruangan hampa.
batinnya berteriak keras ingin menyudahi semua hal yang mendominasi sebagian besar pikiran yang bersarang penuh diotaknya
"papa... sakit... tolong... hentikan"
"apa kau bilang? papa? cih kau bahkan lebih senang tinggal berada dikediaman yunwoo bersama mama jalangmu itu daripada disini dengan papamu ini jimin"
darah merah pekat berceceran di lantai jatuh dari kepala jimin akibat benturan keras pada ujung meja kaca yang tajam
"mama... sakit sekali... siapapun tolong"
setelah itu semua pandangan jimin buram dan semua berubah menjadi hitam
"hentikan... hentikan... "
"tidak jangan..."
igauan yang terdengar menyakitkan menyapa organ pendengaran taehyung
"jimin bangunlah"
wajah kakak tirinya itu terlihat begitu pucat dengan bibir yang bergetar dan nafas yang tidak beraturan, begitu berantakan dimata taehyung.
"tidak hentikan... jauhkan monster ini dariku"
keringat dingin bercucuran di kepala jimin, baju yang dikenakan juga mulai basah menembus masuk kedalam lubang lubang kecil tempat tidurnya
"apa? aku taehyung bukan monster"
taehyung menatap jimin dengan tatapan sinisnya, melihat dari gelagat jimin sepertinya dia sedang sakit
seketika ingatan taehyung ditarik paksa untuk mengingat waktu dimana dulu segala pengorbanan jimin yang memaksa taehyung menerima adanya kehadiran dirinya ataupun mengenang perih tentang mendiang mamanya kendati dirinya amat tidak berguna sebagai seorang anak
sedikit perasaan menyengat dihati taehyung melihat keadaan jimin tapi taehyung tetap berdiri pada pendiriannya, medahulukan ego menuruti gengsi dan mementingkan dendam
"jangan menyusahkan cepatlah bangun"
taehyung menggoyangkan badan jimin dengan keras berusaha agar jimin cepat bangun dan dia bisa pergi segera dari sana
jimin sadar dari mimpi buruknya,menyadari adanya kehadiran taehyung, ketakutan kembali menghantuinya
"hah... hah... taehyung... tolong aku..."
ia tergugu, mengambil napas dalam lalu melanjutkan perkataannya, suaranya terdengar parau, miris.
"aku tidak ingin hidup seperti ini, taehyung"
kemudian penglihatan taehyung terfokus pada butiran bening di ujung kelopak matanya
'apa yang sebenarnya terjadi dengan jimin'
taehyung hanya diam memandangi jimin sekilas hingga dia sadar dari lamunannya lalu pergi dari kamar jimin
"taehyung maafkan aku... "
jimin berkata lirih sembari mengingat rahasia besar yang ia pendam selama ini
"maafkan aku..."
---
siang ini jimin berniat mengajak taehyung untuk bermain game komputer bersama sekaligus berharap hubungan keduanya dapat menjadi sedikit lebih baik
jimin menemukan taehyung sedang bermain hp sambil rebahan diatas kursi sofa ruang keluarga
"taehyung"
taehyung hanya melirik atensi jimin tanpa ada niatan sedikitpun untuk memberikan respon
meskipun begitu jimin tetap tersenyum, ia mendekat kearah taehyung
"taehyung ayo bertanding bermain game komputer, aku tau kau suka bermain game dikomputer"
"tidak mood"
taehyung kembali sibuk dengan game dihpnya
"yasudah bagaimana kalau bermain game dihp saja"
"tidak asik"
"astaga taehyung terus maumu apa"
taehyung menegakkan badannya menatap kearah jimin
"apa jaminan jika aku menang tanding game pc bersamamu? tidak ada kan? sudahlah jangan membuat moodku jelek disiang hari"
"aku akan memberikan ps4 limited edition ku"
taehyung sedikit terkejut dengan tawaran yang diajukan jimin
sejujurnya ia sangat menginginkan ps4 itu, ia sampai rela membeli kepada siapapun yang memiliki ps4 itu dengan harga tinggi tapi jimin dengan mudahnya mendapatkan hadiah ps4 itu dari teman dekatnya sebagai hadiah ulang tahunnya
tidak adil sekali
jimin tersenyum melihat respon taehyung, sepertinya penawaran kali ini akan berhasil
"kau.. serius?"
"tentu saja"
taehyung menatap tajam kearah jimin
"jika kau berbohong akan kupenggal kepalamu hidup hidup"
taehyung berjalan keatas untuk mengambil laptopnya yang akan ia gunakan bertanding bersama jimin
mudah sekali merayu taehyung kali ini hanya karena game
jimin tersenyum sangat lebar hingga mata sipitnya membentuk bulan sabit, kapan terakhir jimin tersenyum selebar ini? entahlah ia sangat bahagia hanya dengan hal kecil seperti ini, tentu saja dengan taehyung
jimin berlari menuju kamarnya menyiapkan kursi dimeja komputernya untuk taehyung, mulai menghidupkan komputernya dan mulai bertanding dengan taehyung
senyum jimin tidak luntur sedikitpun dari wajahnya, bahkan ia rela mengalah ketika bermain game hanya untuk membuat taehyung senang
waktu berjalan cepat hingga akhirnya jimin dinyatakan kalah, senyum puas tercetak jelas pada mimik wajah taehyung
"aku menang darimu jadi aku bisa mendapatkan ps4 limited edition itu"
jimin tertawa renyah sekali, akan sangat menyenangkan jika hal ini dapat berlangsung dan berkelanjutan dalam waktu yang lama atau seterusnya
jimin beranjak dari kursinya mengambil sepaket ps4 lalu memberikannya kepada taehyung
"akhirnya aku mendapatkannya"
kenapa tidak dari dulu terpikirkan oleh jimin ide yang satu ini
taehyung memberesi barang barang serta laptopnya dan kembali menuju kekamarnya
jimin masih tersenyum melihat taehyung yang mulai menghilang perlahan dari balik pintu yang tertutup keras
bagi jimin bahagia itu sederhana.
"taehyung, apa kita bisa seperti ini selamanya?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.