#1

190 6 1
                                    

          Aku Failah Putri, Aku berasal dari keluarga yang notabennya kaya, namun, aku tak seperti orang kaya diluar sana, kedua oranh tuaku memutuskan untuk bercerai, dan aku terbuang, aku adalah anak kembar, aku dengan kembaranku sendiri tak seperti kembaran diluar sana, kita memang kembar namun tak seakrab anak kembar lainnya, dia lebih disayang oleh ibuku, sedangkan aku tidak, aku memiliki 2 kakak, dan salah satunya telah tenang di syurganya allah, dan adik laki- lakiku pergi merantau ke luar pulau.

        Aku sendiri tinggal di sebuah pondok pesantren di jawa tengah. Aku menimba ilmu di pesantren tersebut. Aku lebih suka berada di pondok pesantren dari pada di rumah.

       Namun, banyak anak di pesantren ini yang tak suka padaku, aku pun tak perduli dengan perkataan mereka, yang terpenting tujuanku dari rumah bukan mencari musuh, melainkan untuk mencari Ilmu.

      "Fai kamu tau, kenapa kamu banyak yang benci padamu?" Ucap Ulfa, salah satu teman kamarku.

      "Tidak, toh juga aku nggak perduli, itu hak mereka mau benci atau nggak, semua pasti ada balasannya dari allah." Ucapku dengan tersenyum.

        "Sebenarnya banyak yang iri sama kamu, kamu itu cantik, putih bersih, nggak kaya lainnya, makanya itu banyak yang nggak suka sama kamu, karna di pondok ini yang paling putih itu cuma kamu sama aku katanya." Ucap Ulfa.

        "Biarlah Fa, kan allah yang memberikan ini semua, seharunya kita harus mensyukuri apa yang allah beri, buat apa iri coba, kan allah menciptakan manusia sebaik- baiknya bentuk manusia itu sendiri."
Ucapku kembali.
 
        "Mbak Failah ada sambangan." Ucap seorang santri.

       "Iya, syukron ukhti."ucapku

       "Ya sudah aku kedepan dulu." Pamitku pada Ulfa.

        "Perasaan kamu kemarin baru sambangan Fai, kok sambangan lagi." Heran Ulfa.

     Aku mengerutkan kening,

        "Iya ya, tidak mungkin ibuku sekarang kesini, eh iya, kemarin waktu sambangan ibuku lupa tidak membawakan gamisku dirumah, mungkin mau mengantarkan gamis itu." Ucapku.

        "Oh.. ya sudah sana kamu temui."

       Aku beranjak pergi menuju ruang tamu santri. Aku tak melihat ayah ataupun ibuku,lalu siapa yang datang?

        "Fai!"

       Sebuah suara memanggil namaku, sontak aku menoleh kearah suara itu, aku melihat kang Adam.

      "Eh kang adam to, tak kiro ayah  atau ibu." Ucapku.

       "Iya, ini aku disuruh sama ibumu suruh ngasih ini." Kang adam mengulurkan sebuah bingkisan.

        "Oalah.. iya kang makasih ya."ucapku

      "Ya sudah kalo begitu aku pamit dulu, assalamualaikum."ucap kang adam.

       "Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh."

       Aku pergi kedalam pondok. Banyak yang bilang kang Adam ini suka padaku, bahkan ada isu kalo aku sudah tunangan sama kang Adam, padahal semua itu tidak benar. Kang Adam orangnya baik, pinter, sholeh, idaman deh pokoknya. Umurku dengan kang Adam tak terlalu jauh, cuma beda 3 tahun. Kang Adam juga sering menyambangiku, namun aku menganggapnya hal biasa. Entahlah aku masih belum bisa membuka untuk lelaki. Kalo ingat ayahku yang memukul ibuku rasanya sakit sekali, dan membuatku membenci lelaki.

KhitbahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang