Eps 3

13 4 0
                                    

"Gue rasa Bumi itu Papa lo",

Semua menatap bingung kearah Manda, Manda tau mereka meminta penjelasan atas ucapannya tadi.

"Jadi begini, lo bilang lo nemuin kotak yang berisi surat ini di kamar Papa lo jadi gue rasa ini pasti surat yang ditulis sama Papa lo". Jelas Manda

Mereka mengangguk-angguk kecil tanda setuju akan penjelasan Manda.

" Tapi bisa jadi orang lain yang menulis surat ini dan menaruhnya di Kamar Papa Bani". Tangkas Dodit

Dodit??

Dodit berbicara seperti itu?? Benarkah?? Mereka semua hanya melongo, benar-benar terkejut jika Dodit bisa mengatakan hal yang logis.

"Lo sehat kan Dit?". Tanya Zara

" sehat selalu dong pahlawanku". Jawab Dodit bangga dengan tangan didada.

Zara menarik nafas lega, ternyata Dodit masih sama. Iya sama, masih rada ****

"Yang dikatakan Dodit ada benarnya juga, bisa jadi bukan Papa gue yang nulis surat ini". Ujar Bani

" Tapi gue rasa Manda ada benarnya". Bela Rafael

"Coba jelaskan". Pinta Zara

Rafael mengambil surat itu dari tangan Manda dan terlihat Manda tak menyukai itu.

" jika kalian perhatikan bukankah isi dari surat ini menjelaskan jika Bumi bahagia karena Bulan bersama Bintang, jadi menurut gue Bumi itu Bokap lo, Bulan itu Nyokap lo dan Bintang itu lo Ban". Jelas Rafael

"Tapi bukannya Mama Bani gak suka sama Bani, terus disini tertulis jika Bulan terlihat bahagia". Ucap Zara

" benar juga". Ucap Bani

Sungguh teka-teki ini lebih sulit dari soal matematika, beberapa pertanyanyaan merasuki pikiran mereka seperti kira-kira siapa Bumi? Siapa Bulan? dan siapa Bintang ini? Semua fokus pada fikirannya masing-masing hingga tak menyadari adanya senyuman kemenangan pada salah satu diantara mereka.

"Tidakkah kalian lapar". Ucap Dodit tiba-tiba

Yah memang sedari tadi mereka belum makan apa-apa, apalagi Zara, sejak istirahat kedua ia belum makan apapun.

" oh ya gue sampe lupa". Ujar Bani

Kemudian Bani menelfon seseorang, sepertinya itu pelayan karena selang beberapa menit datang seorang pelayan membawa troli yang berisi 5 piring nasi dan lauk pauk yang enak tak lupa muniman serta ada beberapa buah-buahan disana.

Tanpa rasa malu sedikitpun Dodit langsung berlari dan mengambil satu piring berisi makanan lalu memakannya dengan lahap.

"Ayo kalian juga makan". Ajak Bani setelah mengambil sebuah apel dan memakannya.

" lo gak makan Ban?". Tanya Rafael sambil menyantap nasinya
"Gue gak laper". Jawab Bani

Setelah makan mereka semua berbaring sejenak, dimana Bani diatas sofa sebelah kiri dan Rafael disofa sebelah kanan sedangkan Zara dan Manda diatas kasur. Lalu Dodit?? Tentunya dibawah, entah mengapa Dodit begitu nyaman tiduran dilantai terlihat ia yang telah tertidur pulas hingga mengeluarkan suara dengkuran.

" Ban". Panggil Rafael tiba-tiba

"Hm". Jawab Bani

"Apa lo tau kenapa Bokap lo meninggal?",

Bani yang mendengar hal itu hanya dapat menghela nafas dan menatap langit-langit kamarnya guna menguatkan hati.
"Gak, gue gak tau". Jawab Bani

" bagaimana bisa?". Tanya Manda yang langsung duduk menghadap kesofa, lebih tepatnya kearah Bani.
Bani bangkit dari sofa dan duduk menghadap Manda diikuti Rafael dan Zara.

"Waktu gue tanya sama Nyokap gue kenapa Bokap gue bisa meninggal, dia gak jawab. Lalu keesokan harinya Nyokap gue ngirim gue kesini, rumah gue ini". Jelas Bani

"Emang dulu lo tinggal dimana?". Tanya Zara
"Dulu dia tinggal disurabaya". Jawab Rafael

Kedua gadia itu mengangguk-angguk tanda mengerti dengan mulut memebentuk huruf "O".

"Eh ya Ban, kita pamit ya udah sore juga". Ujar Manda

"Gue juga deh". Ujar Rafael

" oh gue anter sampe depan". Ujar Bani
Mereka berjalan menuju pintu, lalu tiba-tiba Zara teringat sesuatu dan berhenti mendadak.

"Kenapa?". Tanya Bani
" kayaknya kita ngelupain seauatu deh". Ucap Zara

hingga akhirnya....

"Dodit!!!". Ucap mereka kompak

Akhirnya mereka kembali ketempat semula dan menatap seekor semut yang tengah tertidur pulas.

" Raf cepet bangunin ni orang". Ujar Zara
Sebuah ide muncul dikepala Manda, dengan segera ia menghentikan langkah Rafael untuk membengunkan Dodit.
"Tunggu, biar gue aja".
1

2

3
" KEBAKARAAAAAANNNN..... KEBAKARAAAANNNNN!!!!!!". teriak Manda

Dodit terlonjak kaget dengan suara itu, hingga ia terbangun tiba-tiba dan berlari.

"ARRRRRGGGHHH... KEBAKARAANNN... AIR... AIIRRRRR". ucap Dodit dengan berlari mengelilingi kamar

Bwahahahahahah...

Tawa mereka pecah melihat Dodit berlari sambil berjingkat-jingkat.

" kok kalian diem, ayo lari!!". Ucap Dodit dengan wajah ketakutan

"Kenapa harus lari kan gak ada apa-apa". Ucap Zara

" ha??". Dodit terlihat kebingungan kemudian ia duduk dilantai dengan termenung mencoba memahami apa yang terjadi.

"Kayak pernah ngalamin??". Batin Zara

" udahlah kita pulang dulu, yuk Za". Ajak Manda

Mereka kembali berjalan keluar meninggalkan Dodit yang sedang termenung dilantai macam tai.

Rumah Bani ini memang besar bahkah bisa dibilang sangat-sangat besar, rumah ini memiliki tiga lantai dengan warna putih bercorak emas dan kamar Bani berada dilantai teratas jadi mereka harus menuruni tangga untuk sampai kelantai bawah, sebenarnya ada lift tapi Zara menolak karena ia ingin turun pake tangga aja.

"Huft... Capek". Keluh Manda

Bagaimana gak capek turun dari lantai tiga lewat tangga, apalagi tangga itu banyak yang melingkar hingga membuat Manda pusing.

" lemah lo". Sinis Zara

"Mati rasa ya kalian, otot kalian mati kayaknya deh". Ucap Manda dengan nafas terengah-engah

" lo aja yang lebay". Canda Bani

"Diem lo". Sinis Manda

Merekapun berpamitan dengan Bani setelah menunggu taksi online yang dipesan Zara datang.

"Bye Ban". Ucap mereka
Tak lama....

" woy.. Tungguin gue!!!". Teriak Dodit dengan berlari mengejar Rafael tanpa pamit ke Bani.

Akhirnya mereka semua sudah pulang, Rafael dan Dodit dengan berjalan kaki karena memang rumah mereka dekat dari rumah Bani. Sedangkan Zara dan Manda naik taksi online.

"Hah, sepi lagi". Ucap Bani lesu lalu berjalan memasuki rumahnya.

___Disuatu tempat___

Terlihat seseorang tengah mengawasi sebuah layar yang berisi rekaman CCTV. Ruangan ini begitu gelap hanya ada lampu berwarna kuning yang terpasang ditengah-tengah, tak lama seorang pria berbaju hitam dengan membawa sesuatu ditangannya datang menghampiri seseorang yang mengawasi layar tadi.

" Bagaimana??". Tanya laki-laki yang datang tadi
"Berhasil tuan". Jawab seseorang tersebut dengan menunduk sedikit.
" bagus, lanjutkan". Ucap Laki-laki tadi dengan senyum yang menakutkan.
"Baik tuan",

Entah apa yang ada difikiran laki-laki tadi, yang pasti akan ada sesuatu yang besar menanti kelima remaja tersebut.

Tbc.

Please kasih bintang buat author we

Author sayang kalian

Pacarku Calon Mafia [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang