"loh wendy udah pulang ? trus dia bawa mobil lo?"
"iya,"
terpaksa, batin nino dalam hati. simon menatapnya sejenak sebelum menutup pintu mobil.
"terus arinaㅡ"
"lo kenapa nggak ada bilang dia mau dateng? "
simon mengernyit, "kan udah gue bilang mulai hari ini? "
"tapi nggak sepagi ini?? "
simon terdiam sejenak melihat wajah sebel nino. bertahun-tahun ngurusin itu cowok bikin dia paham gimana perangainya. lalu tawanya pecah begitu aja yang bikin nino semakin keki.
"kan abis ini lo emang ada jadwal radio pagi ? ntar kita berangkat bareng arina kesana."
pertanyaan simon membuat nino hanya bisa terdiam dan menggaruk kepalanya kasar. sebal, tapi mau bercerita kejadian ambigu tadi, simon udah keburu buka pintu ruang tamu.
"pagi arina.. " sapa simon dengan santai. dan arina membalasnya dengan senyum lebar. tapi langsung berubah canggung begitu bersitatap dengan nino.
dan nino tahu pasti alasannya adalah kejadian tadi.
"jadwal nino hari ini lumayan padet, jadi gue yakin lo bisa dapet banyak bahan. pagi ini nino ada siaran jumat di trax fm. habis ituㅡ"
nino nggak begitu memperhatikan omongan simon. diam-diam dia masih memperhatikan ekspresi arina sambil menebak apa yang dipikirkan itu cewek.
"ㅡjadi lo bisa mulai sekarang."
"sekarang? jadi kameranya udah boleh on? "
pertanyaan arina bikin simon ketawa sejenak, "iya boleh lah. nino udah setuju rumahnya muncul di dalam vlog-nya kok. iya kan, no? "
nino menelan ludah sejenak, lalu mengangguk. arina ikut mengangguk lalu mengambil kamera.
"ya udah terserah kalian mau mulai dari mana. dari kamar juga boleh. gue siapin sarapan dulu." ucap simon sambil meninggalkan nino dan arina berdua dengan perasaan canggung masing-masing.
---
"ya udah terserah kalian mau mulai dari mana. dari kamar juga boleh."
di dalam kepala arina berkali-kali masih terngiang kata-kata simon. kalimatnya biasa, tapi masalahnya hasilnya jadi berbeda setelah dia teringat kembali cewek bernama wendy tadi.
berusaha nggak berfikir kejauhan, tapi tetep aja otaknya mikir kesitu. gimana kalo kamarnya masih berantakanㅡ
jadi arina memutuskan diam dan memberi jarak begitu nino masuk ke kamarnya. sambil berpura-pura ngutek kamera. eh baru sedetik nino udah nongol lagi, "gaikut masuk lo? "
arina mengangguk lalu cepat-cepat nyusul ke dalam. mengarahkan kamera ke nino yang lagi sibuk siapin sesuatu dengan posisi membelakangi kamera. bikin arina jadi tergoda buat melihat ke arah tempat tidur. walaupun sebenernya takut sendiri kalo misalkan entar matanya menemukan suatu barang pengaman yang seharusnya tidak dia lihat.
"karena hari ini jumat, gue mau siap-siap buat siaran di trax fm.."
suara nino membuat arina terkejut. dengan wajah bingung arina bertanya, "eh, iya? "
melihat itu nino menghela nafas sambil memunjuk kamera yang dipegang arina. baru arina sadar kalo maksud nino ngomong barusan adalah buat footage.
arina langsung mengangguk dan berusaha kembali fokus pada kamera. walau di dalam hati merutuki kebegoannya.
"gue biasanya gak bawa banyak barang, tapi karena hari ini ada kegiatan sampe sore dan malem mau ngongkrong sama temen-temen jadi gue biasanya prepare lebih. biar gausa bolak-balik rumahㅡ"
arina menelan ludah sejenak. sebenarnya belum ada kepastian sampai sejauh mana dia harus ngikutin nino. arina kan nggak terbiasa dengan gaya hidup artis, jadi dia khawatir bakal terjebak di situasi kayak tadi sama cewek bernama wendy itu.
arina nggak peduli nino mau jungkir balik gimana sama wendy, asalkan nggak di depan matanya aja. dan nggak tertangkap kamera.
eh tapi kalo di kamera kan masih bisa di hapus dan diedit. tapi kalo liat langsung kan sulit di hapusnya?