Eps 8

14 1 0
                                    

"Oh itu gue...",
_________

" kemana?". Tanya Dodit memotong ucapan Manda

"Bisa diem gak sih lo Dit?!". Kesal Zara
Dodit hanya mengangkat dua bahunya tanpa rasa bersalah.

" Lanjut Man". Kata Bani

Dengan rasa malas, Manda melanjutkan ucapannya tadi

"Sebenernya waktu itu gue juga lari, cuma beda arah sama kalian",

" kemana lo?". Tanya Dodit-lagi

"Dodit?!!". Bentak Zara

" Why? I did nothing wrong". Ucap Dodit polos

"Biarain Manda selesain ceritanya dulu baru lo ikut ngomong, jangkrik!!". Kesal Zara

" Oo",

Jari Dodit membentuk huruf O.

"Lanjut gak nih gue?". Tanya Manda
Semua mengangguk mengisyaratkan tanda -iya-

" Itu gue lakuin karena sepertinya orang itu cuma ngejar Bani, jadi gue lemparin  batu ke dia biar dia ngejar balik gue". Ucap Manda mengakhiri ceritanya

"Tapi, suara pistol itu?". Tanya Bani kemudian

Zara dan Dodit mengangguk membenarkan.

" Pistol??",

"Haahahaaa......". Tawa Manda dan Rafael

" kenapa kalian ketawa?". Tanya Bani curiga

"Itu bukan suara pistol kali, itu suara ban mobil yang pecah". Ucap Manda setelah mengakhiri tawanya

" Ban mobil?!!". Kaget Dodit

"Iya". Balas Rafael

" Tunggu, kok Rafael juga tau kalo itu suara Ban mobil yang pecah?". Tanya Zara dan mengalihkan perhatiannya ke Rafael.

"Lah lo kira gue budek apa?". Sewot Rafael

" waktu denger suara itu, gue buru-buru keluar dari toilet terus gue lihat kalian lari kebelakang gedung pabrik tua itu, ya gue ikutin kalian lah". Lanjut Rafael

Semua manggut-manggut menyetujui cerita Manda dan juga Rafael

"Sorry Za". Batin Manda

" Sebaiknya kita mulai cari petunjuk sekarang". Ucap Bani disusul anggukan dari semua teman-temannya.

Zara mengakui jika kamar ini benar-benar megah. Banyak lukisan-lukisan abstrak yang jika dijual mungkin bisa untuk membeli mobil baru.

Kedengarannya memang konyol, tapi itu benar adanya. Zara kenal lukisan ini, lukisan karya____ memang memiliki harga selangit. Jangan salah, Zara sering menemani Papanya mengikuti pameran karya seni dan barang-barang antik. Tak khayal ia bisa mengenali lukisan-lukisan ini, bahkan harganya pun ia tau.

Zara beralih memandangi ranjang ukuran jumbo ini. Ada sekelebat pertanyaan aneh difikiran gadis berbaju pink itu. Apakah Papa Bani gemuk sampe kasurnya segede gini? Memang Zara agak polos, oleh sebab itu Manda sangat suka menjahili Zara.

Manda masih bergelut dengan beberapa deretan buku tebal yang tertata tapi dirak. Semua buku ditata sesuai urutan warna. Bagian atas sendiri buku-buku berwarna Hitam, dibawahnya berisi buku-buku berwarna coklat, lalu yang dibawahnya berisi buku-buku berwarna merah dan yang terakhir berisi buku-buku berwarna hijau. Aneh

Gadis berambut sebahu yang dikuncir asal itu terlihat tertegun sesaat. Perfecsionis. Satu kata yang menggambarkan pemilik kamar ini. Bagaimana tidak, semua terlihat tertata sangar rapi, mulai dari warna, urutan penempatan barang hingga nama-nama pelukis lukisan dinding yang sesuai abjad.

Pacarku Calon Mafia [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang