"belum tidur lo?"
arina yang lagi melamun tersentak mendengar ucapan gisel. cewek bermata sipit itu baru keluar dari kamar mandi hanya pakai handuk dan mengambil sesuatu dari lemari.
ngontrak berdua selama beberapa tahun bikin arina udah kebiasa dengan sifat gisel yang agak selebor.
"tidur sana. komuk udah kayak zombie aja masih dipaksain ngedit." ucap gisel sambil menutup pintu kamar mandi.
"hmm." jawab arina singkat. semalam setelah ngikutin nino seharian akhirnya dia bisa menyentuh lantai rumah sekitar jam dua pagi. arina langsung mindah video ke laptop dan nggak sadar malah keterusan ngedit sampai subuh.
bahkan sampai gisel udah mau berangkat ngampus.
sebenernya belum ngedit serius, arina masi nonton beberapa footage. sampai sekarang masi belom kepikiran konsep vlog-nya gimana. ya gininih kalo asal iya gegara bayaran gede. manajemennya nino ternyata nggak begitu peduli konsep vlog artisnya gimana. pokoknya kayak vlog artis biasanya.
arina sebenernya pengen nanya nino sendiri mau konsep vlognya kayak gimana. tapi arina segan mau minta waktu nino buat diskusi. setelah seharian ngikutin nino, arina merasa nino nggak bener-bener punya waktu sendiri. hidupnya selalu di kelilingi orang.
arina yang baru ngikutin sehari aja rasanya udah capek, gimana nino yang tiap harinya gitu?
"he, kesambet beneran ya lo? "
arina tersentak. gisel udah berpakaian dan siap berangkat.
"lo diajak kemana aja sih sampe kek orang ketempelan gini? "
arina meringis, "amit-amit anjir. lo doain gue yang baik dong."
gisel ketawa, "abisnya lo tuh. daripada bengong mendingan tidur sana. ntar siang katanya lo kudu ngikutin doi lagi kan? "
arina mengangguk. "sel, menurut lo... enggak nggak jadi deh."
"apasih gajelas." ucap gisel.
arina meringis lalu beranjak ke ranjangnya bersiap tidur tapi masih liatin hape. melihat temannya itu ragu, gisel jadi gemas.
"chat aja."
arina menoleh. bingung.
"lo bimbang mau chat apa nggak kan? udah chat aja kebanyakan mikir lo."
"lo..... kok tahu gue mauㅡ"
"gue nggak tahu lo mau chat apa kesiapa, yang pasti gue tahu lo lagi ragu karena kebanyakan mikir gak penting." ucap gisel. "udah gue berangkat dulu,"
arina mengangguk, walau akhirnya dia meraih hapenya kembali. lalu mengetikkan beberapa kalimat di hapenya.
---
"no, bunda telpon barusan. pas hape lo lagi silent."
nino mengangguk sambil menerima hapenya dari simon. ada dua miss call dari bundanya yang tadi memang janji mau telpon setelah mendarat di jepang. nyusul ayahnya yang lagi konser disana.
sementara nino ditinggal sendirian di jakarta. memang kedua orang tuanya itu walau umurnya udah mau setengah abad tapi tingkahnya kayak anak abg masi pacaran. makanya kadang nino risih kalo liburan bareng. dia berasa jadi obat nyamuk.
nino tahu harusnya dia bersyukur walau terlahir dari pasangan artis yang kemanapun diikuti media, kehidupan rumah tangga orang tuanya itu syukur sampai sekarang baik-baik aja. melihat teman-temannya yang memiliki latar belakang mirip, banyak yang berakhir tumbuh dengan orang tua single parent.
mungkin dari banyak bakat yang diturunkan orang tuanya, bakat mencari pasangan yang baik adalah hal yang gak dia miliki.
beberapa kali pacaran tapi nggak ada satupun yang bikin nino bisa yakin untuk dibawa serius. bukannya nino pengen cepet-cepet nikah.
nino cuma bosen ketemu banyak orang baru yang akhirnya cuma lewat. mungkin ini yang disebut orang, after passing quarter life now you looking place to settled down.
"mau telpon dulu? belom keburu kok. pemotretan masi lima belas menit lagi. gue juga mau jemput arina di depan."
nino terdiam sejenak.
"kenapa ?"
"apa? "
simon mengernyit. "lo mau ngomong apa? "
nino menghela nafas. dia selalu lupa kalau saking lamanya ikut dia, simon jadi tahu kebiasaannya.
"tentang arina... "
"kenapa arina? "
nino terdiam sejenak berusaha merangkai kata untuk menjelaskan ketidak sukaannya simon sembarangan mengenalkan arina pada teman-temannya, seperti pada aru semalam.
"dia nggak perlu ikut sampe malem juga gak papa."
simon terdiam sejenak, "lo nggak nyaman dia ikut lo nongkrong? "
nino menyentuk tengkuknya sekilas, "enggak maksud gueㅡ"
"bagus deh kalo gitu."
nino mengernyit.
"arina juga sempet nanya perkara itu. dia nggak mau waktu lo buat hang out terganggu privasinya." ucap simon.
nino terdiam. terperanjat dengan ucapan simon. agak nggak menyangka itu cewek justru memperhatikan privasinya.
maksudnya, arina baru aja ngikut dia sehari dan udah kepikiran sebegitunya?
"oh ya, lo udah cek video yang gue kirim? "
nino dengan santai menggeleng.
"itu gue dikirimin arina. dia minta pendapat lo, soalnya dia bingung mau bikin konsep apa. manajemen kayaknya ngelimpahin semua nya ke dia."
nino mengangguk, sambil membuka chat simon di hapenya yang belom dia buka.
"kenapa gak langsung ke gue? "
simon terdiam sejenak, lalu membalas. "lo belom ngasih nomer lo? "
"lo nggak ngasih dia, bang? "
simon dengan santai menggeleng, "kan, lo nggak suka nomer lo kesebar sembarangan? gue pikir abis kenalan lo langsung tukeran kontak."
nino terdiam.
"ya udah, ntar abis pemotretan ada waktu dua jam. lo langsung ngobrol aja perkara konsep enaknya gimana. arina kayaknya juga pengen ngobrol langsung sama lo."
