Kayla sangat malu. Sangat-sangat malu dengan temannya Kayndra. Ditambah lagi, pagi ini cowok itu ada di rumahnya, jaketnya disampirkan di lengan tangannya. Kayla kira, yang sepagi ini ke rumahnya adalah Marisa, teman sebangkunya. Semalam Kayla sudah janjian dengan temannya itu untuk berangkat pagi-pagi demi menghindari cowok yang kini tepat berada di depannya. Kayndra sudah cerita, dan siapa sangka cowok itu datang sepagi ini. Kayla tidak tahu lagi harus bagaimana. Selama beberapa detik mereka bertentangan mata dengan canggung. Cowok itu tampan dengan rambut cepaknya yang sudah waktunya dipotong, kumis tipis menghiasi atas bibirnya, alisnya tebal dan berantakan, juga bulu matanya yang panjang. Pokoknya, cowok ini lebih tampan dari cowok-cowok di sekolahnya yang jumlahnya tak seberapa.
"Kayla?" Bahkan suaranya yang besar terdengar lembut. Mungkin wajah Kayla sedang terbakar, dia bisa merasakan pipinya dijalari rasa panas yang entah mengapa tak kunjung hilang.
"Lucu. Wajah lo merah sampe ke telinga." Cowok itu tertawa kecil sebelum berkata. Kayla buru-buru mengendalikan perasan dan ekspresinya. Berusaha tampak biasa-biasa saja padahal dalam dirinya menggelegak berbagai rasa.
"Masuk aja." Setelah mengatakan itu, Kayla berniat langsung berbalik pergi, tetapi cowok itu mencegahnya dengan memegang pergelangan tangan kirinya.
"Tunggu! Itu jaket gue, kan?" Kayla benar-benar lupa tadi baru saja mengambil jaket Keano dari jemuran. Ia kemudian buru-buru memberikan jaket yang dari tadi disampirkan di bahunya itu ke cowok di depannya.
"Wihh, wangi nih! Lo cuci, ya? Gue masih punya cucian kotor di rumah, barangkali lo mau cuciin juga?" Cowok itu terkekeh membuat ekspresi Kayla yang tadinya malu-malu menjadi kesal.
"Sialan!"
"Bercanda. Lo udah baikan?"
"As you see. Sorry buat jaket lo-"
"Udah dateng aja lo. Masuk! Gue baru bangun tidur." Kayla cemberut mendapati kedatangan Kayndra yang merangkul erat lehernya. Bukan karena apa, masalahnya, si bang-Kay ini bau asem!
"Oy, Kay, sorry, gue kemarin lupa bilang sama lo." Kali ini ganti Kayndra yang diketekin, sehingga Kayla otomatis selamat. Ken, nama cowok itu kata Kayndra semalam, memiting kepala Kayndra dengan erat di ketiaknya. Kayla hanya bisa tertawa melihat kedua cowok itu.
"Ini balesan buat lo tentang ponsel gue kemarin, bangsat!" Kayndra berhasil melepaskan diri, dan kini memuntir tangan Ken.
"Ini buat lo yang berani-berani suka sama Kayla." Kayla seketika bersemu merah. Bingung dengan yang dibicarakan Kayndra.
"Apaan, sih, Kay? Ngawur aja lo. Udahlah, lanjutin aja berantemnya, gue mau siap-siap. Bye!" Kayla berbalik pergi. Wajahnya masih terasa panas. Si bang-Kay bikin malu Kayla saja. Kalau kayak gini, Kayla kan jadi makin nggak punya muka di depan Ken!
Kayla melirik jam dinding, masih jam enam lebih lima belas menit. Jam masuk sekolah masih tiga puluh menit lagi, dan Marisa belum juga datang. Seharusnya Kayla tidak memikirkan hal itu lagi, mengingat ia sudah terlanjur bertemu dengan Ken. Si Ken nggak buruk-buruk amat. Mungkin maksud Ken tadi untuk menyelamatkan Kayla dari pitingan Kayndra yang bau. Oke. Kayla jadi gede rasa sekarang.
Kayla sudah siap dengan seragam pramukanya karena ini hari Jumat. Jarak rumah dan sekolah hanya berjarak kurang dari dua kilometer. Termasuk sangat dekat mengingat teman-teman di sekolahnya yang bisa saja berjarak lima belas kilometer.
"Kayla. Lo goblok banget!" gumam Kayla pada dirinay sendiri. Kayla mendesah, kemudian bergegas turun dan ke depan menunggu Marisa. Ketika melewati ruang tamu, Kayla benar-benar lupa dengan keberadaan Ken. Cowok itu memanggilnya dengan ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Bunga
Teen FictionTelah tersedia di store guepedia.com Blurb : Di antara bunga-bunga yang mekar Aku bisa melihatmu dengan jelas Di antara bunga-bunga yang mekar Aku mencintaimu dengan lugas Dan di antara bunga-bunga yang mekar pula Kamu bersembunyi dariku, mencegahku...