6. Perasaan Keano - Kayla

54 7 8
                                    

Sejak hari minggu lalu, di mana Kayla untuk pertama kalinya menggandeng Keano lebih dulu, Kayla sama sekali belum ngobrol dengan Keano. Cowok itu juga tidak meneleponnya, sekadar mengirim pesan, atau bahkan menyapanya padahal cowok itu setiap hari main di rumahnya. Kayla menjadi bertanya-tanya, apa Keano cuma mempermainkannya? Namun, mau bagaimanapun juga, Kayla tahu, sedari awal memang tak seharusnya buru-buru membuka hatinya, seharusnya membuka hati dengan perlahan, atau kalau perlu biarkan cowok itu lebih berusaha lagi. Mungkin karena dirinya sudah lelah terpuruk atau memang sudah bosan menjomlo, makanya Kayla cepat membuka hati, dan sekarang ia sedikit menyesalinya.

"Kay, ayo balik? Katanya mau kerja kelompok?" Kayla seketika tersadar dari lamunannya. Di kelas masih banyak orang, ada yang mengerjakan tugas kelompok, mengunduh drama Korea atau anime terbaru, atau sekadar ngobrol-ngobrol. Sekolah memang menyenangkan meskipun juga kadang berat.

"Iya, sorry, Ris, pikiran gue ke mana-mana. Galuh sama Regi jadi ikut, kan?" Marisa menatapnya aneh, tapi Kayla diam saja sambil membereskan buku-bukunya.

"Jadi, mereka beli bahan duluan. Btw, di rumah lo ada printer, kan?"

"Ada, tapi kertasnya abis deh keknya."

"Yaudah, kita ke Perdana dulu, sekalian nyusul Regi sama Galuh."

"Oh, iya, lagian mereka mana tau rumah gue. Kuy!"

•••••

Kayla yakin seyakin-yakinnya yakin, semalam ia sudah bilang ke Reyza dan utamanya ke Kayndra jika ia akan mengajak teman-temannya kerja kelompok di rumah. Dan nyatanya sekarang ini halaman rumahnya dipenuhi motor sebanyak kira-kira tiga puluh unit motor dengan berbagai model dan merek. Ini gila! Apa Kayndra dan Reyza sengaja bawa teman-temannya ke rumah? Di kursi teras hanya ada empat cowok berseragam kemeja biru dengan celana biru dongker sedang merokok, di meja terdapat enam cangkir kopi, empat di antaranya masih mengepulkan uap tipis, mereka jelas-jelas teman Kayndra. Kalau di luar ada motor sebanyak ini, mungkin di dalam kira-kira ada satu kelas cowok. Sebenarnya Kayla enggan masuk, tapi karena sudah terlanjur sampai mau bagaimana lagi? Kayla menoleh ke teman-temannya yang juga tampak bingung.

"Jadi, mau masuk atau enggak?"

"Kalo nggak masuk kita mau ngerjain tugas di mana? Lagian lo nggak bilang kalo kita mau dateng?"

"Gue udah bilang, tau tuh mereka, sengaja kali. Yaudah, kita masuk. Jangan kaget kalian."

Kayla berjalan menuju teras diikuti Marisa, Regi, dan Galuh. Pura-pura stay cool walaupun sebenarnya malu kebangetan. Yah, sebenarnya bisa saja lewat pintu belakang, tapi lagi-lagi Kayla yakin di dapur akan semakin banyak cowok. Eh, kalau diingat-ingat lagi, Kayla juga harus melewati dapur kalau ingin ke kamarnya. Sialan! Sama saja bohong! Tepat saat di depan teras, keempat cowok itu langsung menatap mereka. Jari mereka berhenti bergerak, bahkan mereka juga tidak berkedip.

"Eh, akhirnya kembarannya Kayndra dateng, sama temen-temennya lagi. Mau kerja kelompok, ya, Kay?" Cowok itu pasti tahu namanya dari Kayndra, sedangkan wajahnya yang mirip Kayndra pasti membuat cowok itu mudah mengenalinya.

"Mau kita bantuin, nggak?" Mau tak mau Kayla menoleh dengan tersenyum, sejenak Kayla melirik teman-temannya yang diam saja. Keempat cowok ini jelas-jelas bukan teman-teman Kayndra yang sering datang sebelumnya. Kayla baru melihat mereka hari ini. Kayndra seriusan ngajak teman sekelasnya main ke sini?

"Iya, dan enggak deh, makasih, kita duluan, ya?" Kayla bergegas masuk diikuti teman-temannya. Ia mendesah lega mendapati ruang tamu yang kosong, tapi di meja berserakan selusin bekas bungkus ciki, bungkus rokok beraneka merek beserta dua asbak yang kepenuhan, beberapa botol minuman, dan kulit kacang. Sampai di dapur, Kayla mendapati Kayndra dan Keano yang sedang menjarah isi kulkas. Mereka belum melihat kedatangan Kayla dan teman-temannya.

Di Antara BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang