Part 2

637 95 30
                                    

Komentar di setiap paragraf favorit akan sangat berharga bagi author 💕

Setelah mereka berdua benar-benar keluar dari kantor imigrasi itu. Keduanya membuang nafas lega. Berbohong membuat energi mereka terkuras.

"Kau tak berniat memberikan dokumen pernikahan asli bukan" tanya minho.

"Ya kita akan menikah sungguhan secara hukum, ayo pergi ke kantor pencatatan sipil sekarang"

"Boss kau gila, aku tidak mau menikah"

"Kau pasti mau menikah denganku"

"Tidak akan"

"Ya, karena jika tidak maka nasibmu akan buruk. Jisung sudah ku pecat. karena dia benci padaku tentu dia akan membencimu juga. Maka kau kosong. Tak ada koneksi ketika kau keluar dari perusahaan, dan mimpimu sebagai editor akan hancur" jiyeon berkata  melipatkan kedua tangannya angkuh. Namun hipotesis jiyeon ada benarnya juga.

"Tapi apa untungnya untukku"

Minho yang terlihat fruatasi tiba-tiba menatap Jiyeon.

"Apa?" Tanya jiyeon ketus

"Terbitkan tulisanku, maka aku akan mempertimbangkannya"

"Menerbitkan tulisanmu?" Jiyeon mengulang pernyataan minho.

"Yap" jawab minho mantap.

"Di The Times?" Tanya jiyeon lagi.

"Tentu saja"

"Tidaak"

"Kenapa? Tulusanku cukup bagus, hanya kau tak pernah mau mereview nya saja, jika tidak mau, maka tidak ada kesepakatan. Aku tidak mau menikah"

"Baiklah, akan ku masukkan" ucap jiyeon terpaksa.

"Oke, ku mau kau tempatkan di halaman kedua, ketiga, dan keempat"

"Tidak bisa, itu halaman khusus Bong joon ho, kau siapa mau masuk pada halaman itu?" Jiyeon makin kesal dengan permintaan minho.

"Baiklah kalau begitu, semoga selamat sampai Kanada editor park!" Ucap minho berjalan melewati Jiyeon.

"Tunggu.. baiklah, baiklah. Akan aku tempatkan tulisanmu di halaman kedua ketiga dan keempat. Kau puas?" Jiyeon tak punya pilihan lain.

Minho tersenyum puas. Lalu ia berbalik.

"Baiklah, mintalah dengan manis" minho menjulurkan tangannya.

"Minta apa?" Heran jiyeon lagi. Demi Tuhan, lelaki ini banyak maunya sekali.

"Minta aku untuk menikahimu, dengan cara yang manis, berlututlah"

Jiyeon terbelalak dan terdiam tidak percaya dengan ucapan asistennya itu.

Melihat jiyeon yang hanya diam, minho balik badan hendak angkat kaki lagi dari tempat itu

"Baiklah... Baiklah..." Jiyeon mendaratkan lutut mulusnya ke aspal penuh debu.

Minho berbalik dan tersenyum puas saat melihat jiyeon berlutut padanya.

"Minho maukah ka-

"Nama lengkapku choi minho"

Jiyeon memejamkan matanya menahan kesabarannya yang sudah hampir terkikis habis.

Ditambah kini minho mengulurkan tangannya.

Jiyeon menggenggam tangan tersebut .

Orang-orang yang berlalu lalang mulai memusatkan perhatiannya pada kedua orang tersebut. 'Apakah feminisme telah mencapai tahap wanita yang melamar pria?' itu yang ada di benak orang-orang tersebut. Bahkan ada juga yang membuat story di social media.

The Proposal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang