Bagaimana bisa orang jatuh cinta pada pandangan pertama?
Sonia akhirnya sampai di bandara terbesar di Indonesia itu. Ia menatap dirinya dari cermin di toilet, sambil merapikan rambutnya yang hitam legam tersebut. Tentu sebagai anak magang di stasiun telivisi perlu untuk memerhatikan penampilan, terlebih lagi hal tersebut pula sudah diajarkan selama kuliah. Ia menyengir lebar "Semangat, Son!" ia menyamangati dirinya sendiri.
Ting! Suara notifikasi dari ponselnya berbunyi, ternyata pesan dari Rio "Good luck, sayang. You can do it! Do your best!" Sonia tersenyum senang memiliki pacar yang selalu mendukung hal-hal yang ia lakukan. Ia selalu bersyukur memiliki Rio dalam hidupnya.
Sonia pun segera bergegas berkumpul dengan kru lainnya, yang akan meliput seluk beluk dari bandara di ibu kota tersebut. Jarang bagi Sonia mengunjungi bandara ini, karena ia memang tidak terlalu sering pergi keluar kota atau keluar negeri. Ia melihat sekelilingnya, bandara tersebut selalu ramai entah mereka hendak pergi atau baru saja tiba.
"Yok, kita briefing," ajak Kak Andre salah satu koordinator dalam peliputan kali ini. Sonia pun segera berkumpul dan mendengarkan penjelasan dari para senior-seniornya. Mereka semua mengenakan seragam yang sama, Sonia selalu merasa dirinya keren dapat mengenakan seragam kebanggan ini ia pun berharap dapat lanjut bekerja disini.
"Okay, sampai disini paham ya? Kalo gitu kita break dulu ya sebelum mulai," ujar Kak Andre. Semua kru pun segera mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam peliputan.
Tiba-tiba senior tersebut memanggil Sonia, "Eh, Son. Tolong beliin kopi dong, biar pada melek semua nih anak-anak."
"Oh, iya kak. Mau kopi apa?"
"Ah, bebas. Nih duitnya, beli di mini market aja yang murah meriah yang penting melek," balas Kak Andre sambil terkekeh.
Sonia mengambil uang tersebut, "Siap kak, aku langsung beliin ya."
"Makasih Son!"
✈✈✈
Stefan duduk termenung memandangi keluar jendela lebar yang ada di hadapannya, melihat pesawat yang terbang atau pun sedang mendarat sambil mendengarkan lagu galau dari earphonenya. Rasanya dadanya sangat sesak sekali, ia masih bersedih. "Sampai kapan gue bakal sedih kayak begini," gumamnya.
Kuran beberapa menit jadwal ia boarding, ia tiba-tiba teringat sesuatu "Mending gua beli coklat, buat selama flight entar."
Stefan pun berjalan mencari mini market terdekat, ia segera mengincar rak cemilan yang mana terdapat coklatnya. Ia langsung mengambil coklat favoritnya dengan banyak varian rasa. Paling tidak dengan memakan coklat ia berharap dapat mengurangi rasa sedihnya, karena coklat adalah salah satu makanan favoritnya. Ia mengambil sepuluh pcs coklat, karena ia tahu penerbangannya kali ini akan sangat panjang.
Setelah mengambil coklat-coklat tersebut, ia segera bergegas ke kasir. Ia harus mengantre di belakang seorang gadis mungil yang sepertinya sedang memborong banyak kopi.
Setalah melakukan pembayaran, Sonia merapikan kopi-kopi panas tersebut ke dalam kantong kopi agar tidak tumpah dibantu dengan kardus yang membuat gelas-gelas itu berdiri. Ia pun menjadi bingung bagaimana membawa semua kopi itu.
Kini giliran Stefan untuk membayar, seraya mengeluarkan dompet untuk mengambil uang ia meletakkan ponselnya terlebih dahulu di atas meja kasir.
Tiba-tiba nada dering ponsel Sonia berbunyi, ia meletakkan kopi-kopi itu lalu mengangkatnya. "Halo, Kak Andre?"
Jawab dari sebrang sana, "Son, kalo udah langsung balik ya, udah mau mulai nih."
"Siap, kak. Ini udah kok, Sonia udah mau kesana." Jawabnya dengan panik, kemudian ia meletakkan ponselnya terlebih dahulu untuk kembali merapikan kopi-kopi tersebut. Lalu, mengambil ponselnya dan memasukkannya ke kantong celananya dan pergi berjalan cepat.
"Terima kasih, Kak," ujar sang kasir kepada Stefan setelah melakukan transaksi. Stefan tersenyum kecil masih mengenakan kacamat hitamnya. Kemudian ia merapikan kembali dompetnya, lalu mengambil ponselnya.
Senang telah mendapatkan coklatnya, ia merasa ada yang janggal ketika memegang ponselnya yang tipenya memang sama tapi rasanya casing nya berbeda. Ia segera menaikkan kacamatanya di atas kepala. Membuka ponsel tersebut dan melihat wallpaper dari ponsel tersebut wajah dari seorang wanita dan pria berpacaran.
"Ini bukan handphonegue!" Sontaknya seketika. Matanya melebar dan ia menjadi panik seketika.
"Pasti cewek tadi sebelum gue!" Stefan segera berlari keluar mini market tersebut matanya menjelajahi sekitarnya, sekiranya ia menangkap cewek yang membawa kopi. Walaupun ia tidak mengingat wajahnya, ia yakin bahwa gadis. Tersebut mengenakan seragam pertelevisian.
Ia tetap berlari sekitar situ, ia berharap gadis tersebut tidak terlalu jauh. Hingga ia yakin, ia tidak melihat penampakan gadis tersebut. Dengan rasa panik karena dikejar waktu juga, ia segera menuju ke meja resepsionis.
"Mana si tuh cewek kopi! Bisa-bisanya gak nyadar bawa hp gue," ujar batin Stefan karena memang serial ponselnya sama tapi memiliki casing yang berbeda tentu saat memegangnya sudah terasa pikirnya.
Ia segera melapor kepada resepsionis, sementara jadwal boarding pesawatnya kurang dari 5 menit lagi.
"Mba, tolong dong handphone saya tadi keambil sama orang. Hmm, ... orangnya pake baju item.. terus.. kayak baju ngeliput gtu."
"Bentar, Mas. Pelan-pelan ya ngomongny," ujar resepsionis tersebut karena Stefan berbicara sangat cepat.
"Hmm, handphone saya hilang mba, sepertinya diambil dengan cewek rambutnya panjang sepunggung, pakai baju hitam kaya dari stasiun tv gitu mba." Penjelasan Stefan berusaha untuk tenang sambil mengingat-ingat orang tersebut.
"Baik, Mas. Akan saya umumkan." Resepsionis itu membalasnya dengan nada lembut.
Akhirnya resepsionis pun mengumumkan mengenai ponsel Stefan tersebut, dilanjutkan dengan last call memanggil namanya untuk segera masuk ke dalam pesawat.
"Panggilan untuk Stefan Wijaya. Last call for Mr. Stefan Wijaya."
Stefan pun sontak terkejut, "Udah last call gue? Lah hp gue gimana?"
Resepsionis itu pun membalas, "Masnya Stefan Wijaya?"
"Iya, Mba," balasanya.
"Dimohon segera masuk kedalam pesawat ya, Mas." Balas Resepsionis.
"Tapi, Mba.. Itu.. HP saya..," jawab Stefan gugup ia tak tahu harus berbuat apa saat ini. Dia bingung harus berbuat apa sekarang.
"Ah! Sialan banget tuh cewek!" Rutuknya sambil matanya masih menjelajahi sekitar bandara. Ia pun berjalan cepat untuk melakukan boarding, ia pun tak henti merutuki kelalaian gadis tersebut.
Hingga akhirnya ia telah memasuki pesawat sambil menggengam ponsel gadis tersebut dengan erat seakan ia ingin menghancurkannya, sambil memandang jengkel ke foto mesra cewek tersebut dengan pacarnya.
"Awas aja ya lu, cewek kopi!"
✈✈✈
![](https://img.wattpad.com/cover/215791845-288-k232188.jpg)
YOU ARE READING
Me Far from You
Teen FictionPernah gak sih Jatuh Cinta tapi belum pernah ketemu? :)