6

96 10 1
                                    

----
Apapun itu, jika kamu yang mengenakan. Akan terlihat selalu sempurna dimataku
----

Hiruk pikuk sekolah kembali menyapa. Ya, tepat saat salju sepenuhnya meleleh kegiatan sekolah kembali dimulai. Dan entah mengapa,  tidak seperti biasanya aku sangat semangat menyambut semester baru ini.

Aku memajukan motorku dengan kecepatan penuh ditengah jalanan yang masih gelap gulita. Menerobos beberapa rambu lalu lintas, seperti orang gila. Persetan dengan peraturan! selama tidak ada polisi yang menjaga, peraturan boleh dilanggar kan?

Aku menyipitkan mataku, melihat lurus kedepan, memutar bola mata malas saat dari kejauhan melihat seorang polisi dengan perut buncitnya. Tanganku secara alami memperlambat laju motorku.

Ditilang saat hari pertama disemester baru? Oh ayolah orang gila mana yang mau mendapatkan bala seperti itu

Aku melajukan motorku mendekati pria buncit itu dengan santai, ya sangat santai bahkan. Namun, semuanya lenyap ketika aku mengingat bahwa aku lupa membawa sim. perasaan was-was kini bergelayut.

Ayo naruto, kau pasti bisa melewati cobaan pagi ini. Hanya beberapa putaran roda motor lagi, maka kau akan lolos, kataku memotivasi diri sendiri.

Aku menahan nafas saat melintas pria buncit itu, dan kembali bernafas saat berhasil melewatinya. Cengiran lebar kembali menghiasi wajahku, tapi lagi lagi rencana tetaplah rencana.

Priitttt...

Suara nyaring pluit membuat cengiran ku luntur seketika, perasaan was-was kembali datang. Aku makin memelankan laju motor. Saking pelannya, kurasa motorku sampai tak bergerak. Dengan berat hati aku menengok kebelakang.

"Aish, ternyata dia hanya tukang parkir?"

Aku menepuk dahiku, bernafas lega namun juga kesal. Saat mengetahui pria buncit itu hanyalah seorang tukang parkir, yang menggunakan rompi polisi

"Ya tuhan benar-benar menyebalkan"

Ku lajukan lagi motorku dengan kecepatan tinggi, membelah tokyo yang kini mulai bersinar

Just Stranger

"Naruto!"

Dengan nafas yang masih terengah aku mencari sumber suara yang menyebut nama ku. Celingak celinguk sana sini mencari suara itu.

"Disini!"

Aku tersenyum, mengeratkan tasku yang bertengger di salah satu pundak lalu berjalan mendekati Lee yang tengah melambaikan tangannya kearah ku. Pria batok itu tengah makan di salah satu kursi kantin bersama seorang laki-laki dengan surai legam dan bola mata yang tak kalah legam juga.

Eitts tunggu, bukankah itu Sasuke? Sejak kapan Lee mengenal Sasuke.

Aku mengangkat bahu ku acuh. Hal itu tidak penting untuk diketahui kan?

"Mau ku pesankan juga? Tanya Lee, saat bokongku telah jatuh pada kursi disebalahnya.

"Ya! Dobe, sudah lama tidak bertemu" Sasuke memandang ku, lalu tersenyum mengejek. Ia bahkan telah pindah tempat duduk menjadi disebelahku, merangkul ku lalu tertawa.

"Menjauh lah dari ku Teme" ucapku dengan tatapan jijik. "Semakin lama, kau semakin maho"

"Astaga dari mana datangnya mulut pedas itu"

Lee tertawa, beberapa makanan dalam mulutnya pun keluar tanpa dapat dicegah.

Aku menoyor kepalanya kesal, "Menjijikan"

Sasuke pun tak mau kalah, ia merentangkan tangannya melewati kepala ku, lalu memukul kepala Lee, "Katak kecil yang jorok" cibirnya.

Lee mengusap kepalanya, membenahi tatanan rambut batoknya lalu tersenyum lebar, "maaf kelepasan" ia lalu mendorong tubuhku, hingga tubuhku oleng dan membentur Sasuke. Dengan sigap Sasuke berpegang pada meja, karena ia hampir saja jatuh akibat terbentur oleh tubuhku.

Just StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang