Eps 4

17 3 0
                                    

Suasana malam kali ini begitu berbeda ada perasaan baru yang muncul kepermukaan, perasaan kagum dapat berubah hanya karena sebuah senyuman. Bagi kalian cinta atau rasa sayang akan datang jika sudah mengenal lama tapi tidak untuk Zara, hanya melihat sekali dan hanya perlu satu senyuman kecil saja dapat membuat dirinya tak bisa tidur untuk malam ini.

Kejadian dirumah tadi ketika ia melihat senyum Bani ada hati yang bahagia seperti bunga bersemi indah didalam hatinya. Ah kisah cinta anak muda.

Zara's pov

Entah kenapa gue selalu kebayang-bayang wajah Bani, kenapa ini apa gue udah mulai jatuh cinta?? Apa Bani juga suka sama gue?? Terus kita pacaran??

"Ish...kenapa ngayal aneh-aneh sih?",
" huft...huft... Tenang Zara....tenang". Zara menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya pelan-pelan

Tiba-tiba ia teringat sesuatu, ya surat itu. Ia segera mengambil secarik kertas dan sebuah bolpoin lalu menuju kemeja belajar.

"Untung daya ingat gue kuat". Ucap Zara Bangga

Zara menulis kembali isi surat yang ada dirumah Bani tadi. Ingatan Zara memang tak tertandingi, bahkan ia dapat mengingat dengan jelas isi surat itu dengan baik tak khayal ia menjadi siswi tercerdas di Sekolahnya.
"Kira-kira Bumi ini siapa? Lalu apa hubungannya dengan Bani?". Ucap Zara
Angin malam yang begitu sejuk dan sinar bulan yang begitu terang membuat Zara merasa nyaman hingga tak sadar dirinya tertidur dimeja belajar.

Dibalik itu semua terlihat seorang pria paruh baya tengah menatap buah hati kesayanganya dengan penuh kasih sayang. Itu Papa Zara namanya pak Angga, ia bekerja disalah satu perusahaan di Jakarta dan menjabat sebagai seorang Manajer keuangan.

Pak Angga menghampiri putri kecilnya, mengelus lembut kepala Zara hingga membuat Zara bergerak sedikit mengubah posisi tidurnya yang awalnya menghadap kiri berubah menghadap kekanan. Penglihatan Pak Angga berubah arah, ia lebih tertarik pada sebuah kertas kecil didekapan Zara.
Tak ingin melihat puntrinya sakit punggung, ia pun memindahkan Zara ketempat tidur lalu kembali mengusap lembut kepala Zara tak lupa ia memberikan kecupan selamat malam didahi.
Jujur saja sebenarnya ia tak rela melihat putri kecilnya tumbuh secepat ini, ia masih ingin beemain dengan Zara, menyuapi Zara makan atau berlari-larian di taman. Sungguh waktu begitu cepat berlalu.
Teringat akan secarik kertas dimeja belajar Zara lantas Pak Angga langsung mengambilnya dan mulai membaca isi kertas tersebut. Bola matanya seakan mau keluar, bak petir yang menyambar seperti itulah terkejutnya Pak Angga dengan isi kertas tersebut.
"Mengapa? Mengapa Zara bisa mendapatkan surat ini?",
Sepertinya takdir kembali mempermainkannya, atau memang takdir ini belum berakhir?.
Pak Angga menoleh kearah Zara dengan tatapan sulit diartikan, ada perasaan takut, marah, benci semua menjadi satu. Entah apa yang direncanakan takdir yang pasti putri kecilnya ini dalam bahaya.
"Apa apa rencanamu? Kenapa putriku harus terlibat?",
Pak Angga pergi dari kamar Zara dengan membawa surat itu.

Keesokan harinya.....

" pagi ma, pagi pa". Sapa Zara
"Pagi sayang". Jawab Mama
Zara melihat kearah papanya, ada yang aneh tak biasanya papa diam ketika ia menyapa mereka.
" Pa...". Panggil Zara

"Ah ya?", kaget Pak Angga

" papa kenapa? Kok diem aja? Papa sakit?". Tanya Zara

"Ah tidak, hanya urusan di kantor". Jawab Papa
" oh ya kemarin kamu dari mana saja? Kok pulangnya malem?". Lanjut Pak Angga

"Oh kemarin aku main kerumah temen aku pa". Jawab Zara sambil memakan nasi goreng buatan mamanya
" siapa namanya?". Tanya Pak Angga lagi

"Pokoknya aku harus memastikan bahwa itu bukan dia". Batin Pak Angga
" Itu....",

Pacarku Calon Mafia [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang