Tiga

162 23 1
                                    

Sempat terjadi keheningan yang lumayan lama saat makan, sampai akhirnya Aksa memulai duluan percakapan antara dirinya dan Lala. Jangan salah, kalau Lala ada rasa ingin mencekik Tata, begitu juga dengan Aksa, ada rasa ingin mencekik Bobi sekarang juga karena setaunya, Bobi hanya meminta ditemani makan dengan pacar barunya.

"Gimana lututnya? Sudah sembuh?" Tanya Aksa, Bobi dan Tata yang mendengar tersenyum simpul karena akhirnya seorang Aksa mengajak Lala untuk bicara.

Lala mengadah melihat Aksa, "Udah lumayan, gak ngilu lagi kalau dibawa jalan." Jawab Lala, kembali menyantap makanannya yang belum habis.

"Masih dikompres kan?"

"Masih kok."

"Udah dibilangin bukan dokter-pasien kenapa pertanyaannya kaya lagi kontrol sih??" Celetuk Bobi yang dari tadi memerhatikan perkembangan antara keduanya, karena untuk apalagi Bobi dan Tata bawa mereka berdua kesini kalau bukan untuk saling kenal dan menjodohkan.

Aksa melirik temannya itu, seakan ingin membunuh temannya itu sekarang juga. Bobi hanya menyengir tak bersalah saat Aksa melihatnya dengan tatapan itu.

"Aksa kan?" Lala yang sudah selesai makan menyodorkan tangannya untuk salaman dan berkenalan. Aksa sempat terkejut dan akhirnya pun menyambut tangan Lala. "Iya, gue Aksa."

"Saya Lala. Senang pernah jadi pasien kamu dan sekarang jadi teman kamu." Jawab Lala. Menurut Lala ya kenapa tidak benar-benar kenalan dengan Aksa kalau memang itu tujuan dua manusia yang ada disamping nya sekarang. Toh, baru kenalan, bukan langsung menjalin hubungan, Lala juga belum tertarik sampai yang seperti itu.

"Santai aja La, gue bukan dokter lo sekarang. Gausah pake saya-kamu." Aksa mencoba membuat cara mengobrol mereka lebih santai.

"O..oke.." Lala mengangguk.

Tidak lama setelah percakapan itu terbentuk, Lala dan Aksa menjadi tidak canggung sama sekali antara satu sama lain, Tata dan Bobi lega melihat semua itu karena Lala termasuk orang yang pemalu kalau ketemu dengan orang baru begitu juga dengan Aksa.

▪︎▪︎▪︎

"Eh! Kapan-kapan jalan ber-empat layi yuk? Ngapain gitu, atau pergi liburan bareng! Kaya nya seru tuh kalo ke Bali bareng?" Tata menuturkan sebuah ide, "Hah? Gila ya lo Ta? Tau sendiri mereka dokter, gausah aneh-aneh deh, mereka sibuk. Gue juga sibuk, ngurusin permintaan klien." Lala menentang ide Tata.

"Oh ya? Lala lo kerja apa?" Tanya Aksa tiba-tiba saat mereka ber-empat menuju parkiran. "Ehm.. gue freelancer sih.. buat design baju permintaan klien tapi kerja di butiknya Tata juga."

Aksa mengangguk paham. "Gak mau nikah?"

Lala yang mendengar tiba-tiba terbatuk padahal sama sekali tidak ada makan ataupun minum apapun, begitu juga dengan Bobi dan Tata.

"Huk! Hah? Maksudnya?" Lala bingung. "Buset! Bro, baru juga kenal lo udah ngajakin anak orang nikah?!" Kata Bobi.

"Maksudnya, ya kalau diliat lo udah lumayan sukses dengan udah kerja dan ya biasanya cewek jaman sekarang pingin buru-buru nikah." Jelas Aksa pada Lala.

"Gila ya lo. Ya enggak lah! Gue nanya doang." Kata Aksa pada Bobi sekalian dihadiahi sentilan di jidat Bobi karena sudah menuduh macam-macam.

Tidak terasa mereka tiba di parkiran dan kebetulan mobil Bobi dan Tata bersebelahan. "La, lo balik bareng Aksa aja naik mobil gue, gue balik sama Tata aja, biar dianterin kerumah sakit, gue sama Tata juga mau pergi bentar." Titah Bobi tiba-tiba. Aksa memberikan tatapan seperti "lo ngerencanain apalagi sih kampret" pada Bobi dan hanya direspon dengan senyuman oleh Bobi.

"Daah Lala Aksa! Sa, titip temen gue ya!" Kata Tata sebelum masuk kedalam mobilnya bersama Bobi.

Lala dan Aksa pun masuk kedalam mobil. "Eh? Kunci mobilnya?" Tanya Lala, karna setaunya tadi Bobi bilang ini mobilnya.

"Tenang, ada sama gue. Tadi kesini juga gue yang nyetir." Lala mengangguk paham.

Lala kira sepanjang perjalanan akan terasa sepi dan hening, ternyata perkiraan Lala salah. Karena yang ada ternyata Aksa melanjutkan kembali obrolan mereka yang belum selesai tadi.

"Jadi? Ada tanggapan dari penjelasan gue tadi?" Tanya Aksa, masih fokus menyetir mobil.

"Ooh.. ya.. gue sih rencananya mau lanjut S2 cuma nyokap malah nyuruh gue nikah, katanya takut jodoh gue gak ada karna sekolah ketinggian. Biasalah.. orang tua.. masih zaman dahulu banget mikirnya.."

"Ohya? Bagus dong kalau lanjut S2, kalau menurut lo gak siap nikah ya kenapa harus nikah dulu, malah bagus lo lanjutin sekolah.. alah.. masalah jodoh mah, siapa yang tau juga.. coba kasih pengertian deh nyokap lo"

"Hahaha, udah gue kasih pengertian.. cuma ya tetep.. kata nyokap cowok tuh minder kalo ceweknya lebih superior.."

"Loh masa? Kalo gue sih malah bangga.. ibaratnya ya sama-sama membangun diri biar lebih baik, jadi masa depan juga bagus.. nanti kalau sekiranya udah siap nikah ya, tinggal nikah.." Jawab Aksa, yang tanpa Aksa tau kalau Lala sedang memerhatikan dia sekarang.

"Kenapa La? Kok diem?" Tanya Aksa yang sadar kalau ada mata yang sedang memerhatikannya. "Ah.. ehm.. gak ada. Gak apa-apa." Jawab Lala salah tingkah.

"La, habis dari sini belok kiri apa kanan?"

Aksa dan Lala sudah ada dipersimpangan rumah Lala, "kanan Sa."

"Makasih ya Sa, sorry ngerepotin.."

"Santai, oh ya jangan lupa sering dilatih ya biar gak kaku lututnya."

"Oke.. yaudah hati-hati Sa.." Lala pamit dan turun dari mobil.

Ternyata dari dalam rumah Ajeng dan suaminya—Ardi, mengintip dari jendela penasaran dengan siapa Lala pulang.

▪︎▪︎▪︎

Hai!! Hehe ketemu lagiiii^^ bisa aja ya si Bobi sama Tata nyomblangin orang! Tunggu chapter-chapter selanjutnya ya!^^ jangan lupa vote dan komen^^ have a nice day!

𝑺𝒐𝒖𝒍𝒎𝒂𝒕𝒆 || ⏸ PAUSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang