Empat

154 20 2
                                    

"Ehm.. pulang sama siapa tuh anak mama.." Ajeng yang tadinya mengintip dijendela bersama Ardi, melihat kearah pintu. "Hah..?" Lala bingung dengan pertanyaan Ibu nya.

"Hayooo, anak Ayah pulang sama siapa itu.. dianter siapa kamu? Tumben.. kalo sama Tata, itu bukan mobil Tata kan?" Tanya Ardi penasaran.

Lala menggelengkan kepalanya dan tersenyum sambil menghela nafasnya, "Bukan siapa-siapa Ma.. Yah.. temen doang, kebetulan dia dokter yang nanganin aku beberapa hari yang lalu.."

"Ooh gitu..." jawab Ajeng dan Ardi serempak. "Beneran temen?.."

"Maaaaa.. beneraaan cuma temen doang."

"Lebih juga gak apa-apa kok La.. kenalin sama Ayah Mama.." kata Ardi, Lala melirik ke Ardi dan menggeleng. "Jangan-jangan Ayah udah ke-doktrin Mama buat nyuruh aku nikah ya?!" Lala mendekat kearah Ayahnya.

"Engga kok.. cuma ya gak salah aja kalau kamu menikah sekarang.." kata Ardi sambil mengedikkan bahu. Lala menghela nafasnya, malas. "Sama aja Yah.. Lala istirahat duluan Yah.. Ma.."

▪︎▪︎▪︎

Pagi ini Lala sedang duduk menunggu seseorang si sebuah cafè. Sampai akhirnya orang yang dia tunggu-tunggu datang dengan senyum sumringahnya.

"Maaf ya lama La, tadi gue nganterin Bobi ke rumah sakit dulu." Iya, orang yang dia tunggu itu Tata.

Lala memberikan tatapan bingung, kenapa Tata yang mengantar Bobi?

"Iya.. jadi kemarin tuh.. Bobi.. gue..—"

"Dont tell me.. you guys slept together????"

Tata berdeham, yang Lala anggap sebagai jawaban iya. "Gila!? Wah.. wah.. Ta? Lo.. waras kan?"

"Duh La.. jangan kaget gitulah.. biasa aja. We just slept, not in the meaning just had sex last night, we literally just slept together. Okay?"
"Oh ya, jadi kenapa ngajakin gue ketemu hari ini?"

Lala membenarkan posisi duduknya agak mendekat agar dia tidak perlu bicara terlalu kuat. "Gue rasa gue harus ngenalin Aksa ke nyokap bokap gue.. biar mereka bisa berhenti nyuruh gue nikah."

Tata yang baru saja meneguk caramel macchiato nya terbatuk. "Huk! Hah? Maksud lo? Lo sama Aksa tuh pacaran?"

Lala menggeleng.

"Terus?"

"Ya kenalin aja dia sebagai temen gue. Atau.. gue ajakin dia pura-pura pacaran aja kaliya?" Muncul ide gila dari kepala Lala.

"Wah kenapa tiba-tiba nih?! Mulai gak waras ya lo?" Tata menatap sahabatnya itu.

"Iya, mulai gak waras abis nya disuruh nikah terus. Dan taunya Aksa itu, me—"

"Menarik? Mempesona? Hayo ngaku lo! Naksir ya?" Potong Tata lalu mencolek dagu Lala yang langsung ditepis oleh Lala.

"Dia punya pemikiran yang, gue suka. Itu aja. Dah ah! Gue gak naksir, cuma kagum. Duh gimana sih jelasinnya lo juga gak bakal ngerti."

Tata mengangguk-angguk sambil tersenyum, "gausah senyum-senyum lo bucin." Kata Lala melihat tingkah sahabatnya itu.

"Iya..iya.. kalau rencana lo gitu.. ya tinggal ajak dia ngobrol, ketemu deh, omongin rencana lo. Kali aja dia mau bantu kan? Atau perlu gue sama Bobi rancang rencana?"

"...Ah! Gimana kalau kita.. liburan beneran kebali ber-empat dan disana ya bisa kita omongin? Kali aja.. waktu disana lo sama Aksa.." Tata menggantungkan ucapannya.

"Apaan gue sama Aksa?"

"Ya.. beneran having that kind of relationship.. hahahaha" goda Tata.

"Gausah jadi mak comblang deh lo sama Bobi, gue nih masih gak nyangka kalau lo sama Bobi tuh beneran pacaran, kayanya kejadian lutut gue waktu itu bawa berkah ya buat kisah cinta lo"

Tata tertawa, "dih jangan gitu.. ah ayuk ah pergi makan siang yuk! Abis itu ke butik gue, mau kasih liat ada permintaan klien baru nih ke lo." Tata berdiri begitu juga Lala, dan keluar dari cafè tersebut untuk mencari tempat untuk makan siang mereka.

▪︎▪︎▪︎

Jam menunjukkan pukul 8 malam, Lala sudah dirumah sejak jam 4 sore setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya di butik.

Lala yang tadinya asik mendengarkan musik juga mendesign dikamar akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar. Kebetulan Lala dan kedua orang tuanya juga sudah makan malam.

Lala jalan menuju ruang nonton dan dilihatnya Ayah dan Ibu nya sedang serius menonton berita mengenai virus yang sedang menghebohkan hampir seluruh manusia yang ada dibumi.

"Serius amat cieeee" ganggu Lala pada kedua orang tuanya.

Ardi melihat Lala—anak satu-satunya itu. "Huuusss kamu, ini berita penting lho.. ayo duduk sini.."

Lala pun duduk diantara kedua orang tuanya itu. "Yah.. Ma.. beneran nih aku harus nikah dulu sebelum ambil S2? Apa gak bisa aku sekolah aja dulu, nikahnya belakangan.. lagian kan bukan prioritas aku sekarang.." Lala membuka pembicaraan, mencoba bernegosiasi agar niat untuk melanjutkan studi nya terlaksanakan.

"Ehm.." deham Ardi.
"Ayah sih.. ya gak apa—"

"Iiih ayah, kok gak apa-apa sih??" Potong Ajeng mendengar jawaban suaminya itu. Ardi pun tertawa.

"Hahahaha, Ma.. Ayah sih gak masalah dia mau sekolah dulu atau menikah dulu.. anak kita ini cerdas, cantik, gamungkin gak ada yang mau Ma.."

"Tapi Yah.. Mama seumuran dia udah nikah sama Ayah loh."

"Udaaah kenapa Ayah Mama yang debat sih.." Lala melerai orang tuanya.

Entah dari mana dan apa yang Lala pikirkan, sampai akhirnya Lala melakukan hal bodoh yang sangat dia sesali setelah itu.

"Nanti Lala kenalin sama temen cowok Lala kalau gitu." Lala pun berdiri dari sofa pergi menuju dapur untuk mengambil segelas susu lalu kembali kekamar nya.

"Malam Ma.. Yah.." katanya sebelum kekamar.

Disisi lain Ajeng masih kaget begitu juga Ardi, "loh jadi selama ini anak kita ada pacar Yah?"

Mendengar pertanyaan istrinya Ardi hanya mengedikkan bahu dan kembali menonton berita yang ada di TV.

▪︎▪︎▪︎

Haiiii hehehe ketemu lagi, apa kabar? Semoga sehat dan selalu bahagia ya^^.
Selamat membaca! Jangan lupa vote dan comment💖

𝑺𝒐𝒖𝒍𝒎𝒂𝒕𝒆 || ⏸ PAUSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang