Senja itu nikmat. Langit lembayung menimpa bumi hingga keemasan. Awan-awan jingga berarak sangat pelan. Begitu cerah sehingga sulit dilewatkan. Namun, di sinilah Keano. Menunggu di depan pagar rumah Kayndra dengan perasaan jengkel. Seharusnya saat ini Kayndra sudah di rumah, kemudian keramas, mandi, dan menikmati senja sambil gitaran, menulis lirik lagu, atau mengutak-atik alat elektroniknya yang masih separuh jadi ---yang sebenarnya Keano pun masih bingung mau mebuat apa. Sedangkan kini, Keano yang masih dengan seragam sekolah terjebak menunggu teman bangsatnya itu. Tadinya Keano sudah sampai di rumah. Baru saja akan mandi dan teringat ponselnya terbawa Kayndra, teman yang baru dikenalnya selama sebulan. Oke. Mungkin sekarang bisa disebut sahabat. Mereka telah melakukan banyak hal konyol dan nyeleweng dalam kurun waktu sebulan. Keano memencet bel lagi, tepat di pencetan pertama, Keano dikagetkan dengan suara cewek.
"Lo siapa?" tanya cewek itu dengan ekspresi menyelidik. Cewek itu memakai seragam putih tulang dengan rok krem semata kaki. Dasi kremnya menggantung rapi, begitu pula dengan tas punggung yang tampak berat ditambah tas bahu yang sepertinya tak kalah berat. Kakinya telanjang, mungkin sepatunya ditaruh kresek yang kini menggantung di tangan kiri. Cewek itu cantik meskipun agak pucat, rambutnya hitam lurus hampir sepinggang, di bawah senja matanya terlihat keemasan, beralis sedang dengan bulu mata lentik. Bibirnya ... tunggu, cewek itu bukan hanya agak pucat, tapi memang pucat!
"Tolongin gue." Seketika Keano sadar dari lamunannya. Cewek itu hampir pingsan, Keano langsung reflek memegangi sebelum jatuh. Sepersekian detik kemudian, cewek itu telah pingsan di atas pangkuannya. Keano membopong cewek itu dengan gaya bridal. Kakinya menggedor-gedor gerbang karena tangannya tak bisa memencet bel. Setelah sepuluh detik nan panjang, akhirnya datangalah Kayndra si bangsat yang muncul dengan ekspresi -apa-apaan-sih-woy-?-lu-mau-mati-?. Hey, siapa di sini yang jengkel?
"Woy! Anjir! Cepetan!" Kayndra sepertinya baru sadar dengan apa yang dia lihat. Cowok itu langsung berlari dengan wajah khawatir.
"Ken? Kayla kenapa? Kok sama lo?" Kayndra si bangsat memang lebih suka memanggil Keano dengan Ken, Keano kepanjangan katanya. Kalau dipikir-pikir lagi, Ken bagus juga meksipun Keano merasa menjadi boneka cowok pasangannya barbie. Terserah lah, ya, yang penting keren.
"Halah, bacot nanti aja. Tuh, bawain barangnya, ini gue kemana?"
"Ruang tamu aja. Masuk-masuk!" Untung bagi Keano, cewek ini tidak terlalu berat. Pasalnya jarak gerbang depan dengan ruang tamu lumayan jauh.
"Di sofa aja. Gue ke dapur dulu." Keano menurunkan cewek itu pelan-pelan. Setelah memastikan cewek itu nyaman, Keano mencoba membangunkan cewek itu dengan menepuk-nepuk bahunya. Keano bisa melihat name tag di seragam cewek itu bertuliskan "Kayla Diana M.". Cewek itu, Kayla, tidak merespons, Keano beralih menekan jari jempol kaki Kayla hingga Kayla sadar.
"Lo berani macem-macemin Kayla? Mau mati? Jauh-jauh lo!" Suara itu membuat Keano kaget dan beringsut mundur. Kayla tampaknya masih linglung dan sesekali meringis sakit.
"Yailah, udah gue bantu juga," gerutu Keano lirih. Kayndra mendekati Kayla, mengelus puncak kepala cewek itu dengan lembut. Hal itu membuat Keano penasaran dengan hubungan mereka. Terlebih saat ini Kayla duduk sambil memeluk Kayndra dengan erat.
"Kay, gue ... gue-" Entah mengapa, wajah Kayla memerah. Entah merona atau memang karena sakit.
"Udah, nanti aja ceritanya. Minum dulu." Seketika merah di wajahnya hilang, tangisnya lenyap, digantikan ekspresi kesal.
"Hih! Bangke! Gue tuh ...!!" Keano tidak tahu apa yang dibicarakan Kayla, yang jelas wajah Kayla kembali merah, merah yang lebih merah dari sebelumnya. Cewek itu melirik Keano takut. Kayndra pun seketika canggung.
"Emm, Ken, lo bisa keluar bentar, atau tutup mata, atau apalah? Bentar aja?"
"Ngapain? Kalian nggak pengin macem-macem, kan?" Yah, bagaimana tidak heran, untuk pertama kalinya Kayndra menganggap dirinya asing.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Bunga
Teen FictionTelah tersedia di store guepedia.com Blurb : Di antara bunga-bunga yang mekar Aku bisa melihatmu dengan jelas Di antara bunga-bunga yang mekar Aku mencintaimu dengan lugas Dan di antara bunga-bunga yang mekar pula Kamu bersembunyi dariku, mencegahku...