Gedung pencakar langit di Jakarta terlihat jelas dari kaca jendela di hadapan Sonia karena meja kerjanya yang langsung menghadap kesana, hal itu membuat dirinya fokus memperhatikan gedung-gedung tersebut entah pikirannya terbang kemana.
"Son!" seseorang memanggilnya.
"SON!" lanjutnya karena Sonia sama sekali tidak menggubrisnya.
"SONIA!!" Teriak orang tersebut sangking kesalnya. Akhirnya Sonia menoleh ke arah rekan kerjanya yang berada di sampingnya. "Eh, iya kenapa kak?" balas Sonia dengan canggung karena ia baru saja sadar dari lamunannya. Sonia merupakan mahasiswa magang di salah satu channel televisi swasta ternama di Indonesia.
Orang yang memanggilnya tadi langsung menghempaskan nafasnya, "Tuh ada kerjaan baru, data nya ambil di kak Andre ya. Sama jangan banyak-banyak ngelamun!" sahutnya dengan nada yang tegas.
Sonia langsung tertegun dan menegakkan badannya, "Asiapp kak Dea!" Jawabnya tanpa dia sadari tangannya menempel di dahinya sambil memberi hormat. "Udah.. udah kerja yang bener dah!"
Langit tampak berawan, hari sudah sore semua para pekerja mulai membereskan mejanya bergegas pulang ke rumah mereka masing-masing bertemu dengan keluarganya. Demikian dengan Sonia, ia ingin segera pulang dan melanjutkan revisi skripsinya. Sebagai mahasiswa semester akhir yang mengambil magang dan mengerjakan skripsi, ia harus mengatur waktunya dengan sangat baik.
Tepat pukul lima sore, Sonia langsung beranjak dari tempatnya kemudian berpamitan dengan senior-seniornya, "Kak, Sonia pulang dulu ya." Sahutnya sambil tersenyum.
"Ih, emang kerjaan lu udah selesai," balas seorang senior laki-laki dengan sinis.
Sonia jadi merasa canggung, memang kerjaannya belum selesai. Tetapi, ia benar-benar tidak bisa mengambil lembur hari ini karena besok ia harus bertemu dengan dosen pembimbingnya dan ia sama sekali belum melakukan revisi sama sekali. "Hmm—Anu—Kak.," kata Sonia canggung.
"Udah-udah lah, dia juga masih magang. Pulang aja, Rel. Lagi pula besok pagi lu kan nemenin si Adam ngeliput di airport." Kak Dea memang penyelamatku bisik Sonia dalam hatinya. "Sonia balik dulu ya kakak-kakak," kata Sonia kemudian berjalan cepat keluar dari ruangan tersebut.
Ketika masuk ke dalam lift, ia langsung menyenderkan punggungnya ke dinding lift kemudian menghembuskan napasnya. Hari ini cukup melelahkan, karena banyak sekali pekerjaan yang ia harus lakukan. Punggungnya pun rasanya sangat pegal, ingin saja segera merebahkan dirinya di ranjang kemudian tertidur. Tetapi, membayangkannya saja membuat dia ingat bahwa ia belum merevisi skripsinya seketika itu mukanya menjadi muram kembali, "Duh! Belum revisi lagi," gumamnya kecil.
✈✈✈
Matahari telah menyembunyikan dirinya, langit berwarna gelap tetapi lampu-lampu dari kota ini terlihat jelas dari sebuah restoran yang terletak di gedung yang tinggi sehingga kecantikan dari kelap-kelip kota Jakarta terlihat lebih jelas. Tata letak meja makan yang romantis dengan lilin-lilin yang menyala diiringi dengan instrumen piano yang dimainkan dengan piawai oleh orang tersebut. Tetapi, wajah dari wanita yang cantik mengenakan gaun berwarna merah. Mukanya mengkerut padahal ia sedang bersama kekasihnya yang telah ia kencani selama 5 tahun yaitu Stefan.
"Gua benci deh fan kalo lo kaya gitu terus!" Molly mengatakannya dengan tetap fokus pada makanannya.
Stefan langsung meletakkan sendok dan garpunya, selera makannya hilang padahal hidangan tersebut adalah makanan favoritnya—Spaghetti aglio e olio. "Kenapa sih, Mol?" Suarannya tinggi dan matanya menatap ke Molly dengan tajam.
YOU ARE READING
Me Far from You
Teen FictionPernah gak sih Jatuh Cinta tapi belum pernah ketemu? :)