Sementara itu, di kejauhan sana, Kesuma Wardhana terus memacu kencang kudanya. Sementara di belakangnya, Andini juga mengejar dengan perasaan geram dan kesal. Kalau belum menghajar kakaknya, hatinya belum puas. Tinggallah prajurit-prajurit di belakang mereka yang terpaksa memacu kencang kudanya agar tak ketinggalan.
Kesuma Wardhana terkejut ketika tiba-tiba kudanya meringkik keras sambil menaikkan kedua kaki dengannya tinggi-tinggi. Ternyata di depannya telah berdiri dua sosok bertubuh ganjil. Yang seorang, laki-laki tua bertubuh cebol. Dan di sebelahnya, seorang perempuan tua bertubuh tinggi kurus. Keduanya memakai baju warna-warni.
"Hi hi hi...! Kau lihat, Kakang Warkala? Pemuda ini cukup tampan dan gagah. Dia pasti cocok menjadi calon suami Antika," kata perempuan tua itu sambil tertawa panjang dan memegangi tongkat kayunya dengan kedua tangan.
"Betul apa yang kau katakan, Yuningsih. Tapi, apakah dia bisa memenuhi syarat?" tanya laki-laki cebol itu sambil sesekali menggeser letak pedang pendek terbuat dari kayu yang berada di pinggangnya.
"Kenapa susah-susah? Uji saja!"
"He he he...! Betul juga katamu. Mana mungkin kita tahu kalau tidak mengujinya lebih dulu."
"Kisanak berdua! Siapakah kalian, dan kenapa tiba-tiba menghadang perjalanan kami?" tanya Kesuma Wardhana sopan.
"Kakang Kesuma! Kenapa kau masih bersopan-sopan segala pada mereka?! Sudah jelas keduanya ingin mencari gara-gara!" potong Andini, sebelum kedua orang tua itu menyahut.
"Andini, jaga mulutmu! Tidak baik kau berkata begitu!"
Andini menunjukkan wajah cemberut karena di bentak dengan nada kasar oleh kakaknya. Sementara itu prajurit-prajurit kerajaan yang baru tiba di tempat itu, langsung turun dari kuda dan menghampiri mereka.
"Paduka Pangeran, apa yang terjadi? Dan, siapakah kedua orang tua ini? Apakah mereka mengganggu Paduka?" tanya salah seorang prajurit dengan sikap hormat.
"Kau dengar, Yuningsih? Ternyata pemuda ini seorang putra raja. Sungguh kebetulan!" seru laki-laki cebol itu sambil terkekeh girang.
"Huh! Buat apa putra raja segala. Kalau ternyata dia tak becus, apa gunanya! Sudahlah, sebaiknya lekas kau uji dia. Atau, aku yang mesti maju lebih dulu?!"
"Eit..., eit! Cobalah bersikap lebih sabar...!"
Kesuma Wardhana baru akan kembali bertanya, ketika laki-laki cebol yang dipanggil Warkala bersuit nyaring. Bersamaan dengan itu melesat sesosok tubuh ramping di dekat mereka. Ternyata, dia seorang gadis berwajah cantik berbaju warna-warni seperti kedua orang tua itu. Walaupun begitu, gadis ini terlihat tak pandai mengurus diri. Kulitnya yang putih tampak kotor. Dan rambutnya yang panjang, terkesan suram dan menutupi sebagian wajahnya.
"Antika! Coba lihat pemuda ini? Apakah kau merasa cocok dengannya?" tanya Warkala tak mempedulikan keadaan di sekelilingnya.
Gadis yang ternyata Antika itu memandang sekilas pada Kesuma Wardhana sambil tersipu-sipu malu.
"Yah, dia boleh juga. Tapi, aku tak akan melanggar sumpahku. Kalau dia tak becus apa-apa, lebih baik mampus saja!"
"Kisanak! Kalian sudah keterlaluan. Menepilah dan beri jalan pada junjungan kami!" bentak salah seorang prajurit sudah tak sabar melihat kelakuan orang-orang asing itu.
"He, apa katamu?!" Tiba-tiba saja tubuh Warkala melompat dan mengayunkan pedang pendek ke batok kepala prajurit itu. Dan....
Prak! "Aaa...!"
"Hei?!"
"Keparat!"
Gerakan Warkala cepat sekali, sehingga prajurit itu tak sempat mengelak. Kepalanya langsung retak dihantam pedang kayu Warkala. Terdengar jerit kematian ketika tubuhnya roboh ke tanah. Kesuma Wardhana dan yang lainnya langsung terkejut menyaksikan semua itu. Namun, dua orang prajurit telah langsung melompat hendak menerjang Warkala sambil memaki geram.
"He he he...! Ayo! Majulah kalian semua, kalau tak senang dengan kata-kataku. Biar sekalian kubuat mampus. Ayo, maju dan seranglah aku sepuas kalian!"
"Hi hi hi...! Enak saja kau ingin berpesta sendiri. Tanganku pun sudah gatal melihat tingkah mereka!" sahut Yuningsih seraya terus melompat. Langsung dihajarnya sisa-sisa prajurit lain yang telah mengurung mereka. "Yeaaa...!"
Prak! Des! "Aaa...!"
Terdengar pekik kematian ketika senjata aneh di tangan kedua orang tua itu berkelebat menghajar ke sana kemari. Dalam waktu singkat saja, tiga orang prajurit telah tewas.
"Paduka Pangeran dan Putri. Cepat tinggalkan tempat ini!" teriak salah seorang prajurit memperingatkan. Belum sempat Kesuma Wardhana dan Andini menjauh, tiba-tiba Antika telah mencegah.
"Mau ke mana kalian? Jangan coba-coba kabur sebelum berhadapan denganku!"
"Cuih! Perempuan jalang, mampuslah kalau berani menghalangi kami!" teriak Andini sambil melepaskan anak panahnya.
Siiing! Tap!
Namun dengan gerakan menakjubkan, Antika menangkap anak panah itu menggunakan dua jari tangan. Kemudian dengan gemas dilemparnya anak panah itu kembali ke arah Andini. Dan ternyata Andini agaknya memiliki kemampuan ilmu silat yang lumayan. Maka dengan sigap dia melompat dari kuda sambil menghindari lemparan anak panah, dan langsung mendarat di depan Antika.
"Perempuan jalang! Agaknya kau perlu diberi pelajaran agar mulutmu tak terlalu lancang berbicara, Yeaaa...!"
"Andini...!" Kesuma Wardhana mencoba mencegah perbuatan adiknya yang hendak menyerang Antika, tapi terlambat. Ternyata, Andini telah bergerak cepat melepaskan pukulan ke arah lawan.
"Uts!" Namun, dengan mudah Antika mengelakkan serangan dengan dorongan tubuh ke kiri. Dan begitu terbebas, tangan kanannya bergerak menampar dada Andini.
Duk!
"Akh!"
Andini yang tak sempat mengelak, langsung menjerit kecil. Seketika tubuhnya terpental ke belakang. Tapi dasar gadis itu memang keras kepala, dia masih tetap berusaha bangkit. Sambil tertatih-tatih dengan sebelah tangan mendekap dadanya yang terasa nyeri, Andini menghapus darah yang menetes di ujung bibirnya. Tapi baru beberapa langkah, pandangannya mulai kabur. Dan tiba-tiba Andini ambruk pada saat Kesuma Wardhana melompat dari punggung kuda dan menyambar tubuh adiknya.
"Andini...!" Diurut-urutnya dada adiknya perlahan-lahan sebelum menyandarkannya pada sebatang pohon. Ketika dilihatnya Andini mulai siuman, Kesuma Wardhana berbalik dan menatap tajam gadis yang melukai adiknya. Kemudian, pandangannya beredar ke sekeliling. Ternyata prajurit-prajuritnya telah tewas tanpa sisa. Sementara kedua orang tua aneh itu terkekeh-kekeh kegirangan sambil bertolak pinggang.
"Biadab! Apa yang kalian kehendaki sebenarnya?!" geram Kesuma Wardhana.
"Heh, Anak Muda. Majulah, dan keluarkan seluruh kemampuanmu kalau tak ingin kubuat mampus!" bentak Antika sambil melangkah mendekati, dan berhenti tepat saat jarak mereka tinggal empat langkah lagi.
"Perempuan kejam! Apa urusan kalian hingga tega berbuat kasar pada kami?"
"Tak usah banyak tanya. Majulah. Atau, kupecahkan batok kepalamu!" Agaknya, Antika sudah tidak sabar menunggu tanggapan Kesuma Wardhana. Sehingga, dengan cepat diserangnya pemuda itu dengan melayangkan kepalan tangan ke wajah.
"Hiyaaa...!" Namun, Kesuma Wardhana tentu saja tidak sudi wajahnya jadi sasaran pukulan lawan. Maka dengan cepat tubuhnya dimiringkan, seraya memapak serangan gadis itu.
Plak!
"Bagus!" puji Antika.
Kesuma Wardhana terkejut dan mengeluh lirih ketika tangannya terasa sedikit nyeri saat berbenturan tadi. Sepertinya, yang ditangkisnya adalah sebatang besi yang amat kokoh. Memang pemuda itu pernah belajar ilmu olah kanuragan. Namun sayangnya, tak terlalu mendalam. Pikirnya, ilmu silat yang dipelajarinya selama ini sudah cukup bagus untuk membentuk tubuh. Sehingga dia tak bernafsu untuk mempelajarinya pada jenjang yang lebih tinggi. Maka tak heran ketika menangkis serangan Antika yang dialiri tenaga dalam, bibirnya sempat meringis kesakitan.
"Huh! Laki-laki banci tak berguna. Lebih baik kau mampus saja!" dengus Antika sambil mengayunkan tangan ke arah dada Kesuma Wardhana yang tak sempat berbuat apa-apa. Dan....
Des! "Akh...!" Kesuma Wardhana menjerit keras dan tubuhnya terlempar sejauh dua tombak. Dari mulutnya langsung menyembur darah segar. Kalau saja hantaman itu lebih keras lagi, tentu dia akan tewas seketika. Namun, agaknya Antika masih menaruh belas kasihan juga. Hingga, dia tak sepenuh hati saat menghantam tadi.
"Aaah! Buat apa dikasih hati segala? Biar kubereskan laki-laki tak berguna ini!" bentak perempuan tua yang sejak tadi menyaksikan tingkah mereka berdua. Dengan wajah gemas, tubuh perempuan tua itu melayang dengan satu serangan telak ke arah Kesuma Wardhana. Dan kali ini, tentu Kesuma Wardhana tak dapat menghindarinya.
Namun di saat-saat gawat, tiba-tiba muncul seorang bocah berusia kira-kira delapan tahun, sehingga mengalihkan perhatian Yuningsih, perempuan tua aneh itu.
"Ayah..., Ibu...! Telah kutemukan orang itu! Telah kutemukan!"
"Sukarsa! Apa-apaan kau berteriak-teriak begitu?!" bentak Warkala.
"Telah kutemukan orang itu!" sahut bocah yang bernama Sukarsa dengan wajah gembira.
"Apa yang kau temukan?"
"Calon suami Antika!"
"Apa?!" gadis bernama Antika itu berseru kaget sambil menghampiri Sukarsa dengan wajah ceria.
"Telah kutemukan calon suamimu. Orangnya tampan, berambut panjang, dan kepandaiannya luar biasa!"
"Di mana dia?!" sentak Yuningsih yang berada di dekat Warkala dengan wajah berseri-seri pula.
"Di sana!"
"Goblok! Kenapa tak diajak ke sini?!"
"Habis..., dia menghajarku sampai badanku terasa sakit-sakit," sahut Sukarsa sambil menundukkan kepala.
"Apa?! Dia berani menghajarmu? Kurang ajar! Ayo, tunjukkan! Di mana orangnya, biar kupecahkan batok kepalanya!" sahut Warkala dengan wajah berang.
"Tadi dia mengejarku ke sini. Entah kenapa, sekarang tak mengikuti lagi. Barangkali dia lebih tertarik mengurusi orang yang sedang berkelahi...."
"Di mana? Di mana ada orang berkelahi? Bagus! Lebih banyak orang, lebih baik. Ayo, tunjukkan tempat itu," ajak Yuningsih sambil menyeret lengan Sukarsa.
"Tapi, bagaimana dengan mereka?" tanya Antika ragu.
"Aaah, sudah! Tinggalkan saja mereka di sini!" bentak Yuningsih.
Maka keempat orang itu langsung menggenjot tubuh, meninggalkan tempat itu. Sementara Kesuma Wardhana menggeleng-gelengkan kepala sambil berusaha bangkit. Sedangkan Andini sudah mendekat, dan segera memapah tubuh Kesuma Wardhana.
"Siapa mereka sebenarnya. Dan, apa yang diinginkan mereka?" gumam Kesuma Wardhana heran.
"Tulikah telingamu? Apakah kau tidak mendengar ocehan mereka? Gadis liar itu sudah gatel ingin kawin. Tapi, agaknya mereka mencari syarat tertentu. Mungkin calon suaminya harus memiliki ilmu olah kanuragan yang mampu melebih dirinya," tebak Andini.
"Tapi caranya sangat keterlaluan..."
"Keterlaluan bagaimana? Bersyukurlah kau karena tak kawin dengan gadis itu. Kalau tidak, apa kata ayahanda nanti memiliki calon menantu orang gila seperti dia!"
"Kau ini kalau bicara seenak perutmu saja..."
"Sudahlah, Kakang Kesuma. Lebih baik, kau pulang. Dan katakan pada ayahanda semua kejadian ini. Mudah-mudahan prajurit-prajurit istana akan cepat menangkap mereka," sahut Andini sambil berjalan pelan ke arah orang-orang tadi berkelebat.
"Eee, mau ke mana kau?"
"Menyusul mereka!"
"Gila! Kau mau mencari mati? Andini, orang-orang itu gila. Dan bagi mereka, nyawa manusia seperti tak ada harganya. Ayo, mari kita pulang segera!"
"Kakang Kesuma! Tidakkah kau tadi mendengar ocehan bocah itu!"
"Ocehan? Ocehan yang mana? Mana aku peduli dengan segala ocehan orang gila seperti mereka!"
"Mereka mengatakan tentang seseorang, dan akan menemuinya."
"Seseorang? Siapa yang kau maksud?"
"Pemuda yang dulu kita temui! Bukankah dia berwajah tampan, berambut panjang, dan mengenakan rompi putih seperti yang dikatakan bocah tadi? Pasti dia Rangga, pemuda yang dimaksud itu. Hei! Tak disangka, dia memiliki kepandaian tinggi. Pasti dia akan suka membantu kita menghajar orang-orang gila itu!"
"Andini, tunggu...!"
"Tidak, Kakang. Aku akan ke sana sekarang juga!" sahut Andini sambil melompat ke atas punggung kuda, dan langsung menggebah kencang.
Kesuma Wardhana hanya menggerutu kesal. Dia lantas bangkit dan melompat ke punggung kudanya untuk mengejar Andini.***
KAMU SEDANG MEMBACA
94. Pendekar Rajawali Sakti : Pendekar Aneh
AcciónSerial ke 94. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.