Eps 10

12 1 0
                                    

Ruangan yang dililiti besi-besi yang berjejer rapi ini terasa semakin dingin saja. Suara-suara yang meminta kebebasan atau hanya sekedar suara isak tangispun hilang seketika.

Sejak sepuluh menit terakhir mereka sama-sama diam membisu. Tak ada niatan sekalipun untuk berkomentar pada gadis berambut pendek itu yan entah sejak kapan rambutnya sudah tergerai.

Gadis itu hanya diam dengan segala pemikirannya. Ia sepertinya tengah asik bergelut dengan fikirannya sendiri hingga melupakan jika ada orang lain disekitarnya. Tak jauh dari gadis ini terlihat pula remaja laki-laki yang sedari tadi menundukkan kepalanya yang dibalut hodie merah itu.
Jika kalian bertanya dimana ponsel mereka, jawabannya ponsel mereka ada ditangan para penjaga penjara ini. Ya ajudan yang membawa mereka kesini berbeda dengan dua penjaga yang tengah berdiri mematung didepan penjara.

"Cukup!! Man apa hubungan lo sama Dodit?" tanya Rafael memecah keheningan selama beberapa menit terakhir

Bukannya ia cemburu atau apa. Tapi ini bukanlah situasi yang tepat untul berdiam diri seperti ini, sekarang yang lebih penting bukan hubungan antara dua kawannya ini tapi tentang nyawa mereka.

"Bukan urusan elo." ujar Manda dingin

Rafael menatap gadis ini dengan sorot mata tajam. Apakah dia tak memikirnya tentang nyawanya dan juga teman-temannya? Gadis ini terlalu berfikir pendek? Dan egois.

"Lo jangan egois dong Man!!"

Manda hanya diam. Tak berniat untuk membalas ucapan Rafael.

"Man?! Ini bukan waktunya buat mentingin ego lo!!"
Rafael benar-benar emosi meladeni gadis ini. Sedari tadi gadis ini hanya diam bahkan menatapnya pun tidak.

"Tapi gue berhak tau kan Man?"
Manda mendongak menatap gadis bermata coklat yang entah sejak kapan sudah berdiri didepannya. Ia lupa jika ia belum menceritakan perihal hubungannya dengan Dodit pada sahabatnya ini.

Ia memutuskan tatapannya pada Zara dan beralih kearah Dodit. Tapi yang ditatap hanya diam tak merespon sama sekali.

"Biar Dodit yang jelasin." ujar Manda dan kembali menunduk

Merasa namanya dipanggil Dodit pun mendongak dan mendapati dua pasang mata tengah menatapnya lekat. Ia mendengar ucapan Manda tadi, apa boleh buat jika Manda sudah mengizinkan maka ia akan menceritakan hal itu dengan senang hati.

"Apa hubungan lo sama Manda?" tanya Rafel tak sabaran

"Kita saudara sepupu." jawab Dodit setelah ia berdiri dan menatap dua lawan bicaranya ini

What??
Sepupu? Zara terkejut akan pernyataan Dodit. Sejak kapan Manda punya sepupu laki-laki? Lagipun sejak kecil ia tak pernah tau jika Manda punya sepupu yang bernama Dodit.
"Kalian sepupu?" tanya Zara mecoba memastikan pendengarannya

"Iya, kita sepupu,"

"Kok gue gak tau? sejak kecil gue juga gak pernah liat lo dirumah Manda, lo bo'ong kan?"

Dodit menghela nafas pelan. "Gue bukan orang sini asli Za, gue disini belum ada setahun, ya kira-kira gue pindah kesini beberapa bulan sebelum Ospek SMA." jelas Dodit

Rafel kurang tau juga kalau Dodit bukan dari Jakarta. Pasalnya ia baru mengenal Dodit awalan masuk SMA atau lebih tepatnya saat Ospek sama halnya dengan Bani. Tapi bedanya Bani agak terbuka berbanding balik dengan Dodit yang tak pernah menceritakan seluk beluk kehidupannya.

"Terus?" tuntut Rafael meminta penjelasan lebih

"Gue pindah ke Jakarta karena gue disuruh bokapnya Manda buat ngawasin Manda, makanya gue masuk SMA yang sama,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pacarku Calon Mafia [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang