1 / Sonia

96 8 0
                                    

Setiap kebetulan yang terjadi dalam hidup ini sebenarnya memang takdir yang tak pernah kita duga.

Dering ponsel Sonia berbunyi, ia yakin itu masih pagi-pagi buta. Rasanya baru saja ia memejamkan matanya, setelah mengerjakan skripsi hingga lewat dari tengah malam. Masih sambil memejamkan matanya, ia mencari ponselnya kemudian mengangkat panggilan dari kontak 'Big Baby <3'.

"Good morning, Princess Sonia." Sapa dari orang di balik telepon tersebut.

"Hmmmmmmm," balas Sonia masih memejamkan matanya, ia benar-benar masih ingin berlama-lama tidur.

"Wake up! Wake up!"

"Iyaa, bentar 5 menit lagi.....," balasnya sambil menguap.

"Ayo! Katanya minta morning call biar bangun, cepetan ah!"

"Iyaa-iyaa, byy!"

"Ayo cepetan, mau ngeliput kan di airport hari ini. Eh—tadi aku lewat depan rumah kamu sebelum berangkat kerja."

Pelan-pelan Sonia menegakkan punggungnya hingga ia duduk di atas kasurnya, kemudian membuka matanya. "Iyaa, byy. Ada meeting ya, kok berangkat pagi? Ih, kirim apa sih?"

"Iyaaaa, ada meeting. Liat dong di bawah. Biar kamu langsung bangun hahahaha."

Sonia terkekeh. "Ih, emang paling jago buat aku langsung bangun yaaa!"

"Iya dong, susah soalnya bangunin kamu. Yaudah semangat ya anak magang. Aku meeting dulu ya sayang."

Pipi Sonia langsung merah merona. "Iyaa, sayang. Semangat yaaa."

Sonia segera beranjak dari ranjangnya menuju ke depan pagar rumah. Ia mengambil paper bag tersebut dan membawa masuk ke dalam rumah lalu membukanya. Sonia mengambil tempat bekal yang diatasnya terdapat sticky note bertuliskan,

'Semangat anak magang! Nih aku kasi kue terenak sepanjang masa, biar hari ini jadi hari yang manis buat kamu. Semangat juga bimbingan sama dospemnya. With love, Rio. *ps: kuenya aku beli di toko roti favorit kamu kemarin malem' (dospem: dosen pembimbing)

Bibir Sonia melengkung tersenyum lebar, hingga giginya menyengir. Rio selalu tahu caranya membuat dirinya sebahagia ini. Bahagia sekali dan dirinya menjadi semangat untuk menjalani hari ini. Sonia segera bergegas mempersiapkan dirinya untuk berangkat magang dan meliput di terminal yang akan dibuka untuk umum pada hari ini. Rio yang merupakan kakak tingkat di kampus Sonia ini, memang diidolakan oleh para junior. Betapa bangganya Sonia dapat berpacaran dengan duta kampusnya yang memang tampan dan juga pintar.

Dengan semangat ia merapikan bajunya, tak lupa membawa kue yang diberi oleh Rio. Ia segera menyetir mobilnya langsung menuju airport tak lupa juga ia membawa revisian skripsinya untuk bimbingan setelah ia meliput.

Sonia jadi ingat perjumpaan dengan kakak kelas idola itu di parkiran mobil kampus. Tepatnya ketika ia masih semester dua saat ia pertama kali diizinkan oleh papa untuk menyetir mobil sendiri. Pada saat itu kebetulan Sonia mendapat kelas pagi pada hari Senin, belum terbiasa menyetir sendiri dan juga jalanan yang macet membuatnya tergesa-gesa untuk segera ke kampus. Apalagi jarak parkiran mobil ke gedung dimana kelas Sonia nanti cukup jauh, sebenarnya Sonia tidak masalah untuk datang terlambat tetapi masalahnya yang mengajar kelas ini adalah dosen killer selain itu juga hari itu adalah jadwal Sonia untuk presentasi. Maka dari itu, Sonia benar-benar tidak mau cari masalah. Setelah sampai di tempat parkir, dengan nafas yang tersenggal-senggal. Sonia lupa bahwa ia masih belum lihai untuk memarkirkan mobilnya. Dengan tekad dan nekat, ia memberanikan diri dengan percaya diri untuk memasukkan mobilnya ke tempat yang kosong.

Sementara itu Rio yang kebetulan parkir di samping tempat kosong itu memperhatikan city car berwarna merah itu yang tak kunjung-kunjung memarkirkan mobilnya. pada saat itu juga kelas pagi, tetapi ia sudah tahu pasti dosen yang mengajar akan terlambat sehingga ia bersantai dulu di mobilnya. Sonia pusing ia tak bisa memarkirkan mobilnya, ingin rasanya ia meninggalkan mobilnya begitu saja dan langsung menuju kelas. Setelah maju kemudian mundur memutarkan stir kemudian mundur lagi, ia tak sengaja menginjak gas ketika masih dalam posisi mundur.

Dan 'brukkk' mobil Sonia menabrak mobil . Sonia rasanya ingin mati saja.

'Tuhan boleh gak aku skip hari ini, langsung lompat ke hari besok' ujarnya dalam hati.

langsung keluar dari mobilnya, kemudian berjalan menuju Sonia. Sonia memejamkan matanya ia tidak berani melihat kenyataan sambil berdoa agar terjadi suatu keajaiban entah apa pun itu.

'Mati gua, mati gua' Sonia komat-kamit sambil mengintip melihat seorang cowok tinggi itu menghampirinya. Kemudian mengetuk kaca jendela Sonia, karena cewek itu sama sekali tak beranjak dari kursi mobilnya. Sonia membuka menurunkan jendelanya, sambil memeragakan tangan memohon "Maaf kak, maaf. Aku baru debut nyetir mobil. Ini buru-buru ke kelas. Maaf kak. Maaf kak. Aku nanti ganti rugi kok." Sonia mengucapkannya dengan cepat karena panik.

Terkekeh melihat mahasiswa semester awal itu bersikap seperti anak-anak. "Kelas di gedung apa kamu?"

Sonia masih dengan jantungnya yang berdebar karena panik berkata, "Gedung G, kak." Melihat wajah seniornya itu, ia jadi ingat bahwa itu adalah senior yang dipuja oleh kaum wanita di angkatannya.

"Yaudah, sini gua anter sampe gedung G biar lo gausah jalan. Nanti gua yang parkirin mobil lo juga." menawarkannya dengan senyuman.

Jujur saja Sonia tidak bisa menolak tawaran tersebut, kapan lagi diantar saat terlambat seperti ini dengan kakak kelas paling kece. Sonia mengangguk dan mengantarkan Sonia ke tempat terdekat dengan gedung G tersebut. "Ohiya, mana nomor hp lu?" Rio bertanya ketika Sonia hendak turun.

Sonia tertegun, "B-buat?" berdeham, "Entar buat balikin kunci mobil lu kan, sama biar lu tanggung jawab sama mobil gua yang habis lu tubruk."

Sonia tersenyum canggung, bisa-bisanya di saat genting seperti ini ia berpikir bahwa meminta nomornya untuk mendekatinya. Sonia pun menyodorkan ponselnya, kemudian Sonia menekan nomornya. "Makasih ya, Kak," ujarnya lalu ia keluar dari mobil siap-siap untuk berlari menuju kelas.

"Yaudah, semangat kelasnya. Awas lu ga tanggung jawab, gua bawa pulang mobil lo."

Sonia pun lari menuju kelasnya dengan wajah tersenyum. Ia sangat ingat sekali kejadian pada hari itu dari pagi hingga sorenya ia bertemu lagi dengan Rio, karena mulai dari situ mereka semakin dekat dan kemudian berpacaran.

Me Far from YouWhere stories live. Discover now