3

111 11 0
                                    


-------
Karena aku mulai mencintai mu saat pandangan kita pertama kali bertemu.
.
.

Karena aku sanggup mencintaimu walau hanya memandang mu
---------

Seminggu telah berlalu sejak kejadian hari itu. Hari dimana aku dengan lagak seperti jagoan menyelamatkan Hinata dari orang-orang jahat itu. Dan itu berarti sudah seminggu pula, aku berada dirumah sakit ini dengan jarum infus yang masih setia menempel di pergelangan tangan kiri ku. Aku menghela nafas kasar, pikiran ku masih bersama Hinata, sedang apa dia sekarang? Apa dia baik-baik saja?

Suara derap langkah dan decitan roda menyapu gendang telingaku. Aku menoleh kearah pintu dan menunggu pintu itu terbuka. Hal pertama yang ku lihat saat pintu itu terbuka adalah wajah cantik ibuku dengan seorang suster yang mengenakan masker dan sarung tangan di tangannya

"Naru-chan. Dokter bilang kau boleh pulang sore ini" Ibuku bersorak dengan gembira, ia kelihatannya sangat senang mendengar kemajuan keadaanku.

Suster yang tadi bersama ibu pun mulai mendekatiku lalu melepaskan jarum infus dari pergelangan tanganku. Dengan senyum yang ramah suster itu mengerjakan tugasnya, setelah semuanya selesai ia pun pamit undur diri dan meninggalkan ruangan tempat aku dirawat sekarang.

Aku menatap pintu putih itu yang kini telah tertutup kembali. "Ibu, maafkan aku karena membuat mu khawatir" ujarku tanpa menatapnya. Karna kini aku masih setia menatap pintu putih itu.

"Omongan kosong, ibu justru bangga padamu naru-chan!!!"

Mendengar hal itu, aku menoleh kearah ibuku. Aku hanya tersenyum kepadanya yang tengah mengangkat kedua buah ibu jarinya. Tak lupa dengan senyum pasta gigi khas miliknya. Akhh sudah ku bilang kan, ibu ku memang memiliki jiwa sosial yang tinggi.

..
...
...
...

Hari ini, hari Senin. Aku menatap diriku dalam pantulan cermin besar. Luka ku sudah sembuh, tapi sudut bibirku masih membiru. Tapi siapa yang peduli dengan ini? Aku harus tetap sekolah. Kira-kira berapa banyak pelajaran yang telah aku lewatkan?

Aku mendengus pelan. Saat mengingat chatku dengan lee semalam. Ya menurut teman sebangku ku yang satu itu, aku telah melewati ulangan harian dari 4 pelajaran sekaligus.

"Ayo, Naruto. Jangan takutkan apapun. Datang, kerjakan lalu lupakan. Deretan angka itu tidak akan menentukan dirimu dimasa depan" Aku lalu tersenyum mantap setelah mengatakan hal itu pada diriku sendiri. Setelah itu aku pun berjalan keluar kamar, untuk berpamitan pada ibu lalu segera berangkat ke sekolah. Ya tentu tanpa sarapan, karna aku tidak terbiasa dengan hal yang seperti itu.

"Ibu, aku berangkat" kataku sembari membuka gerbang lalu mengeluarkan motor hitam kesayanganku ini. Di luar masih begitu gelap, tapi aku sudah bertindak seperti orang gila. Aku memacu motorku dengan kecepatan 80km/jam. Jika kalian bertanya apa alasannya? Maka akan ku jawab dengan senang hati. Jarak rumah ku ke sekolah berkisar 17km, cukup jauh bukan? Ya aku memang gila, begitu banyak sekolah bagus yang tak jauh dari rumahku. Tapi aku malah mendaftar ke sekolah yang jauh dari rumah ku.

Aku melirik arloji yang bertengger di pergelangan tanganku. Jarum kecil itu masih menunjukkan pukul 5.30 itu artinya aku masih memiliki waktu satu jam sebelum gerbang laknat itu ditutup oleh sang penjaga gerbang. Aku terus melajukan motorku berharap tak telat kali ini, karena ya aku sudah sangat bosan dikejar oleh malaikat pencatat amal yang setiap pagi menjagai gerbang sembari melihat waktu di handphonenya. Yap kalian betul, malaikat itu adalah guru kesiswaan disekolahku.

Jarum kecil ini sudah menunjukkan pukul 6.25, tapi aku belum sampai juga ke sekolah. Ini semua karena kemacetan yang memerangkapi diriku. Akhh sial tinggal 5 menit lagi, tapi sekolahku masih lumayan jauh. Mulutku komat-kamit berdoa pada tuhan, agar tuhan menghentikan waktu dan aku dapat selamat kali ini. Sampai di sekolah aku tersenyum senang karena sepertinya doa ku dikabulkan. Pukul 6.30 aku sudah berada digerbang sekolah terkutuk ini. Namun, sepertinya apa yang aku inginkan tak disetujui oleh tuhan.

Just StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang